Kamis, 30 November 2017

Demokrasi: Sebuah Perspektif

Oleh: Akmal Sjafril || Twitter: twitter.com/malakmalakmal
Demokrasi selalu menjadi topik bahasan yang menarik. Sebagian orang malah bersikap seolah-olah topik di dunia cuma satu ini saja. Ada yang bilang, demokrasi itu buatan Barat. Menerimanya berarti membebek pada Barat. Tapi coba tebak? Nama ‘resmi’ Korea Utara adalah The Democratic People’s Republic of Korea. Korea utara kok demokratis? Katanya demokrasi itu membebek Barat? Hmmm… kayaknya ada yang salah ya. Hal ini menunjukkan bahwa penggunaan istilah “demokrasi“ bisa dibilang cukup ‘lentur’. Artinya, orang bisa saja gunakan istilah yang sama, tapi maknanya lain-lain. A.S dan negara-negara Barat juga mengaku menjalankan demokrasi. Apa benar?

Konon, dalam demokrasi, suara rakyat adalah suara Tuhan. Apa iya? Prinsip ini jadi senjata bagi para penentang demokrasi di antara umat Muslim. Padahal kenyataannya tidak demikian. Suara rakyat adalah suara Tuhan, misalnya, tidak diterapkan di Mesir ketika rezim sekuler berkuasa. Rakyatnya ingin bela Palestina, tapi rezim sekuler menutup pintu perbatasan. Jadi, tidak tepat juga bila demokrasi diidentikkan dengan ‘suara rakyat adalah suara Tuhan.’ Apalagi, pelaksanaannya berbeda-beda. Memang demokrasi tak terkendali bisa berujung liberalisme. Tapi tidak semua demokrasi begitu.
Sekarang kita beralih ke Indonesia. Mengikuti pemikiran Buya Hamka, kita harus menengok dulu dasar negara kita. Apa sila pertama? ‘Ketuhanan Yang Maha Esa’. Itulah akar tunggang Pancasila. Semua mengakar ke sana. ‘Kemanusiaan’ yang dibicarakan di Sila kedua bukan humanisme versi sekuler, tapi kemanusiaan yang berdasarkan ketuhanan. Demikian juga demokrasi yang diterapkan di Indonesia (semestinya) adalah sebuah sistem berlandaskan ketuhanan. Jadi, MPR/DPR (lagi-lagi semestinya) tidak berhak menentukan hal-hal yang melanggar agama. Idealnya begitu. Meski begitu, di Indonesia masih banyak ide-ide sekuler-liberal yang tak bisa diterima padahal demokrasi ditegakkan.
Lalu, mengapa kenyataannya tidak ideal? Ya, itulah cerminan bangsa kita. Jangan marah-marah saja kalau sistem di negeri ini tidak Islami. Itu tandanya, masyarakat kita masih ‘buta syariat’. Orang buta jangan dimarahi karena kebutaannya. Tapi bantu ia agar bisa melihat. Carikan donor mata, kalau perlu. Apa masalah selesai dengan mengutuki sistem? Tentu tidak. Sistem sebaik apa pun perlu perbaikan. Sementara sistem belum Islami, apa yang bisa diperbuat? Masak sih tidak ada yang bisa diperbuat selain membicarakan kecacatan sistem?
Saya ingat Ustad Adian Husaini pernah memberi retorika yang cerdas. “Kalau tanah kita diserobot orang, apa kita tunggu syariat ditegakkan, atau kita tempuh jalur hukum sekarang juga?” Tentu saja kita tidak diam. Lawan dong. Sistem belum islami, bukan berarti tak bisa berbuat apa-apa. Sistem belum Islami karena rakyat belum Islami. Maka, proyek jangka panjangnya adalah pendidikan. Sudah berapa banyak sekolah-sekolah dan perguruan-perguruan tinggi yang Islami didirikan? Itu cerminan kesiapan umat. Banyak sekolah Islam tapi guru dan siswanya masih jauh dari Islami. Perguruan tinggi apalagi! Kalau sudah Islami akhlaqnya, apa prestasinya sudah sehebat sekolah-sekolah ‘sekuler’? Ini pekerjaan lainnya yang harus dibenahi.
Islam tidak bisa ditegakkan hanya dengan belajar nahwu, sharaf, fiqih, syariat dan lain-lain. Islam tidak mengenal dikotomi ilmu, tapi kategorisasi. Ada ilmu yang fardhu ‘ain, ada yang fardhu kifayah. Di antara umat Muslim harus ada yang memiliki spesialisasi-spesialisasi ilmu yang beragam. Ini wajib. Kalau tidak ada yang jadi dokter, misalnya, maka umat Muslim bersalah. Semuanya kebagian dosa. Jadi, kita harus evaluasi gerakan dakwah kita juga. Apakah gerakan-gerakan dakwah sudah melahirkan kaum spesialis? Kaum generalis juga perlu. Tapi kaum spesialis jangan dilupakan. Umat Muslim tidak bisa menang kalau mereka tak ada.
Misalnya, di media Islam dihajar terus. Tapi media Islam kemana? Sudah jumlahnya sedikit, yang ada pun kualitasnya memprihatinkan. Wartawannya gak oke, redaktur payah, desain seadanya, dan lain-lain. Kalau begitu kondisinya, kapan kita mau meruntuhkan dominasi TIME, CNN, dan semacamnya?
Itulah gambaran betapa kompleksnya permasalahan umat. Maka, jangan disederhanakan secara berlebihan. Saat mengisi kajian di Universitas Institut Teknologi Sepuluh November belum lama ini, saya mendapat sebuah pertanyaan menarik. Seorang ikhwah bertanya, “Bukankah Islam liberal ini lahir karena demokrasi?” Menurutnya, demokrasi-lah yang memberikan hak kebebasan berpendapat sehingga orang-orang sesat pun bebas bicara. Mari kita gunakan perspektif yang lebih menguntungkan bagi kita semua. Memang benar, demokrasi membuka kebebasan berpendapat. Dan kebebasan ini ada potensi buruknya. Tapi, apa iya yang bebas bicara hanya yang sesat-sesat? Bukankah pada saat yang sama, para pembela kebenaran pun bebas bicara? Nah, jika para pembela kebatilan bisa memanfaatkan hak-haknya, mengapa para pembela kebenaran tidak bisa? Jangan-jangan, para pembela kebenaranlah yang lemah dalam argumen, lemah beretorika, dan sebagainya. Kita harus evaluasi.
Para Nabi dan Rasul berdakwah dengan argumen. Mereka susun argumennya dengan baik. Mereka tidak ‘menyalahkan’ para pembela kebatilan yang bicara. Sebaliknya, mereka lawan argumen dengan argumen. Maka, pandanglah demokrasi dan kebebasan yang dibawanya sebagai semacam ‘arena tanding’. Jangan salahkan orang awam yang memilih jadi sekuler, kalau memang kaum anti-sekulernya yang argumennya lemah. Oleh karena itu, para aktivis dakwah harus melengkapi dirinya dengan berbagai keahlian seperti berbicara di hadapan publik, menulis, dan sebagainya. Para aktivis dakwah juga tidak boleh ‘lari’ dari persaingan sains dan teknologi. Harus jadi pemenang di segala lini.
Bagaimana dengan masalah fisik? Harus juga! Orang Barat rajin minum susu, masak orang Islam gak suka. Sunnah, lho! Orang Barat rajin berenang, masak kita kalah? Itu juga sunnah! Tiket kolam renang mahal? Makanya penghasilan dilebihkan demi sunnah, supaya kita bisa jadi pemenang. Bayangkan kalau mau jihad, musuh-musuh kita kekar, kita kurus-kurus semua. Pernah lihat mujahidin Palestina? Besar, tegap, berotot. Seperti itu tuh yang mengikuti sunnah.
Ibnu Mas’ud r.a pernah ditertawakan karena betisnya kecil. Ini perlu jadi catatan khusus. Memang menertawakan fisik orang bukan akhlaq yang baik, makanya ditegur oleh Nabi s.a.w. Lagipula yang diejek Ibnu Mas’ud r.a, padahal beliau adalah salah satu sahabat paling utama, spesialis Al-Qur’an. Tapi kita juga perlu menyadari bahwa di antara sahabat Nabi s.a.w ternyata betis kecil itu minoritas. Artinya, mayoritas badannya kekar2. Ya wajar satu mujahid bisa kalahkan sepuluh musuh. Memang ada unsur ‘pertolongan Allah’ dalam jihad. Tapi pertolongan Allah kan tergantung usaha kita juga. Jika jihadnya asal-asalan, jangan harap turun 1.000 malaikat. Harus berusaha dan penuh persiapan.
Sekali lagi, pandanglah demokrasi sebagai ‘arena tanding’. Memang demokrasi tidak 100% sejalan dengan Islam. Tapi jangan sampai kondisi tidak ideal membuat kita mundur. Gara-gara menghindari demokrasi, akhirnya masalah pendidikan umat diurus oleh orang-orang sekuler. Padahal, pendidikan umat harus diislamisasi. Kalau tidak begitu, kapan sistemnya akan Islami? Yang akan membenahi sistem adalah orang-orang yang punya kompetensi akademis. Berjuang di lini pendidikan itu wajib. Seorang Muslim bisa menyekolahkan, katakanlah, 2-3 orang anak yatim. Sebuah majelis ta’lim bisa sekolahkan berapa? Katakanlah 100 anak. Tapi, seorang Gubernur bisa mendirikan ribuan sekolah. Skalanya sangat berbeda.
Kita tidak bisa lari dari pertarungan politik. Umat Muslim harus buktikan diri bisa memimpin. Sistem Islam itu paling OKE! Tapi harus dibuktikan dalam level pribadi. Susah untuk meyakinkan orang bahwa pendidikan yang Islami itu lebih baik kalau yang bicara bukan seorang pendidik yang hebat. Maka, jadilah pendidik yang hebat sebelum mengislamisasi pendidikan. Itu baru contoh di dunia pendidikan. Di bidang lain juga. Siapa yang larang bikin sekolah Islam? Kalau sekolah-sekolah Islam kurang bagus, salah siapa? Siapa yang larang bikin rumah sakit Islam? Kalau rumah sakit Islam pelayanannya gak bagus, salah siapa? Siapa yang larang bikin TV dan radio Islam? Kalau TV dan radio Islam kalah bersaing, salah siapa? Siapa yang larang berbisnis? Kalau pebisnis Muslim kurang profesional, salah siapa? Kita perlu berhenti menyalahkan keadaan. Keadaan gak sebuntu itu kok. Manfaatkan kebebasan. Musuh-musuh Islam bisa, kenapa kita tidak bisa? Harus bisa lebih baik! Mentalitas ini berlaku di segala bidang.
Selain itu, kita juga harus ‘bersaing’ dengan kaum sekuler di ranah politik. Adu argumen dengan mereka. Orang-orang sekuler tak mungkin mau dibungkam begitu saja. Kita yang harus membungkamnya dengan argumen.  Kalau kita bisa membuat orang-orang sekuler mati kutu dalam debat, maka kita akan sukses perjuangkan misi kita.
Terakhir, demokrasi juga tidak perlu disikapi secara berlebihan. Demokrasi cuma ‘arena tanding’, itu saja. Tidak ideal? Tentu saja! Kurang adil? Mungkin! Oleh karena itu, yang terlibat di jalur demokrasi tidak perlu dituduh ‘menyembah demokrasi.’ Itu tuduhan yang berlebihan. Yang tidak mau bersentuhan sama sekali dengan demokrasi, silakan. Mudah-mudahan bisa berkontribusi maksimal, fastabiqul khairat. Tidak ada orang yang menyembah demokrasi. Lagipula kurang kerjaan amat. Ada gak ya orang yang seperti itu?
Setuju atau tidak dengan demokrasi, marilah kita benahi satu-persatu masalah umat. Masalahnya ribet dan kompleks. Jangan dianalisis dengan terlalu ‘polos’.  Ijtihad yang salah nilainya satu, yang benar nilainya dua. Salah ijtihad, tidak berdosa. Su’uzhan dan fitnah, nah itu baru dosa. Semoga kita tidak terseret oleh demokrasi, tidak pula lari dari permasalahan yang sebenarnya. Aamiin yaa Rabbal alamin.
Referensi: www.lampuislam.id

Senin, 27 November 2017

Kisah Kesalehan Muhammad Al-Fatih | Sang Penakluk Kontantinopel


Dalam sejarah, Islam pernah menaklukkan benua Eropa. Siapa sangka salah satu dari Panglima Perang saat itu adalah seorang pemuda yang sangat saleh, berusia 21 tahun, yang bernama Sultan Muhammad Al Fatih (30 Maret 14323 Mei 1481) . Ia merupakan seorang sultan Turki Utsmani yang menaklukkan Kekaisaran Romawi Timur. Mempunyai kepakaran dalam bidang ketentaraan, sains, matematika & menguasai 6 bahasa saat berumur 21 tahun.
 
Seorang pemimpin yang hebat, pilih tanding, dan tawadhu' setelah Sultan Salahuddin Al-Ayyubi (pahlawan Islam dalam perang Salib) dan Sultan Saifuddin Mahmud Al-Qutuz (pahlawan Islam dalam peperangan di 'Ain Al-Jalut melawan tentara Mongol).


Kejayaannya dalam menaklukkan Konstantinopel menyebabkan banyak kawan dan lawan kagum dengan kepimpinannya serta taktik & strategi peperangannya yang dikatakan mendahului pada zamannya dan juga kaedah pemilihan tenteranya. Ia jugalah yang mengganti nama Konstantinopel menjadi Islambul (Islam keseluruhannya) . Kini nama tersebut telah diganti oleh Mustafa Kemal Ataturk menjadi Istanbul. Untuk memperingati jasanya, Masjid Al Fatih telah dibangun di sebelah makamnya.

 

Diceritakan bahwa tentara Sultan Muhammad Al Fatih tidak pernah meninggalkan solat wajib sejak baligh & separuh dari mereka tidak pernah meninggalkan solat tahajjud sejak baligh. Hanya Sulthan Muhammad Al Fatih saja yang tidak pernah meninggalkan solat wajib, tahajud & rawatib sejak baligh hingga saat kematiannya.

 

Kejayaan dan kesuksesan hidup ia telah raih di usia yang begitu muda. Ia-pun dikenang jutaan manusia sepanjang abad. Harum nama Sultan Al Fatih diperoleh berkat keshalehan, keberanian dan kemuliaan akhlaknya. Sebagai jenderal beliau memimpin laskar islam menaklukkan benteng terkuat imperium Byzantium, Konstantinopel Kota ini diubahnya menjadi kota Istambul. Dari sini beliau menebarkan kasih sayang islam di bumi eropa.

Apa rahasia dibalik semua kesuksesan beliau? Ternyata rahasianya beliau sangat kuat shalat malamnya yaitu tahajud. Bukankah Rasulullah Shalallahu'alaihi wasalam menegakkan shalat tahajud sepanjang malam dan setiap hari? Bukankah beliau Rasulullah Shalallahu'alaihi wasalam shalat tahajud merupakan kewajiban yang tak bisa beliau tinggalkan dalam setiap perjuanganya.

Jika anda bertanya, apakah benar Muhammad Al Fatih sudah melakukan tindakan besar yang megubah sejarah peradaban dunia?
Ya, dalam sejarah, hal ini tidak aneh. Bukankah sahabat Rasulullah Shalallahu'alaihi wasalam bernama Usamah juga menjadi panglima perang dalam usia 18 tahun. Sementara yang menjadi prajuritnya adalah Umar bin Khatab sahabat Rasulullah Shalallahu'alaihi wasalam yang waktu itu sudah tua. Ini menunjukkan betapa kualitas keimanan dan kekuatan ruhani Usamah menjadi salah satu ukuran yang dipertimbangkan Rasulullah Shalallahu'alaihi wasalam ketika menetapkan Usamah memimpin ekspedisi militer menghadapi kekuatan super power Romawi?

Namun Sang Pedang Malam, orang asia bernama Muhammad Al Fatih merontokkan super power Romawi pada 1453, agak unik. Beliau ahli shalat malam (tahajud), ahli qiyamul lail. Beliau selau kontak dengan energi terbesar di alam semesta ini, Allah Subhanahu'wa ta'ala. Beliau selalu taqarrub, mendekatkan diri kepada Allah Subhanahu wa ta'ala, Pemilik dan Penguasa Tunggal Alam semesta.

Sejak kecil  Sultan Muhammad Al Fatih dididik oleh seorang wali. Beliau tumbuh menjadi remaja yang memiliki kepribadian unggul. Beliau jadi Sultan, dalam usia 19 tahun menggantikan sang ayah.

Bagaimana sifat Sultan Muhammad Al Fatih sehingga beliau mampu memetik keberhasilan dalam hidupnya dengan sangat efektif, merebut benteng Konstantinopel yang kokoh itu. “sifatnya tenang, berani, sabar menanggung penderitaan, tegas dalam membuat keputusan dan mempunyai kemampuan mengawasi diri (self control) yang luar biasa. Kemampuanya dalam memimpin dan mengatur pemerintahan sangat menonjol.”

Sultan Muhammad Al Fatih sangat tegas terhadap musuh. Namun, lembut qolbunya bagai selembar sutra dalam menghadapi rakyat yang dipimpinnya. Kebiasaan Sultan Muhammad Al Fatih, unik. Beliau selalu berkeliling di malam hari, memeriksa kondisi teman dan rakyatnya. Sengaja beliau berkeliling untuk memastikan agar rakyat dan kawan-kawanya menegakkan shalat malam dan qiyamullail.

Qiyamul lail, shalat tahajud, inilah senjata utama Muhammad Al Fatih dalam mengarungi kehidupan di dunia yang fana ini. Inilah Pedang Malam, yang selalu diasahnya dengan tulus ikhlas dan khusuk, ditegakkan setiap malam.
Dengan pedang malam ini timbul energi yang luar biasa dari pasukan Muhammad Al Fatih. Sjarah mencatat Muhammad Al Fatih yang baru berusia 21 tahun berhasil menggapai sukses besar, menerobos benteng Konstantinopel, setelah dikepung beberapa bulan maka takluklah Konstantinopel.

Suatu hari timbul soal ketika pasukan islam hendak melaksanakan shalat jum’at yang pertama kali di kota itu.

 

“Siapakah yang layak menjadi imam shalat jum’at?” tak ada jawaban. Tak ada yang berani yang menawarkan diri ! lalu Muhammad Al Fatih tegak berdiri. Beliau meminta kepada seluruh rakyatnya untuk bangun berdiri.

 

Kemudian beliau bertanya. “ Siapakah diantara kalian yang sejak remaja, sejak akhil baligh hingga hari ini pernah meninggalkan meninggalkan shalat wajin lima waktu, silakan duduk!!” Subhanalloh……!!! Maha suci Allah ! tak seorangpun pasukan islam yang duduk. Semua tegak berdiri. Apa artinya? Itu berarti, tentara islam pimpinan Muhammad Al Fatih sejak masa remaja mereka hingga hari ini, tak seorangpun yang meninggalkan shalat fardhu. Tak sekalipun mereka melalaikan shalat fardhu. Luar biasa…..!!!!! !

Lalu Muhammad Al Fatih kembali bertanya: “ Siapa diantara kalian yang sejak baligh dahulu hingga hari ini pernah meninggalkan shalat sunah rawatib? Kalau ada yang pernah meninggalkan shalat sunah sekali saja silakan duduk!!!”. Sebagian lainya segera duduk. Artinya, pasuka islam sejak remaja mereka ada yang teguh hati, tidak pernah meninggalkan shalat sunah setelah maghrib, dua roka’at sebelu shubuh dan shalat rowatib lainaya. Namun ada yang pernah meninggalkanya. Betapa kualitas karakter dan keimanan mereka sebagai muslim sungguh bernilai tinggi, sungguh jujur, pasukan islam Al Fatih.

Dengan mengedarkan matanya ke seluruh rakyat dan pasukanya Muammad Al Fatih kembali berseru lalu bertanya: “ Siapa diantara kalian yang sejak masa akhil baligh sampai hari ini pernah meninggalkan shalat tahajud di kesunyian malam? Yang pernah meninggalkan atau kosong satu malam saja, silakan duduk!!”

 

Apa yang terjadi…???? Terlukislah pemandangan yang menakjubkan sejarawan barat dan timur. Semua yang hadir dengan cepat duduk!!” Hanya ada seorang saja yang tetap tegak berdiri. Siapakah dia??? dialah, Sultan Muhammad Al Fatih, sang penakluk benteng super power Byzantium Konstantinopel. Beliaulah yang pantas menjadi imam shalat jumat hari itu. Karena hanya Al Fatih seorang yang sejak remaja selalu mengisi butir-butir malam sunyinya dengan bersujud kepada Allah SWT, tidak pernah kosong/absen semalampun.

 

Dalam sejarah ditulis, bahwa pasukan Sultan Muhammad Al-Fatih tiba di kota Konstantinopel pada hari Kamis 26 Rabiul Awal 857 H atau 6 April 1453 M. Di hadapan tentaranya, Sulthan Al-Fatih lebih dahulu berkhutbah mengingatkan tentang kelebihan jihad, kepentingan memuliakan niat dan harapan kemenangan di hadapan Allah Subhana Wa Ta'ala. Dia juga membacakan ayat-ayat Al-Qur'an mengenainya serta hadis Nabi Shallallahu 'Alaihi Wasallam tentang pembukaan kota Konstantinopel. Ini semua memberikan semangat yang tinggi pada bala tentera dan lantas mereka menyambutnya dengan zikir, pujian dan doa kepada Allah Subhana Wa Ta'ala.

 

Sultan Muhammad Al-Fatih pun melancarkan serangan besar-besaran ke benteng Bizantium di sana. Takbir "Allahu Akbar, Allahu Akbar!" terus membahana di angkasa Konstantinopel seakan-akan meruntuhkan langit kota itu. Pada 27 Mei 1453, Sultan Muhammad Al-Fatih bersama tentaranya berusaha keras membersihkan diri di hadapan Allah Subhana Wa Ta'ala. Mereka memperbanyak shalat, doa, dan dzikir. Hingga tepat jam 1 pagi hari Selasa 20 Jumadil Awal 857 H atau bertepatan dengan tanggal 29 Mei 1453 M, serangan utama dilancarkan. Para mujahidin diperintahkan supaya meninggikan suara takbir kalimah tauhid sambil menyerang kota. Tentara Utsmaniyyah akhirnya berhasil menembus kota Konstantinopel melalui Pintu Edirne dan mereka mengibarkan bendera Daulah Utsmaniyyah di puncak kota. Kesungguhan dan semangat juang yang tinggi di kalangan tentara Al-Fatih, akhirnya berjaya mengantarkan cita-cita mereka.

 


Sejak abad kedelapan sahabat Rasulullah saw  berusaha merebut benteng ini. Salah satunya Abu Ayyub Al Anshari namun gagal. Baru setelah enam abad kemudian benteng itu berhasil direbut dibawah pimpinan Muhammad Al Fatih.Karena jasanya inilah beliau diberi gelar Al Fatih (sang pembuka) yaitu membuka kota Byzantium yang dulunya adalah Konstantinopel. Beliau adalah seorang pemberani, ahli strategi militer, juga istiqomah dalam shalat tahajudnya.

Itulah sebuah kisah sejarah yang sungguh indah dalam bungkai ketakwaan kepada Allah SWT. Kisah Pedang Malam yang merupakan rahasia sukses dari seorang pribadi penggubah sejarah, bernama Muhammad Al Fatih, orang asia asal Turki, yang baru berusia 21 tahun. Shalat Tahajud merupakan modal yang sangat penting untuk membangun kekuatan ruhiyah dalam kesuksesan Al Fatih dikemudian hari.
Sehingga islam jaya, berpendar-pendar cahayanya selama 500 tahun di bumi eropa sejak abad ke-15. Semuanya berasal dari Pedang Malam Al Fatih yang amat begitu luar biasa.

 

Keberadaan Muhammad Al-Fatih telah diprediksi oleh Rasulullah SAW dalam sabdanya: “Kota Konstantinopel akan jatuh ke tangan Islam. Pemimpin yang menaklukkannya adalah sebaik-baik pemimpin dan pasukan yang berada di bawah komandonya adalah sebaik-baik pasukan.[H.R. Ahmad bin Hanbal Al-Musnad 4/335].

 

Dalam hadist lain diriwayatkan, :”Aku mendengar baginda Rasulullah S.A.W mengatakan seorang lelaki soleh akan dikuburkan di bawah tembok tersebut & aku juga ingin mendengar derapan tapak kaki kuda yang membawa sebaik-baik raja yang mana dia akan memimpin sebaik-baik tentara seperti yang telah diisyaratkan oleh baginda" (Abu Ayyub al-Anshari)

 

Maasyaa Allah, Luar biasa……Sultan Muhammad Al Fatih (Sang Pembuka)……!!!!

 

Ya Allah, aku bermohon pada-Mu agar Engkau jadikan kami dan sahabat kami semua yang membaca artikel ini semua, menjadi ahli Tahajjud, ahli Qiyamul lail, seperti halnya Rasulullah dan Keluarganya, sahabatnya dan seperti Si Pedang Malam, Sultan Muhammad Al Fatih. Amiin.


Referensi: www.lampuislam.id
Facebook Page: www.facebook.com/riska.pratama.ardi

Kisah Ketaqwaan Nabi Danial 'Alaihissalam

 
Suatu saat, Raja Nebukadnezar[1] datang ke Baitul Maqdis dari negeri Syam. Dia membunuh orang-orang Bani Israil dan merebut secara paksa kota Baitul Maqdis serta menawan banyak orang dari mereka. Di antara mereka yang ditawan adalah Nabi Danial
Sebelumnya, Raja ini didatangi oleh para ahli nujum (peramal) dan orang-orang cendekia saat itu. Mereka mengatakan kepadanya, “pada malam ini dan ini, akan dilahirkan seorang bayi yang nantinya akan menghinakan dan menghancurkan kerajaanmu.”
Maka Raja itu bersumpah, “Demi Allah, tak ada seorang bayi pun yang lahir pada malam itu kecuali akan aku bunuh.” (Maka mereka membunuh semua bayi yang lahir) kecuali Danial; mereka membawa dan membuangnya ke hutan yang terdapat singa di dalamnya. Maka (ada) singa jantan dan singa betina (yang mendekatinya, dan keduanya hanya) menjilati Danial dan tidak menyakitinya.
Lalu datanglah ibu Danial, dan dia mendapatkan dua singa itu sedang menjilatinya, lalu Allah pun menyelamatkannya. Para cendekiawan daerah itu berkata, “Maka Danial mengukir pada batu cincinnya gambar dirinya beserta dua singa itu yang sedang menjilatinya, agar dia tidak lupa akan nikmat Allah yang telah diberikan kepadanya itu.” (Diriwayatkan oleh Ibnu Abi ad-Dunya dengan sanad hasan).
Dalam redaksi riwayat lain (disebutkan):
Jauh setelah Nabi Musa meninggal dunia, ada seorang nabi pada masa Bani Israil yang dipanggil Danial ‘alaihissalam. Dia didustakan oleh kaumnya, bahkan akhirnya dia diciduk oleh raja (yang berkuasa saat itu) dan dilemparkan ke hadapan beberapa ekor singa yang sengaja dibuat lapar di dalam sebuah sumur.
Tatkala Allah ta’ala melihat bagusnya tawakalnya dan kesabarannya demi menuntut sesuatu yang ada di sisiNya, maka Allah mencegah mulut-mulut singa itu untuk memangsanya bahkan sampai Danial berdiri dengan kedua kakinya di atas kepala singa-singa yang sudah tunduk dan tidak lagi membahayakan itu. Kemudian Allah ta’ala mengirim Irmiya dari Syam sehingga Danial dapat terbebas dari kesulitan ini dan menumpas orang yang ingin membinasakan Danial.
Dari Abdullah bin Abi al-Hudail, dia berkata, “Nebukadnezar telah melatih dua singa untuk berburu dan meletakkannya di dalam sebuah sumur. Kemudian dia menggiring Danial dan melemparkannya pada binatang tersebut. Tetapi kedua singa itu tidak menerkamnya. Maka Danial tinggal di dalam sumur dalam jangka waktu yang dikehendaki Allah. Lalu dia ingin makan clan minum sebagaimana manusia lainnya. Maka Allah ta’ala memerintahkan melalui wahyu kepada Irmiya[3] yang saat itu berada di Syam, untuk menyediakan makanan dan minuman untuk Danial. Maka dia berkata, ‘Ya Rabbi, aku sekarang berada di tanah suci (Baitul Maqdis), sementara Danial berada di kota Babilonia di tanah Irak.’ Lalu Allah mewahyukan lagi kepadanya, ‘Siapkanlah apa yang telah Aku perintahkan kepadamu; karena Aku akan kirim utusan yang akan membawamu ke sana beserta apa yang kau persiapkan.’ Akhirnya Yeremia pun melaksanakan perintah tersebut dan Allah mengirim utusan yang membawanya serta makanan yang dipersiapkannya, hingga dia sampai di depan mulut sumur tersebut. Lalu Danial berkata, ‘Siapa ini?’
Yeremia menjawab, ‘Aku Irmiya.’
 
Danial berkata, ‘Kenapa kau datang kemari?’
Irmiya menjawab, ‘Aku diutus oleh Tuhanmu untuk menemuimu.’
Danial berkata, “Apakah Dia menyebut namaku?” Irmiya menjawab, ‘Ya.’
Danial berkata, ‘Segala puji bagi Allah yang tidak melupakan orang yang mengingatNya. Segala puji bagi Allah yang tidak pernah mengecewakan orang yang berharap kepadaNya. Segala puji bagi Allah yang barangsiapa bertawakal kepadaNya, niscaya Dia akan memberi kecukupan kepadanya. Segala puji bagi Allah yang barangsiapa menaruh kepercayaan penuh kepadaNya, niscaya tidak akan Dia pasrahkan urusannya pada yang lain. Segala puji bagi Allah yang telah membalas kebaikan dengan kebaikan dan membalas keburukan dengan ampunan. Segala puji bagi Allah yang telah membalas kesabaran dengan keselamatan. Segala puji bagi Allah yang telah menyingkap kesulitan kita setelah ditimpa musibah. Segala puji bagi Allah, Dia-lah yang kami percayai, ketika kami berprasangka buruk atas amalan-amalan kami. Segala puji bagi Allah, Dia-lah harapan kami, ketika semua cara tertutup di hadapan kami.”
Foot Note:
[1] Nebukadnezar (604-561 SM), Raja Babilonia, dia menyerang Mesir, menaklukkan kota Yerussalem (al-Quds), dan membakarnya, serta menampung keluarga Judas di Babilonia (al-Munjid).
[2] Nabi Danial adalah pemilik Kitab Danial, yaitu salah satu kitab Perjanjian Lama. Dia seorang pahlawan kenabian Danial. Catatan Nasrani Wasik menempatkannya sebagai salah seorang dari empat nabi besar. Lihat al-Munjid dan al-Bidayah wa an-Nihayah, 2/36-38. Para sahabat telah menemukan kuburannya dan hal-hal yang berkaitan dengannya pada saat pembebasan negeri-negeri di masa Umar bin al-Khaththab
[3] Irmiya (Yeremia) adalah salah seorang dari empat pembesar Nabi-nabi Bani Israil. Dia mendapatkan kenabian sebelum punahnya kerajaan Judas dan banyak mendapat tekanan dari pihak kerajaan.