Jumat, 28 Oktober 2016

Fakta Sejarah dalam Al-Qur'an

 

Pada artikel kali ini kita akan membicarakan tentang fakta sejarah dalam Al-Qur’an.

Pertama-tama, ada kisah tentang Nabi Noah (Nuh A.S.) di dalam Al-Qur’an. Nabi Noah juga diceritakan dalam Bible. Kita semua pasti tahu tentang kisah Noah (Nuh A.S.), dimana Tuhan mengutus Noah kepada kaumnya tetapi 7 kaum Noah (Nuh A.S.) tidak mau beriman kepada Tuhan. Oleh karena itu, Tuhan mengirimkan banjir pada mereka. Sebelum banjir, Tuhan menyuruh Noah untuk membangun sebuah bahtera.

Dalam Al-Qur’an surat Hud ayat 44 disebutkan bahwa bahtera Noah terdampar di atas gunung Istawa Judi yang berada di Turki. Berikut ayatnya:
Dan difirmankan: "Hai bumi telanlah airmu, dan hai langit (hujan) berhentilah," dan airpun disurutkan, perintahpun diselesaikan dan bahtera itupun berlabuh di atas bukit Judi, dan dikatakan: "Binasalah orang-orang yang zalim ." (Q.S. Hud:44)
Dan menurut penelitian arkeologi di sekitar kawasan Gunung Istawa Judi, ada sebuah benda berbentuk perahu dengan ukuran yang sama seperti gambaran bahtera Noah. Berikut ini gambarnya: 

 

Tapi Bible mengatakan bahtera Noah terdampar di Gunung Arafat yang berjarak 20 mil jauhnya dari gunung Istawa Judi. Dan ada masalah dengan penjelasan Bible. Gunung Arafat merupakan formasi geologi yang relatif baru. Pada masa Nabi Noah (Nuh A.S.), Gunung Arafat belum ada. Bible juga mengatakan bahwa seluruh dunia terkena bencana banjir. Tapi ini tidak sesuai dengan ilmu arkeologi dan ilmiah.
Secara ilmiah, tidak mungkin hujan turun selama 40 hari dan 40 malam secara terus-menerus. Ketika seluruh permukaan bumi menjadi berawan karena hujan, maka bagaimana mungkin matahari dapat mengeluarkan panasnya sehingga menguapkan air laut untuk menghasilkan lebih banyak hujan?
Menurut Bible, setiap puncak gunung tergenang air. Namun tidak cukup air di bumi untuk membuat permukaan air laut naik menutupi semua puncak gunung di bumi. Karena pegunungan Everest adalah gunung tertinggi, maka harus ada lebih banyak air di bumi untuk membuat permukaan laut menutupinya. Jadi, menurut pengetahuan ilmiah hal ini tidak mungkin.
Tapi Al-Qur’an Al-Qur’an mengatakan bahwa banjir ini hanya meliputi kaum Noah. Dan memang banyak bukti geologi yang menandakan pernah terjadinya banjir dashyat di area itu.
Jadi sangat menarik bagaimana Al-Qur’an dengan akurat menunjukkan bahwa bahtera Nabi Noah terdampar di gunung Judi. Dan memang sebuah objek berbentuk bahtera yang sangat besar telah ditemukan di daerah itu. Adapun orang-orang yang mencari bahtera Noah di Gunung Ararat selama bertahun-tahun tidak menemukan apa-apa selama ini. Jadi Al-Qur’an sesuai dengan data arkeologi dan ilmiah.
Sekarang, mari kita bahas fakta sejarah lainnya. Al-Qur’an berfirman bahwa Joseph (Yusuf A.S.) memanggil pemimpin rakyat Mesir pada masanya dengan sebutan "raja." Gelar Fir’aun atau Far'aun yang tidak digunakan oleh Joseph (Yusuf A.S.) pada saat dia menyebut penguasa Mesir pada masanya. Gelar Fir'aun baru digunakan pada zaman Musa. Jadi Musa menyebut penguasa Mesir dengan sebutan Far'aun, tapi Yusuf tidak menyebut peguasa Mesir dengan sebutan itu. Dia menyebutnya "raja."
Dinasti Mesir pada saat zaman Joseph (Yusuf A.S.) disebut dinasti Hicos. Dinasti Hicos sebenarnya adalah dinasti Semit dan mereka tidak memiliki kebudayaan seperti kerajaan Mesir. Dengan kata lain, mereka tidak menyebut penguasa mereka dengan sebutan Fir'aun.
Namun, pada saat zaman Musa, dinasti Hicos yang berasal dari Semit telah lenyap dan digantikan oleh penguasa Mesir yang asli. Dan orang Mesir asli  menyebut penguasa mereka dengan sebutan  Fir’aun/Far'aun tepat seperti yang disebutkan dalam Al-Qur’an.
Jadi ini adalah akurasi yang sangat-sangat jitu dan menakjubkan karena hal ini tidak disebutkan dalam Bible.
Sekarang kita akan lanjut ke zaman Musa ketika dia berhadapan dengan Fir'aun.
Tongkat Nabi Musa bisa berubah menjadi ular. Nabi Musa juga bisa mengeluarkan cahaya putih dari tangannya. Dalam perdebatan di antara mereka, Fir’aun berkata dengan begitu sombong:
"Wahai Haman, bangunlah sebuah menara yang tinggi sehingga aku dapat melihat Tuhannya Musa."
Sekarang mari kita teliti hal ini. Disini Fir'aun berbicara kepada Haman. Dan beberapa sarjana Kristen mengatakan bahwa Haman adalah sebuah nama yang diberikan kepada penguasa Persia pada masa sekitar 1.200 tahun setelah zaman Musa.
Jadi orang-orang Kristen berkata:  Lihatlah, Muhammad bahkan menyalinnya dari Bible. Dia mengambil nama Haman dari Bible dan kemudian memasukkannya ke dalam zaman Musa.”
Tapi masalahnya adalah, tidak ada Bible dalam bahasa Arab di zaman Nabi Muhammad S.A.W. dan Nabi Muhammad S.A.W. juga buta huruf. Darimana ia menerima pengetahuan ini? Dan bagaimana mungkin Nabi Muhammad tidak ikut menyalin kesalahan dalam Bible? Ini tidak masuk akal.
Dan saya sendiri ingat ketika sekelompok mahasiswa di Cambridge University mencoba untuk menganalisis pemahaman para orientalis. Para orientalis mengatakan bahwa beberapa bagian Al-Qur’an disalin dari Bible dan  para mahasiswa itu berusaha membantahnya.
Jadi mereka mengambil salah satu kamus istilah hieroglyphical (huruf Mesir kuno) dan mencari tahu apakah ada seseorang bernama Haman pada zaman Mesir kuno. Meskipun mereka tidak menemukan buku berbahasa Inggris, tapi mereka menemukan sebuah buku dalam bahasa Jerman. Dan melalui buku ini mereka menemukan sebuah temuan yang luar biasa. Ternyata Haman adalah nama jabatan dan bukanlah nama seseorang. Haman adalah nama jabatan dalam masyarakat Mesir.
Haman adalah mandor dari orang-orang yang membangun bangunan dari batu. Ini sesuatu yang sangat luar biasa. Jadi sebenarnya Fir’aun berkata: "Wahai tuan dari orang-orang yang membangun batu, dirikanlah buatku sebuah menara yang tinggi sehingga aku dapat melihat Tuhannya Musa."
Anda tidak akan menemukan hal ini dalam Bible, anda hanya akan menemukannya di dalam Al-Qur’an.

Kesimpulannya, semua ini membuktikan bahwa Al-Qur’an bukanlah salinan dari Bible karena ada sebagian orang yang mengatakan bahwa Nabi Muhammad-lah yang mengarang Al-Qur'an dan dia menyalinnya dari Bible. Dan ada tiga poin penting disini:
  1. Darimana Nabi Muhammad mendapatkan informasi yang begitu akurat kalau bukan dari Allah?
  2. Tidak mungkin Nabi Muhammad menyalinnya dari Bible, karena dia pasti juga akan menyalin kesalahan di dalam Bible.
  3. Pengetahuan membaca hieroglif telah hilang ratusan tahun sebelum masa Nabi Muhammad S.A.W., namun Al-Qur’an menggambarkan sejarah Fir’aun dengan begitu akurat. 
 Jadi ini semua membuktikan bahwa memang Al-Qur’an adalah wahyu dari Allah.
 
Referensi: www.lampuislam.org 

Kisah Orang-orang yang Pernah Mendengar Al-Qur'an

 

Pada zaman Nabi Muhammad, orang-orang Arab sedang berada di puncak kemampuan berbahasa. Ada seorang penyair hebat pada zaman itu yang bernama Labeid bin Rabia. Dan puisi yang ditulis olehnya membuat orang-orang Arab bersujud di hadapannya karena merasa kagum. Tapi ketika Labeid mulai mendengar ayat-ayat Al’Quran, dia memeluk Islam dan berhenti berpuisi. Ketika diminta untuk membacakan puisinya, dia malah berkata: "Puisi mana yang bisa menandingi kehebatan ayat-ayat Al’Quran?"

Dan memang banyak orang-orang Arab yang masuk Islam hanya karena mendengar Al-Qur'an. Mereka sadar bahwa tidak ada orang yang bisa menandingi keindahan bahasa Al-Qur'an. Struktur Al-Qur'an berbeda dari sastra Arab manapun

Dalam bahasa Arab, puisi dibagi menjadi 16 bihar. Kata bihar berarti "laut." Puisi disebut bihar karena setiap puisi bergerak dalam pola ritmis yang berbeda-beda. Di antara bentuk-bentuk bihar tersebut adalah sajak para peramal, prosa, prosa berirama, dan pidato.
 

Namun Al-Qur'an tidak dapat digolongkan ke dalam salah satu kategori puisi Arab. Al-Qur'an itu unik dan sampai pada puncak kefasihan tata bahasa. Inilah yang membuat Al-Qur'an tak dapat ditiru.

Ketika orang-orang Arab penyembah berhala mendengar seruan Nabi Muhammad, banyak dari mereka yang mau menyembah Allah S.W.T. Para orang kaya dan orang yang punya kuasa mulai memberontak, karena menurut mereka, itu bisa mengganggu kepentingan mereka.

Hal ini dikarenakan Ka'bah merupakan pusat ziarah bagi semua orang di Jazirah Arab. Dan suku suku Quraisy-lah yang bertanggung jawab atas tempat-tempat di sekitar masjid al-Haraam, Ka'bah, dan sekitarnya. Mereka adalah suku yang paling dihormati pada waktu itu. Sebenarnya, Nabi Muhammad S.A.W. sendiri berasal dari Bani Hashim yang merupakan salah satu percabangan suku Quraisy.

Namun kebanyakan orang-orang Quraisy berputus asa karena pesan Nabi Muhammad. Mereka membayangkan jika berhala-berhala di dalam Ka'bah dihancurkan, maka siapa lagi yang akan berziarah ke Ka'bah? Ziarah tahunan ke Ka'bah telah dilaksanakan selama ribuan tahun, bahkan sebelum masa Nabi Muhammad, orang-orang Arab sering berhaji ke Mekkah. Namun berhaji ke Mekkah menjadi rusak setelah orang-orang mulai menyembah berhala. Tapi orang-orang yang menyembah berhala masih sering datang dari seluruh Jazirah Arab untuk berhaji. Ini merupakan sumber kekayaan kaum Quraisy. Maka dari itu, mereka takut pesan Islam yang dibawa Nabi Muhammad akan menghancurkan kekayaan mereka. Jadi sebenarnya yang mereka pikirkan adalah kepentingan diri mereka sendiri, mereka sebenarnya tahu bahwa Nabi Muhammad memang utusan Allah.

Bahkan salah satu paman Nabi Muhammad berkata: "Wahai Muhammad, sukumu menginginkan peziarah dan suku kami juga menginginkannya. Sekarang kau mengaku bahwa kau adalah seorang utusan Tuhan, maka bagaimana mungkin kami bisa menyaingimu?” Jadi, dia mengaku tidak mau masuk Islam hanya karena ingin tetap setia pada sukunya.

Jadi, mereka memutuskan untuk mengadakan pertemuan yang membahas cara-cara untuk memusuhi Nabi Muhammad dan ajaran Islam. Dan, Alkamar Ibnu Abdul Manaf, berbicara dalam pertemuan para pemimpin Quraisy:
 

"Wahai kaum Quraisy, sebuah bencana baru telah menimpa sukumu. Ketika Muhammad masih muda, dia adalah orang yang paling kalian sayangi, dia orang yang paling jujur dan dapat dipercaya, tapi sekarang ketika dia sudah mulai beruban, dia menyerukan sebuah pesan kepada kalian. Kalian mengatakan bahwa dia adalah seorang tukang sihir, tapi dia bukan penyihir. Karena para penyihir hanya memainkan trik-trik mereka. Kalian mengatakan dia adalah seorang peramal, tapi kita telah melihat para peramal dan Muhammad tidak seperti seorang peramal. Kemudian kalian mengatakan bahwa dia adalah seorang penyair, tapi dia bukan seorang penyair, karena dia tidak pandai berpuisi dan kita tahu setiap jenis puisi
Kalian mengatakan bahwa dia kerasukan roh jahat, tapi sebenarnya dia tidak kerasukan. Kita telah melihat orang-orang yang kerasukan dan dia tidak menunjukkan tanda-tanda seperti orang kerasukan. Wahai orang-orang Quraisy, lihatlah apa yang menimpa kalian, karena Demi Allah, hal yang serius telah menimpa kalian.” 
 
Jadi, orang-orang Quraisy tidak tahu harus berbuat apa. Mereka mencoba menuduh Nabi sebagai seorang peramal, seorang penyihir, seorang penyair, atau orang kerasukan. Tapi tak satu pun dari tuduhan ini yang sesuai. Masyarakat luas tidak percaya, karena ketika mereka bertemu Nabi Muhammad, mereka tahu bahwa sifat Nabi tidak seperti tuduhan-tuduhan itu.

Jadi mereka memutuskan untuk mengatakan: “Keajaiban pidato Muhammad menjauhkan seorang manusia dari ayahnya, istrinya, saudaranya, keluarganya, dan sukunya." Dan tentu saja hal itu benar dalam artian, pesan yang disampaikan oleh Nabi Muhammad, yaitu bahwa tidak ada yang patut disembah kecuali Tuhan Yang Maha Esa, adalah sesuatu yang sangat revolusioner (sangat berbeda). Pesan itu dapat membuat orang-orang yang tadinya menyembah berhala, menjadi tidak mau lagi menyembah berhala dan hanya menyembah Allah.
 
Kemudian Abu Lahab (salah satu paman Nabi Muhammad S.A.W.) biasanya memperingatkan orang-orang yang lewat di jalan menuju Mekkah di musim haji: "Hati-hati dengan Muhammad. Dia memang keponakan saya, tapi jangan dengarkan pidatonya. Jika kau mendengarkannya, maka kau akan terpikat oleh mantra pidatonya."

Kemudian ada seorang pria. Namanya adalah Tufayl ibn Amr. Tufayl adalah kepala suku Douse. Dia adalah seorang penyair yang sangat mahir sehingga dia dihormati dalam masyarakat Arab. Tufayl ibn Amr sedang dalam perjalanan untuk berhaji & saat ia tiba di Mekkah, dia disapa oleh salah satu orang Mekkah. Orang Mekkah itu berkata: "Hati-hati dengan Muhammad, dia sangat berbahaya!" Dan karena dia adalah orang
yang berkedudukan dalam masyarakat, maka Tufayl ibn Amr juga dijamu oleh para pemimpin Quraisy. Para pemimpin Quraisy juga berkata kepada Tufayl: "Jangan dengarkan Muhammad, pidato ajaibnya akan membuatmu gila & membuatmu menjauh dari segala hal yang kau cintai."

Jadi saya akan menuliskan kisah Tufayl ibn Amr dari sudut pandangnya. Tufayl ibn Amr meriwayatkan:
 

"Aku mendekati Mekkah dan ketika para pemimpin Quraisy melihatku, mereka segera medatangiku. Kemudian mereka memberiku sambutan yang sangat hangat dan mengajakku ke sebuah rumah yang besar, mereka memang pandai dalam menjamu orang yang berkedudukan. Di dalam rumah itu, para pemimpin dan tokoh-tokoh masyarakat kemudian berkata "Wahai Tufayl, terima kasih karena kau telah datang ke kota kami. Namun ada seseorang yang menyatakan bahwa dirinya adalah seorang nabi. Orang ini telah mengganggu kepentingan kami. Dia juga menghancurkan kaum kami. Kami takut ia juga akan mempengaruhimu, mengganggu kepentingan, dan menghancurkan kaummu seperti yang telah dilakukannya kepada kami. Maka, jangan berbicara dengan orang itu dan jangan dengarkan yang dia katakan. Pidatonya seperti sihir yang menjauhkan seorang ayah dari anaknya, seorang kakak dari adiknya, serta seorang suami dari istrinya.” Dan mereka terus menceritakan padaku cerita-cerita ini dan menakut-nakutiku tentang kelakuan Muhammad. Aku memutuskan untuk tidak mendekati orang ini, tidak berbicara kepadanya, dan tidak mendengarkan apa yang dikatakannya.

Keesokan harinya aku pergi ke tempat ibadah, aku pergi ke Ka'bah dan melakukan thawaf di sekitar Ka'bah sebagai bagian dari ibadah menyembah berhala yang kami muliakan. Aku menyumbat telingaku dengan kapas karena takut pidato Muhammad mempengaruhiku. Segera setelah aku memasuki tempat ibadah, aku melihatnya sedang berdiri di dekat Ka'bah. Ia beribadah dengan cara yang berbeda dengan ibadah kami. Keseluruhan caranya beribadah berbeda. Hal itu memikatku. Ibadahnya membuatku bergetar dan aku merasa tertarik padanya meskipun aku takut, sampai aku cukup dekat dengannya. Takdir Tuhan menghendaki sebagian kata-kata yang diucapkannya terdengar olehku & aku berkata pada diri sendiri: "Kenapa juga harus takut? Kau adalah penyair yang cerdik, dan kau dapat membedakan antara puisi yang baik & puisi yang buruk. Apa yang mencegahmu mendengarkan apa yang orang ini katakan? Jika apa yang dikatakannya baik, terima saja dan jika buruk, maka tolaklah.”

Aku tetap di sana sampai Nabi pulang ke rumahnya. Aku mengikutinya, kemudian ia memasuki rumahnya dan aku ikut masuk juga. Kemudian aku berkata: "Wahai Muhammad, kaummu menceritakan hal-hal aneh tentangmu kepadaku, Demi Tuhan mereka terus menakutiku dengan hal-hal itu dan menjauhkanku dari seruanmu sampai-sampai aku menutup telingaku agar tidak mendengarkan perkataanmu. Meskipun begitu, Tuhan membuatku mendengar sebagian kata-katamu & kurasa pesanmu adalah pesan yang baik. Jadi ceritakan kepadaku tentang tujuanmu.

Dan kemudian dia memberitahu tujuannya kepadaku dan membacakan kepadaku surat Al Falaq. Aku bersumpah Demi Tuhan, aku belum pernah mendengar kata-kata yang seindah ini sebelumnya. Aku juga tidak pernah mendengar tujuan yang lebih mulia daripada tujuannya. Kemudian aku mengulurkan tanganku kepadanya dalam kesetiaan & bersaksi bahwa tidak ada yang patut disembah kecuali Tuhan Yang Maha Esa & bahwa Muhammad benar-benar utusan Tuhan. Dan itulah kisahku masuk agama Islam." 
(Tufayl ibn Amr)

Bahkan seorang penyair hebat seperti Tufayl terpesona ketika mendengarkan Al-Qur'an. Dia hanya mendengarkannya dan langsung menjadi seorang Muslim. Tapi sebenarnya bahkan para pemimpin Quraisy juga kagum dengan ayat-ayat Al-Qur'an. Menurut Sirah Ibn Isya, ada satu kejadian ketika Abu Sufyan, Abu Jahal, dan Abu Annas yang merupakan pemimpin Quraisy, mereka menyelinap keluar dari rumah mereka di malam hari untuk mendengarkan Nabi yang sedang membaca Al-Qur'an. Jadi mereka mendengarkan Al’Quran dari tempat persembunyian sampai fajar tiba. Dan dalam perjalanan pulang, mereka saling bertemu satu sama lain sambil berkata: "Jangan pernah melakukannya lagi sebab jika salah satu rakyat jelata melihatmu, maka itu akan menimbulkan kecurigaan dalam pikiran mereka.” Jadi mereka semua berjanji untuk tidak mengulangi perbuatan itu lagi.

Tapi hal ini terjadi selama tiga malam berturut-turut. Lagi-lagi mereka menyelinap keluar rumah hanya untuk mendengarkan Nabi membaca Al-Qur'an dan mereka saling bertemu satu sama lain. Sampai pada akhirnya mereka bersumpah tidak akan pernah melakukannya lagi.

Inilah pertanyaannya: Bagaimana mungkin manusia yang buta huruf & tidak terpelajar, tidak pernah menulis puisi, dapat menghasilkan sebuah karya yang tak tertandingi dalam kefasihan bahasa yang begitu sempurna, sehingga bahkan para ahli dalam semua jenis puisi Arab tidak dapat menciptakan puisi yang dapat menandingi surat terpendek dari Al’Quran? Bagaimana mungkin mereka lebih memilih melawan Nabi daripada hanya menciptakan sesuatu yang menandingi ayat-ayat Al’Quran?

Mari kita lihat kisah lainnya. Ini adalah kisah Umar ibn Al Khatab. Dia adalah salah satu sahabat Nabi Muhammad, tapi sebelumnya ia adalah salah satu musuh kaum muslimin yang paling kejam. Ia sering menyerang kaum muslimin dan melecehkannya. Dan keadaan ini telah begitu buruk sehingga umat Islam terpaksa melarikan diri ke Abyssinia.

Ketika ini terjadi, Umar benar-benar tidak senang akan Islam. Hingga suatu hari ia memutuskan: “Aku akan membunuh Muhammad.” Dia mengambil pedangnya dan ia berjalan untuk membunuh Nabi Muhammad.

Namun dalam perjalanan ia bertemu dengan seseorang yang telah menjadi muslim secara diam-diam. Dan
dia berkata: "Umar, kau mau pergi kemana dengan menenteng pedang seperti itu?" Umar berkata: "Aku sedang dalam perjalanan untuk membunuh Muhammad." Jadi orang itu berpikir. Dan kemudian dia ingat bahwa sebenarnya adik Umar juga sudah menjadi muslim. Dia berkata: "Sebelum kau berurusan dengan Muhammad, mungkin kau harus berurusan dengan keluargamu sendiri lebih dulu." Kata Umar: “Apa maksudmu?" Kata orang itu: "Adikmu telah menjadi Muslim." Jadi Umar begitu marah! Dengan menenteng pedangnya, ia berangkat ke rumah adik perempuannya.

Dan ketika ia sampai di pintu, dia mendengar suara adiknya membaca Al-Qur'an. Dia mendobrak pintu & ternyata adik & suami adiknya sedang membaca sesuatu. Dia menerjang dan memukul adiknya sehingga adiknya jatuh di lantai hingga berdarah. Adik Umar mengatakan: "Aku telah menjadi muslim, lakukan apa saja yang kau suka, bunuh saja aku, aku tidak peduli." Dan ketika Umar melihat adiknya tergeletak di lantai, sudah berdarah, namun adiknya tetap teguh dalam membela dirinya, & bahkan tidak takut mati, kemarahan Umar mereda. Dia berkata: "Adikku, apa itu yang kau baca?" Adiknya berkata: "Ini adalah ayat-ayat Al’Quran, firman Allah." Umar mengatakan: "Biarkan aku membacanya." Adiknya berkata: "Tidak boleh sebelum kau mencuci tangan terlebih dahulu." Jadi Umar mencuci tangan, dia tidak boleh menyentuh Al’Quran tanpa mencuci tangan. Dan kemudian dia duduk dan mulai membaca. Dan seiring dia terus membaca, Al’Quran mulai memasuki hatinya.

Dia meletakkan Al’Quran & kemudian dia pergi. Ia pergi ke tempat Nabi Muhammad S.A.W. "Di mana Muhammad?" dia bertanya. Orang-orang mengatakan: "Muhammad, itu adalah Umar, ia telah datang." Nabi berkata: "Biarkan dia masuk." Umar datang dan mengatakan: "Wahai Muhammad, aku bersaksi bahwa tidak ada Tuhan yang patut disembah kecuali Allah & aku bersaksi bahwa engkau adalah utusan Allah."

Dan inilah kisah Umar yang tadinya memusuhi Islam, berubah menjadi salah satu pembela Islam yang paling kuat & giat. Dan ia terkenal karena keadilan, kesalehan, & sifatnya yang selalu membela kebenaran. Inilah kisah tentang orang lain yang memeluk Islam hanya karena mendengar ayat-ayat Al-Qur'an.
 
Referensi: www.lampuislam.org 

Keajaiban Bahasa Arab Dalam Al-Qur'an

https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEixuT0cpEI5-uu5H1LLq1ogy83qiz0EG3ujsVhr0uKsy6bht4w2XEs062fQ0gQ_kjGiWKBGNJ4o1IS6GQg7Oz5DzmDd3JmlZkxJbRsKrw4KcMv4B1tLyp24YMR3Vs2CtqwB88GBZX8zTmo/s1600/Arabic.jpg 

Nabi Muhammad S.A.W. bersabda bahwa setiap nabi Allah mempunyai mukjizat yang meyakinkan. Sebuah mukjizat yang membuat orang-orang yang melihatnya, walaupun mereka tidak mengakuinya dengan lidah mereka, tetapi hati mereka mengakui bahwa mukjizat itu datang dari Tuhan. Jadi mereka yakin bahwa orang itu seorang nabi Tuhan.
 
Misalnya, Musa diberi mukjizat dapat membelah Laut Merah. Dan ketika Fir’aun melihatnya, sebenarnya ia tahu bahwa Musa memang nabi Tuhan. Ketika hampir tenggelam, dia berkata "Sekarang saya beriman kepada-Mu Tuhan", namun taubatnya sudah tidak lagi diterima Allah. Misalnya Nabi Isa bisa menyembuhkan orang-orang yang sakit, ia menyembuhkan penderita kusta, menyembuhkan orang buta, bahkan orang yang sudah mati dapat dibangkitkan olehnya atas izin Tuhan.
Tapi Nabi Muhammad S.A.W. bersabda: "Aku telah diberikan Al’Quran dan aku berharap karenanya, ada lebih banyak orang yang masuk agamaku daripada nabi lainnya." Beberapa dari kalian mungkin berkata: "Bagaimana mungkin Al-Qur'an adalah mukjizat?" Namun, jika anda membaca tulisan sebelumnya, maka anda tahu bahwa Al’Quran tetap utuh dan asli selama ribuan tahun. Ini sesuatu yang luar biasa.
Tapi sesuatu yang luar biasa bukan berarti mukjizat. Jadi apa definisi mukjizat? Mukjizat adalah sesuatu yang tidak bisa dicapai oleh proses alam. Dan mukjizat sangat berbeda dengan sihir karena ada banyak hal yang tidak bisa dilakukan penyihir. Seperti misalnya ketika Musa menghadap Fir’aun, mukjizat yang diberikan Tuhan kepada Musa adalah tongkatnya. Ketika ia melemparkan tongkat itu dan tongkatnya berubah menjadi ular, maka Firaun berkata: "Para penyihirku juga bisa mengubah tongkatnya menjadi ular." Perlu diketahui bahwa para penyihir Fir’aun begitu ahli. Sihir di Mesir pada zaman itu merupakan kesenian yang telah mencapai puncaknya. Banyak masyarakat Mesir pada zaman itu yang terlibat dengan praktek-praktek sihir. Bahkan ada sejenis mantra sihir yang dapat menghidupkan para Fir’aun terdahulu yang telah mati untuk beberapa saat.
Jadi ia memanggil penyihirnya dan mengadakan kompetisi antara para penyihir melawan Musa. Para penyihir melalui sihir mereka berhasil menipu orang-orang yang berpikir bahwa tongkat mereka adalah ular. Tapi kemudian ketika Musa melemparkan tongkatnya dan menghancurkan sihirnya, dan para penyihir sendiri menyadari bahwa mukjizat Nabi Musa tidak bisa ditandingi penyihir mana pun.
Para penyihir terkejut, mereka tahu bahwa mukjizat Musa jauh melampaui kemampuan mereka. Mereka tahu persis bahwa Nabi Musa mendapatkan mukjizat dari Tuhan. Bagi mereka itu adalah mukjizat yang meyakinkan.
Demikian pula di zaman Nabi Isa A.S. (Yesus), orang-orang Yahudi sangat terampil di bidang kedokteran. Tapi ketika Yesus datang dan dapat menyembuhkan orang buta, menyembuhkan penyakit kusta, bahkan orang yang sudah mati bisa dihidupkan kembali olehnya. Karena mukjizat Nabi Isa A.S. (Yesus) yang luar biasa ini, maka mereka tahu bahwa mukjizatnya berasal dari Allah.
Jadi bagaimana mungkin sebuah kitab, yakni Al’Quran dapat menyaingi mukjizat Nabi-nabi yang lain seperti misalnya Nabi Musa A.S. dan Nabi Isa A.S. (Yesus)? Dan tentu saja bahwa setiap mukjizat hanya cocok untuk masa tertentu dan untuk bangsa tertentu. Mukjizat Nabi Musa hanya cocok untuk bangsa Mesir pada zaman itu, karena pada zaman itu mereka begitu mengagumi seni sihir.
Demikian pula, di zaman Nabi Isa A.S. (Yesus), orang-orang yang ahli dalam bidang kedokteran sangat terkesan dengan mukjizat Nabi Isa, sehingga mereka tahu bahwa mukjizatnya berasal dari Allah. Jadi mukjizat-mukjizat para nabi hanya cocok untuk zaman tertentu dan untuk kaumnya saja.
Namun Al-Qur'an adalah mukjizat untuk sepanjang masa. Dan mukjizat Al’Quran, bukanlah hanya pada bagian tertentu saja, namun dari segala aspeknya. Dan salah satu mukjizat
Al’Quran adalah ayat-ayatnya, yang dapat menceritakan tentang alam ini, yang biasanya hanya diketahui di kalangan para ilmuwan. Al’Quran berisi informasi yang tidak mungkin diketahui orang pada masa 1.400 tahun yang lalu. Inilah mukjizat ilmiah dari Al’Quran, karena Al’Quran adalah pedoman bagi kita di pada zaman modern sekarang, seperti juga halnya Al-Qur'an merupakan pedoman pada zaman Nabi Muhammad S.A.W.
Tapi topik kita dalam tulisan ini bukanlah mukjizat ilmiah Al-Qur'an. Kita akan membahasnya dalam tulisan selanjutnya. Topik kita pada tulisan kali ini adalah tentang keajaiban bahasa Al-Qur'an.  

Kita tahu bahwa bahasa Arab adalah bahasa yang hidup. Orang-orang masih berbicara dalam bahasa Arab pada zaman sekarang. Orang-orang zaman sekarang bisa memahami isi Al-Qur'an meskipun kitab ini telah berumur 1.400 tahun. Di dunia ini, mungkin hanya Al-Qur’an-lah satu-satunya kitab yang memiliki kelebihan ini, sebuah kitab yang sangat kuno tapi orang-orang masih dapat mengerti & memahami bahasanya.
Selanjutnya, saya ingin menjelaskan keadaan jazirah Arab pada zaman Nabi Muhammad S.A.W. Jazirah Arab pada zaman Nabi Muhammad adalah sebuah negeri dengan peradaban yang terbelakang. Tidak ada teknologi yang maju disana, bahkan kehidupan di Jazirah Arab pada masa Nabi Muhammad bersifat barbar. Orang-orang Arab pada masa itu sangat kejam. Kebiasaan mereka adalah membunuhi bayi-bayi perempuan. Mereka juga tidak punya jalan-jalan yang bagus, tidak ada bangunan yang bagus, semuanya serba terbelakang.
Satu-satunya peradaban yang mereka miliki adalah kemampuan berbahasa. Mereka sangat ahli dalam berbahasa. Bahkan, mereka menjuluki orang-orang non-Arab dengan sebutan ajmi” yang berarti orang bodoh dan bisu. Mereka juga sangat menyukai puisi. Bahkan mereka memiliki pasar untuk orang-orang yang suka berpuisi. Pasar itu bernama "wuhaz."
Perlu diketahui bahwa Nabi Muhammad S.A.W. buta huruf, dia bukan seorang yang berpendidikan, dia bukan seorang sastrawan, dan dia bukan seorang penyair. Namun dia dikenal sebagai orang yang jujur dan dapat dipercaya. Dan kemudian dia datang membawa ayat-ayat Al-Qur'an yang luar biasa kualitasnya. Ayat-ayat Al-Qur’an merupakan karya sastra yang sangat luar biasa dengan tata bahasa yang tidak dapat ditandingi orang-orang Arab manapun. Inilah bukti bahwa Al-Qur'an memang berasal dari Tuhan.
Dan Allah membuat tantangan. Tantangan yang pertama adalah karena orang-orang berkata: "Muhammad-lah yang mengarang-ngarang Al’Quran." Jadi ayat Al-Qur'an pun diturunkan Allah. Dalam surat ke Ath-Thuur dalam ayat 33-34
Ataukah mereka mengatakan: "Dia (Muhammad) membuat-buatnya." Sebenarnya mereka tidak beriman. Maka hendaklah mereka mendatangkan kalimat yang semisal Al Qur'an itu jika mereka orang-orang yang benar.”
 (Q.S. Ath Thuur:33-34)
Dan para orang-orang kafir Mekkah tidak mampu membuat sesuatu yang menandingi Al-Qur’an, maka kemudian Allah berfirman dalam surat Hud ayat 13-14

Bahkan mereka mengatakan: "Muhammad telah membuat-buat Al Qur'an itu", Katakanlah: "(Kalau demikian), maka datangkanlah sepuluh surat-surat yang dibuat-buat yang menyamainya, dan panggillah orang-orang yang kamu sanggup (memanggilnya) selain Allah, jika kamu memang orang-orang yang benar. Jika mereka yang kamu seru itu tidak menerima seruanmu (ajakanmu) itu maka ketahuilah, sesungguhnya Al Qur'an itu diturunkan dengan ilmu Allah, dan bahwasanya tidak ada Tuhan selain Dia, maka maukah kamu berserah diri (kepada Allah)?” 
(Q.S. Hud:13-14) 

Dan ini tidak pernah dilakukan para penyair sebelumnya. Jika mereka diberi tantangan, maka mereka harus merespon sendiri, mereka tidak pernah meminta bantuan orang lain. Bagaimana mungkin anda bisa membuktikan bahwa anda adalah seorang penyair besar, jika anda meminta bantuan orang lain? Meskipun begitu, Allah berfirman bahwa mereka cukup membuat sepuluh surat saja dan mereka dapat memanggil kawan-kawan mereka untuk membantu. Tapi mereka masih tidak sanggup memenuhi tantangan ini.
Jadi Allah memberikan mereka tantangan yang sangat mudah. Di surat Al-Baqarah dalam ayat 23-24:
"Dan jika kamu (tetap) dalam keraguan tentang Al Quran yang Kami wahyukan kepada hamba Kami (Muhammad), buatlah satu surat (saja) yang semisal Al Quran itu dan ajaklah penolong-penolongmu selain Tuhan, jika kamu orang-orang yang benar. Maka jika kamu tidak dapat membuat(nya) -- dan pasti kamu tidak akan dapat membuat(nya), peliharalah dirimu dari neraka yang bahan bakarnya manusia dan batu, yang disediakan bagi orang-orang kafir." 
(Q.S. Al-Baqarah:23-24)
Inilah tantangannya. Dan surat yang paling pendek adalah:
innaa a'thaynaakal kawtsar. fashalli lirabbika wanhar. inna syaani-aka huwal-abtar."  
(Q.S. Al-Kautsar)
Hanya tiga ayat namun orang-orang Arab manapun tidak mampu membuat tiga ayat saja yang seperti Al’Quran. Dan Allah berfirman bahwa selamanya tidak akan ada yang mampu menandingi Al’Quran.
Di surat Al-Isra’ dalam ayat 88: 
"Katakanlah: "Sesungguhnya jika manusia dan jin berkumpul untuk membuat yang serupa Al Qur'an ini, niscaya mereka tidak akan dapat membuat yang serupa dengan dia, sekalipun sebagian mereka menjadi pembantu bagi sebagian yang lain.”
 (Al-Isra’:88)
Bagaimana mungkin Nabi Muhammad yang buta huruf, tidak pandai berpuisi, namun dia dapat menghasilkan sebuah karya yang tak tertandingi, yang begitu indah, dan begitu fasih, bahkan para ahli dari segala macam puisi dalam bahasa Arab tidak dapat menandingi surat terpendek Al-Qur'an? Bahkan mereka lebih memilih untuk melawan Nabi Muhammad sehingga perdagangan dan reputasi mereka hancur. Bagaimana mungkin mereka lebih memilih untuk menderita, daripada hanya memenuhi tantangan sederhana untuk membuat satu surat yang semisal Al’Quran? Itu karena mereka tidak akan pernah bisa melakukannya.
Dan At-Taburi, seseorang yang terkenal dalam menjelaskan keindahan Al’Quran, dia berkomentar:
" Al’Quran berekspresi dengan kefasihan terbesar, membuat maksud pembicara jelas & memfasilitasi pemahaman pendengar, yang merupakan tingkat tertinggi yang paling gemilang dari keindahan. Dan Al-Qur’an naik melampaui tingkat kefasihan dan kemampuan manusia sehingga tidak ada hamba Tuhan yang mampu menyamainya. Maka hal ini menjadi bukti & tanda bagi Nabi Muhammad sebagai utusan Yang Maha Kuasa. Maka Al-Qur’an dapat disamakan dengan mukjizat membangkitkan orang mati, menyembuhkan penderita kusta, dan menyembuhkan orang buta. Semua ini membuktikan tanda-tanda kerasulan, karena semua ini melampaui tingkat pencapaian
Sangat jelas bahwa tidak ada wacana yang lebih fasih, tidak ada kebijaksanaan yang lebih mendalam, tidak ada pidato yang lebih luhur, tidak ada bentuk ekspresi yang lebih mulia daripada wacana yang jelas yang berasal dari ucapan seorang pria. Dia menantang orang-orang yang mengaku sebagai penguasa seni pidato, retorika, puisi, prosa, prosa berirama, dan sajak-sajak peramal. Muhammad S.A.W. menghancurkan khayalan mereka untuk menunjukkan betapa tidak memadainya logika mereka. Ia memisahkan diri dari agama mereka dan memanggil mereka semua untuk mengikutinya, untuk menerima seruannya, untuk bersaksi kepada kebenaran, dan menegaskan bahwa ia adalah utusan yang dikirim Tuhan kepada mereka. Dia membuat mereka tahu bahwa kebenaran yang dia katakan adalah bukti asli kenabiannya yang bayan.
Dia berseru dalam bahasa yang seperti bahasa mereka, dalam sebuah seruan yang maknanya mengkonfirmasi arti dari ucapan mereka. Kemudian ia mengatakan kepada mereka, bahwa mereka tidak akan mampu menciptakan sesuatu yang sebanding dengan bahkan satu surat saja dari kitab yang ia bawa, dan bahwa mereka tidak memiliki kekuatan untuk melakukan hal ini. Mereka semua tersadar mengakui ketidakmampuan, mereka mengakui kebenaran dari apa yang dibawa olehnya dan menjadi saksi atas ketidakberdayaan mereka sendiri.” 
 (At-Taburi)

Dan Al Bayan merupakan julukan Al’Quran yang berarti wacana yang jelas. Al-Qur’an juga mempunyai julukan lainnya, yaitu Al Hikmah (kebijaksanaan) dan Al Furqan (pembeda antara yang benar & yang salah). Lihatlah kejadian yang luar biasa dan tantangan dari Al’Quran. Orang-orang tidak akan pernah mampu menandinginya & bahkan sampai zaman sekarang tidak ada yang mampu menandinginya. Dan seseorang mungkin berkata: "Yah, mungkin memang ada seseorang yang dapat menghasilkan suatu karya yang sebanding dengan Al-Qur'an, tapi mungkin tidak pernah diketahui siapapun. Tapi itu tidak mungkin, jika seseorang memang dapat menulis sesuatu yang sebanding dengan Al’Quran, maka pesan Nabi Muhammad akan hancur, dia akan dipermalukan, dan tak ada seorang pun yang akan mendengarkan dia. Seperti yang tadi saya sebutkan, mereka lebih suka berperang melawan Nabi Muhammad daripada menghasilkan satu surat saja yang menandingi Al’Quran.
Sekarang mari kita lihat apa kata para orientalis yang telah mengakui bahwa Al’Quran tidak mungkin ditiru. E.H. Parmer dalam bukunya The Quran, menulis:
"Penulis Arab terbaik manapun tidak pernah berhasil memproduksi sesuatu dalam tingkat yang sama dengan Al’Quran." (The Quran, E.H. Parmer)
H.A.R. Gibb dalam bukunya Islam: A Historical Survey, berkomentar:
Dalam kurun waktu 1.400 tahun, tidak ada orang yang pernah bermain dalam instrumen yang sangat dalam seperti yang Muhammad lakukan. Instrumen yang sangat kuat dan tegas, sangat berani dan mempunyai berbagai efek emosional. Sebagai sebuah monumen sastra, Al’Quran berdiri dengan sendirinya. Sebuah produksi yang unik dalam literatur Arab & tidak ada yang menjadi pelopor atau penerus Al-Qur’an." (Islam: A Historical Survey, H.A.R. Gibb)
Bahkan para non-Muslim telah mengakui kebenaran Al-Qur’an. Jadi bagaimana mungkin seorang pria yang buta huruf, menghasilkan keindahan yang luar biasa. Bahkan sampai zaman modern sekarang, tidak ada orang-orang Arab yang mampu menghasilkan sesuatu yang menandingi Al-Qur’an. Tidakkah anda berpikir bahwa memang Al’Quran adalah firman Allah, bahwa memang Muhammad S.A.W. adalah utusan Allah? Bukankah memang seharusnya kita semua mengucapkan:
Asyhadu Anla Illaha Illalah wa asyhadu anna Muhammadar Rasulullah
(Aku bersaksi bahwa tidak ada Tuhan selain Allah dan Nabi Muhammad adalah utusan Allah)
Referensi: www.lampuislam.org