Kamis, 11 Juni 2015

3 Bekal Menyambut Ramadhan



Segala puji bagi Allah, Rabb semesta alam. Shalawat dan salam kepada Nabi kita Muhammad, keluarga dan sahabatnya.

Tinggal menunggu hitungan hari kita akan memasuki bulan penuh barokah, Kita akan melihat tiga bekal yang semestinya disiapkan sebelum memasuki bulan Ramadhan yang kami simpulkan dari wejangan para ulama. Tiga bekal tersebut adalah:

Pertama: Bekal ilmu.
Bekal ini amat utama sekali agar ibadah kita menuai manfaat, berfaedah, dan tidak asal-asalan. ‘Umar bin ‘Abdul ‘Aziz berkata,
مَنْ عَبَدَ اللهَ بِغَيْرِ عِلْمٍ كَانَ مَا يُفْسِدُ أَكْثَرَ مِمَّا يُصْلِحُ
Barangsiapa yang beribadah kepada Allah tanpa ilmu, maka dia akan membuat banyak kerusakan daripada mendatangkan kebaikan.”  (Al Amru bil Ma’ruf, hal. 15). Tidak tahu akan hukum puasa, bisa jadi puasa kita rusak. Tidak tahu apa saja hal-hal yang disunnahkan saat puasa, kita bisa kehilangan pahala yang banyak. Tidak tahu jika maksiat bisa mengurangi pahala puasa, kita bisa jadi hanya dapat lapar dan dahaga saja saat puasa. Tidak tahu jika dzikir bareng-bareng entah sehabis shalat lima waktu atau di antara tarawih atau sehabis witir, itu tidak ada dalilnya, akhirnya yang didapat hanya rasa capek karena tidak menuai pahala. Ingatlah syarat diterimanya ibadah bukan hanya ikhlas. Ibadah bisa diterima jika mengikuti tuntunan Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam, alias ada dalilnya. Namun demikianlah masyarakat kita kadang beribadah asal-asalan, asal ‘ngikut’, yang penting ikhlas katanya, padahal ibadah yang dilakukan tidak ada dalil dan tuntunannya. Apa saja kata pak Kyai, pokoknya ‘manut’? Wallahul musta’an. 
Kedua: Perbanyak taubat.
Inilah yang dianjurkan oleh para ulama kita. Sebelum memasuki bulan Ramadhan, perbanyaklah taubat dan istighfar. Semoga di bulan Ramadhan kita bisa menjadi lebih baik. Kejelekan dahulu hendaklah kita tinggalkan dan ganti dengan kebaikan di bulan Ramadhan. Ingatlah bahwa syarat taubat yang dijelaskan oleh para ulama sebagaimana dinukil oleh Ibnu Katsir rahimahullah, “Menghindari dosa untuk saat ini. Menyesali dosa yang telah lalu. Bertekad tidak melakukannya lagi di masa akan datang. Lalu jika dosa tersebut berkaitan dengan hak sesama manusia, maka ia harus menyelesaikannya/ mengembalikannya.” (Tafsir Al Qur’an Al ‘Azhim, 14:61). Inilah yang disebut dengan taubat nashuha, taubat yang tulus dan murni. Moga Allah menerima taubat-taubat kita sebelum memasuki waktu barokah di bulan Ramadhan sehingga kita pun akan mudah melaksanakan kebaikan.
Di antara do’a untuk meminta segala ampunan dari Allah adalah do’a berikut ini:
اللَّهُمَّ اغْفِرْ لِى خَطِيئَتِى وَجَهْلِى وَإِسْرَافِى فِى أَمْرِى وَمَا أَنْتَ أَعْلَمُ بِهِ مِنِّى اللَّهُمَّ اغْفِرْ لِى جِدِّى وَهَزْلِى وَخَطَئِى وَعَمْدِى وَكُلُّ ذَلِكَ عِنْدِى
Allahummagh-firlii khothii-atii, wa jahlii, wa isrofii fii amrii, wa maa anta a’lamu bihi minni. Allahummagh-firlii jiddi wa hazlii, wa khotho-i wa ‘amdii, wa kullu dzalika ‘indii” (Ya Allah, ampunilah kesalahanku, kejahilanku, sikapku yang melampaui batas dalam urusanku dan segala hal yang Engkau lebih mengetahui hal itu dari diriku. Ya Allah, ampunilah aku, kesalahan yang kuperbuat tatkala serius maupun saat bercanda dan ampunilah pula kesalahanku saat aku tidak sengaja maupn sengaja, ampunilah segala kesalahan yang kulakukan) (HR. Bukhari no. 6398 dan Muslim no. 2719).
Catatan penting yang mesti kami sampaikan. Mungkin selama ini tersebar sms maaf-maafkan di tengah-tengah kaum muslimin menjelang Ramadhan. Ingat bahwa meminta maaf itu memang disyariatkan  terhadap sesama apalagi ketika berbuat salah, betul memang bentuk taubatnya adalah minta dimaafkan. Namun bukan jadi kelaziman setiap orang harus minta maaf, padahal tidak ada salah apa-apa. Apalagi kelirunya lagi jika hal ini dianggap kurang afdhol jika tidak dijalani menjelang Ramadhan. Hanya Allah yang beri taufik.
Ketiga: Banyak memohon kemudahan dari Allah.
Selain dua hal di atas, kita juga harus pahami bahwa untuk mudah melakukan kebaikan di bulan Ramadhan, itu semua atas kemudahan dari Allah. Jika kita terus pasrahkan pada diri sendiri, maka ibadah akan menjadi sulit untuk dijalani. Karena diri ini sebenarnya begitu lemah. Oleh karena itu, hendaklah kita banyak bergantung dan tawakkal pada Allah dalam menjalani ibadah di bulan Ramadhan. Terus memohon do’a pada Allah agar kita mudah menjalankan berbagai bentuk ibadah baik shalat malam, ibadah puasa itu sendiri, banyak berderma, mengkhatamkan atau mengulang hafalan Qur’an dan kebaikan lainnya.
Do’a yang bisa kita panjatkan untuk memohon kemudahan dari Allah adalah sebagai berikut.
اللَّهُمَّ لاَ سَهْلَ إِلاَّ مَا جَعَلْتَهُ سَهْلاً وَأَنْتَ تَجْعَلُ الحَزْنَ إِذَا شِئْتَ سَهْلاً
Allahumma laa sahla illa maa ja’altahu sahlaa, wa anta taj’alul hazna idza syi’ta sahlaa” [artinya: Ya Allah, tidak ada kemudahan kecuali yang Engkau buat mudah. Dan engkau menjadikan kesedihan (kesulitan), jika Engkau kehendaki pasti akan menjadi mudah]. (Hadits ini dikeluarkan oleh Ibnu Hibban dalam Shahihnya 3:255. Dikeluarkan pula oleh Ibnu Abi ‘Umar, Ibnus Suni dalam ‘Amal Yaum wal Lailah).
اللَّهُمَّ إِنِّى أَسْأَلُكَ فِعْلَ الْخَيْرَاتِ وَتَرْكَ الْمُنْكَرَاتِ
Allahumma inni as-aluka fi’lal khoiroot wa tarkal munkaroot.” (Ya Allah, aku memohon pada-Mu agar mudah melakukan kebaikan dan meninggalkan kemungkaran). (HR. Tirmidzi no. 3233, shahih menurut Syaikh Al Albani).
Semoga Allah menjadikan Ramadhan kita lebih baik dari sebelumnya. Marilah kita menyambut Ramadhan mubarok dengan suka cita, diiringi ilmu, taubat dan perbanyak do’a kemudahan.
Alhamdulillahilladzi bi ni’matihi tatimmush sholihaat.
Wallahu waliyyut taufiq.
Sumber: rumaysho

Makanan Mukmin Menjelang Keluarnya Dajjal


Di dalam bukunya yang berjudul “Kisah Dajjal dan Turunnya Nabi Isa ‘alahissalam Untuk Membunuhnya”, Syaikh Muhammad Nashiruddin Al-Albani rahimahullah menulis sebagai berikut:
“Asma’ berkata, “Akan tetapi mereka tidak mendapatkan apa-apa sehingga aku khawatir terkena musibah kelaparan, dan apa yang bisa dimakan oleh kaum mukmin pada waktu itu?” Jawab Nabi صلى الله عليه و سلم :
يَجْزِيهِمْ مَا يَجْزِي أَهْلَ السَّمَاءِ
“Allah سبحانه و تعالى mencukupkan kepada mereka dengan makanan yang diberikan kepada penduduk langit (Malaikat).” (HR. Ahmad No. 26298)
Asma’ berkata, “Wahai Nabi Allah, bahwasanya Malaikat tidak makan dan tidak minum.” Jawab Nabi صلى الله عليه و سلم : 
“Akan tetapi mereka membaca tasbih dan mensucikan Allah سبحانه و تعالى , dan itulah makanan dan minuman kaum beriman saat itu, tasbih dan taqdis.” (HR. Abdul Razzaq, ath-Thayalisi, Ahmad, Ibnu Asakir. Ibnu Katsir berkata, “Isnad ini merupakan isnad yang tidak ada cacat (laa ba’sa bihi).” (“Kisah Dajjal”—Syaikh Muhammad Nashiruddin Al-Albani; Pustaka Imam Asy-Syafi’i; hlm. 94-95)

Yang dimaksud oleh Asma’ binti Yazid Al-Anshariyyah dengan “mereka tidak mendapatkan apa-apa sehingga aku khawatir terkena musibah kelaparan” ialah saat menjelang Ad-Dajjal keluar untuk menebar fitnah di tengah ummat manusia. Khususnya di dalam suatu hadits yang juga dijelaskan oleh Syaikh Al-Albani sebagai berikut:
“Sesungguhnya tiga tahun sebelum kemunculan Ad-Dajjal, di tahun pertama, langit menahan sepertiga air hujannya, bumi menahan sepertiga hasil tumbuhannya, dan di tahun kedua, langit menahan dua pertiga air hujannya, dan bumi juga menahan dua pertiga hasil tanamannya. Dan di tahun ketiga langit menahan seluruh yang ada padanya dan begitu pula bumi, sehingga binasalah setiap yang memiliki gigi pemamah dan kuku.” (“Kisah Dajjal”— Syaikh Muhammad Nashiruddin Al-Albani; Pustaka Imam Asy-Syafi’i; hlm. 92)
Jika Nabi صلى الله عليه و سلم menyatakan bahwa “sehingga binasalah setiap yang memiliki gigi pemamah dan kuku”, itu berarti setiap hewan yang memberikan protein utama bagi manusia menjadi punah. Seperti di antaranya ialah: kambing, domba, sapi, kerbau dan onta. Dan sebab itulah Asma’ menjadi khawatir apa yang bakal menjadi makanan kaum beriman di masa itu. Lalu Nabi صلى الله عليه و سلم menjelaskan bahwa makanan kaum mukmin di masa itu ialah makanan penghuni langit, yaitu para malaikat. Dalam hal ini berupa tasbih dan taqdis.
Masya Allah…! Nabi صلى الله عليه و سلم memberi tahu kita yang hidup di masa menjelang datangnya puncak fitnah, yakni Ad-Dajjal, bahwa jenis makanan orang beriman adalah semisal dengan makanan para malaikat. Bayangkan…! Betapa pentingnya kedudukan dan peranan dzikrullah di masa fitnah menjelang hadirnya Ad-Dajjal. Sedemikian pentingnya mengingat Allah سبحانه و تعالى (dzikrullah) sehingga jika dilakukan dengan baik dan benar, maka ia dapat menggantikan fungsi makanan, khususnya protein, yang pada masa itu menjadi barang langka jika tidak bisa dikatakan musnah sama sekali.
Maka saudaraku, alangkah pentingnya ummat Islam sejak sekarang sudah melatih diri dan keluarganya untuk melakukan dzikrullah yang berkualitas dan sebanyak mungkin. Baik dzikrullah yang formal, seperti sholat lima waktu yang hukumnya fardhu ‘ain, maupun dzikrullah yang non-formal seperti berbagai wirid yang dianjurkan oleh Rasulullah صلى الله عليه و سلم . Pantas bilamana Allah سبحانه و تعالى menurunkan ayat khusus berisi perintah untuk dzikrullah sebanyak mungkin.
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا اذْكُرُوا اللَّهَ ذِكْرًا كَثِيرًا وَسَبِّحُوهُ بُكْرَةً وَأَصِيلا
“Hai orang-orang yang beriman, berzikirlah (dengan menyebut nama) Allah, zikir yang sebanyak-banyaknya. Dan bertasbihlah kepada-Nya di waktu pagi dan petang.” (QS. Al-Ahzab [33] : 41-42)
Bila ummat Islam sudah membiasakan sejak dini berdzikir mengingat Allah سبحانه و تعالى sebanyak mungkin dan diiringi dengan kualitas pelaksanaan yang bermakna, niscaya perlahan tapi pasti kegiatan dzikrullah akan menjadi suatu kebutuhan bagi ruhani mukmin laksana makanan dan protein yang dibutuhkan oleh tubuh. Jadi, sejak sekarang setiap mukmin perlu meningkatkan kualitas dan kuantitas dzikrullah sebab kita tidak tahu kapan tiga tahun sulit menjelang keluarnya Ad-Dajjal datang. Lebih baik mempersiapkan diri dan keluarga sedini mungkin daripada terlambat.
Alhamdulillah, kita bersyukur Nabi Muhammad صلى الله عليه و سلم memberi tahu beberapa pesan khusus mengenai wirid yang berkaitan dengan fitnah Ad-Dajjal, seperti:
مَنْ حَفِظَ عَشْرَ آيَاتٍ مِنْ أَوَّلِ سُورَةِ الْكَهْفِ عُصِمَ مِنْ فِتْنَةِ الدَّجَّالِ
“Barangsiapa menghafal sepuluh ayat pertama surah Al-Kahfi, ia terlindungi dari fitnah Dajjal.” (HR. Abu Dawud)
من قرأ سورة الكهف كما أنزلت كانت له نورا يوم القيامة من مقامه إلى مكة ومن قرأ عشر آيات من آخرها ثم خرج الدجال لم يضره
“Barangsiapa membaca surah Al-Kahfi sebagaimana diturunkan, maka baginya cahaya di hari Kiamat dari tempatnya hingga Mekkah, dan barangsiapa membaca sepuluh ayat terakhir surah Al-Kahfi lalu Ad-Dajjal keluar, maka Ad-Dajjal tidak akan dapat memudharatkannya.” (Dishahihkan oleh Al-Albani)
إِذَا تَشَهَّدَ أَحَدُكُمْ فَلْيَسْتَعِذْ بِاللَّهِ مِنْ أَرْبَعٍ يَقُولُ اللَّهُمَّ إِنِّي أَعُوذُ بِكَ مِنْ عَذَابِ جَهَنَّمَ وَمِنْ عَذَابِ الْقَبْرِ وَمِنْ فِتْنَةِ الْمَحْيَا وَالْمَمَاتِ وَمِنْ شَرِّ فِتْنَةِ الْمَسِيحِ الدَّجَّالِ
Jika salah seorang diantara kalian ber-tasyahud (dalam sholat), hendaklah meminta perlindungan kepada Allah سبحانه و تعالى dari empat perkara dan berdoa, “ALLAHUMMA INNI A’UUDZUBIKA MIN ‘ADZAABI JAHANNAMA WAMIN ‘ADZAABIL QABRI WAMIN FITNATIL MAHYAA WAL MAMAAT WAMIN SYARRI FITNATIL MASIIHID DAJJAL (Ya Allah, saya berlindung kepada-Mu dari siksa jahannam dan siksa kubur, dan fitnah kehidupan dan kematian, serta keburukan fitnah Al-Masih Ad-Dajjal).” (HR. Muslim No. 924)
Sumber: eramuslim 

Penyebab Banyaknya Umat Muslim yang Masuk Neraka



Bagi yang mau menonton versi video dari artikel ini, bisa mengklik link berikut: youtube.com/ArceusZeldfer
Di hari kiamat nanti, banyak umat Muslim yang dilemparkan ke dalam neraka. Mereka akan dibakar didalamnya untuk sekian waktu lamanya sebelum akhirnya dikeluarkan. Mengapa demikian? Alasannya adalah karena dosa-dosa yang seringkali diremehkan, yaitu dosa-dosa kecil. Kita seringkali tidak menganggapnya penting. Dalam hati kita berpikir “Itu hanya dosa kecil, tidak akan terlalu berpengaruh karena amal baikku masih banyak.” Mungkin kita menatap seorang wanita di jalan, atau kita mengambil barang milik teman kita dan tidak mengembalikannya, atau kita berbohong dan tidak menepati janji, dan kita meremehkan dosa-dosa tersebut.

Kita terus-menerus melakukan dosa-dosa yang kita anggap kecil. Disanalah letak bahayanya. Sudah menjadi sifat manusia, ketika kita menganggap remeh suatu dosa, maka kita terus-menerus mengulangi hal tersebut sampai akhirnya dosa tersebut menjadi kebiasaan kita, karena kita tidak lagi menganggap dosa itu sebagai masalah besar. Dengan kata lain, kita menjadi tidak sensitif lagi dengan dosa tersebut.
Hal ini juga disabdakan Rasulullah s.a.w. Beliau dengan sedih bersabda “Banyak dari umatku yang akan masuk neraka karena mereka menganggap remeh dosa-dosa kecil, dengan demikian dosa tersebut menjadi kebiasaan mereka sehari-hari.”
Dan sayangnya sebagian Muslim memiliki harapan palsu bahwa Allah akan mengampuninya begitu saja, dan hal tersebut dijadikan alasan untuk melakukan dosa-dosa tersebut berulang kali. Berbuat dosa menjadi kebiasaan yang normal dalam hidup mereka seperti layaknya makan dan minum. Dosa-dosa ini tidak ada artinya lagi bagi mereka, malah mereka menganggapnya seakan-akan dosa tersebut halal dilakukan. Mereka berkata “Tidak apa-apa melakukan sedikit dosa, apa salahnya? Kenapa agama begitu sulit dan mengekang hidup kita?” Sungguh keliru pemikiran mereka. Orang-orang seperti itu haruslah sadar bahwa Allah s.w.t tidak bisa mereka bohongi. Tentu saja Allah s.w.t telah mengetahui apa yang ada di dalam hati mereka. Dan juga agama tidak membuat kehidupan kita sulit, justru agama diturunkan untuk membuat hidup kita menjadi lebih baik. Agama tidaklah sulit, melainkan kitalah yang membuatnya sulit pada diri sendiri.
Hal lain yang perlu diingat adalah, ketika kita melakukan dosa, maka sebenarnya kita menghancurkan karakter/akhlaq kita perlahan-lahan. Sebagai contoh, seringkali para orangtua mengingatkan pada anak-anaknya agar jangan berbohong. Ketika anak mereka ketahuan berbohong, maka para orangtua langsung memarahi atau menegur anak-anak mereka. Kenapa para orangtua bersikap begitu? Alasannya karena para orangtua khawatir. Mereka tidak mau anak mereka memiliki kebiasaan berbohong ketika dewasa nanti. Memiliki kebiasaan berbohong tentu dapat menimbulkan banyak dampak negatif bagi perkembangan si anak. Kebiasaan berbohong tersebut bisa berubah menjadi kebiasaan berbuat curang, kebiasaan mencuri, kebiasaan melakukan korupsi, dan hal-hal negatif lainnya. Begitu juga, Islam melarang kita melakukan dosa kecil karena alasan yang sama, agar kita tidak menjadikan dosa kecil itu menjadi kebiasaan kita dan menghancurkan akhlaq kita.

Referensi: www.LampuIslam.blogspot.com 
Page Facebook: www.facebook.com/riska.pratama.ardi

Selasa, 09 Juni 2015

21 Tanda-tanda Kiamat yang Sudah Terjadi




Ibn Mas’ud pernah bertanya pada Rasulullah, “Ya Rasululullah, apakah datangnya hari kiamat disertai tanda-tanda kedatangannya?” Dia bersabda “Ya, wahai Ibn Mas’ud.”
Jadi kita sebagai Muslim harus mengetahui tanda-tandanya. Ada banyak tanda-tandanya. Di antaranya adalah:
Anak-anak menjadi penuh kemarahan. Dengan kata lain, mereka berani melawan orangtua mereka. Mereka tidak segan-segan berkata kasar dan menghardik orangtua mereka.
Hujan dapat membakar. Jika kita menganalisisnya, hal ini telah terjadi. Sekarang hujan asam semakin sering terjadi. Untuk mengetahui lebih lanjut tentang hujan asam, anda bisa mengunjungi link Wikipedia berikut ini: Hujan Asam.

Orang-orang jahat bertebaran di muka bumi.
Orang-orang akan mempercayai orang-orang yang berkhianat, sedangkan  orang-orang yang dapat dipercaya dianggap sebagai pengkhianat. Orang yang benar akan dianggap sebagai pendusta dan seseorang yang menceritakan kebohongan dianggap sebagai orang yang benar.
Orang-orang akan memutuskan tali silaturahmi. Hal ini telah terjadi sekarang dimana orang-orang lebih senang tinggal di rumah dan menonton televisi, dan mereka enggan mengunjungi tetangga.
Orang-orang munafik akan berkuasa.
Orang-orang yang berperangai buruk mengendalikan perdagangan.
Masjid-masjid dihias tapi hati manusia telah menjadi kotor. Jadi orang-orang yang beribadah di masjid tidak melakukan tazkiyah, meskipun masjidnya indah.
Orang-orang mukmin menjadi lebih terhina daripada kambing yang jelek.
Homoseksualitas dan lesbianisme tersebar luas.
Orang-orang muda mempunyai kekayaan besar-besaran. Misalnya Zuckerberg yang merupakan multi-bilyuner sebelum dia mencapai umur 30.
Adanya perkumpulan-perkumpulan untuk merusak wanita. Sekarang banyak organisasi wanita yang mengatakan ingin membebaskan wanita, namun mereka malah mempromosikan wanita untuk membuka auratnya. Misalnya kontes seperti Miss World dimana para wanita disuruh mempertontonkan auratnya dan memperlihatkan keindahan tubuhnya. Hal seperti ini justru menghancurkan kemuliaan wanita. Dalam Islam, wanita disuruh menutup auratnya agar kemuliaan dan kehormatannya terjaga. Namun yang dilakukan budaya zaman sekarang justru sebaliknya. Wanita malah disuruh untuk membuka auratnya. Dan auratnya tersebut menjadi tontonan orang banyak. Benar-benar dunia telah menjadi begitu sakit.
Terjadinya penghancuran peradaban dan penghancuran dunia. Jadi penghancuran dunia akan menjadi peradaban.
Instrumen musik akan tersebar luas dan Rasulullah bersabda bahwa instrumen musik akan ada di kepala manusia. Ini menakjubkan sekali. Bagaimana Rasulullah tahu tentang hal ini? Itulah yang dikatakan hadistnya, saya tidak mengarang-ngarangnya. Dikatakan bahwa “Di kepala mereka akan ada instrumen musik.” Siapa yang sangka? Tidak ada yang tahu apa itu artinya di zaman Rasulullah. Tapi sekarang kita melihatnya, semua orang dimana-mana mengenakan headphone dan earphone untuk mendengarkan musik.
Akan ada banyak penegak hukum.
Maraknya penghinaan untuk membuat orang lain tertawa. Sekarang lihatlah semua acara TV dimana para pelawak hanya mencela orang-orang untuk membuat pemirsa di rumah tertawa.
Banyak anak-anak yang lahir karena perzinaan. Bahkan di negara ini sekarang lebih dari 50% anak SMA telah melakukan perzinaan. Luar biasa.
Rasulullah bersabda bahwa cobaan akan ditunjukkan kepada hati manusia seperti sajadah. Dia mempunyai dua garis, yang horizontal dan vertikal. Ini maksudnya adalah TV. Dan beginilah caranya setan menghancurkan hati manusia, dengan menunjukkan fitnah pada manusia dan gambar-gambar jelek pada TV. Setan melakukannya terus-menerus sampai manusia menjadi terbiasa dengan kekerasan yang ada dalam tayangan TV. Kita tidak lagi merasakan apapun ketika melihat kekerasan.
Rasulullah s.a.w bersabda, “Kamu akan melihat orang-orang dengan cambuk seperti ekor sapi. Mereka akan memukul manusia dengannya.”
Wanita yang berpakaian dan telanjang pada saat bersamaan. Mereka akan berjalan berlenggak-lenggok dan membuat menarik orang lain kepada mereka. Dia berkata bahwa rambut mereka akan seperti unta Bactrian. Unta itu tidak ada di Arab, melainkan berasal dari Persia. Wanita-wanita seperti itu tidak akan masuk surga.
Dia bersabda “Sebagian umatku akan meminum khamr dan memanggilnya dengan nama lain.” Mereka mempunyai banyak nama panggilan untuk khamr. Dan ini sudah terjadi. Kita memanggil khamr dengan berbagai sebutan, misalnya vodka, tuak, martini, wine, anggur, bir, dan sebagainya.
Jadi inilah tanda-tanda dari hari kiamat yang sekarang telah terjadi. Ya Allah, Rasulullah telah berbicara benar dan nubuatnya menjadi kenyataan. Bagi saya ini adalah mukjizat kenabian yang nyata dari Rasulullah.
 

Kesuksesan Terdiri dari Dua Hal


Ada orang-orang yang dimudahkan oleh Allah dalam banyak hal. Bagi sebagian orang, Allah memudahkan mereka dalam mencari uang. Bagi sebagian yang lain, mendapatkan rasa percaya diri itu mudah. Ketika orang lain nervous, mereka tidak nervous. Bagi yang lain, mendapat nilai tinggi dalam pelajaran itu mudah. Saya sendiri mengajar bahasa Arab. Sebagian murid saya dimudahkan Allah untuk menyerap pelajaran dengan cepat.
Saya kenal dengan murid yang lain. Dia sangat pintar dalam Fisika dan mendapat gelar Ph.D.  Namun dia selalu kesulitan dalam belajar bahasa Arab. Kesimpulannya, tidak semua orang itu sama.

Yang perlu diketahui adalah Allah memudahkan satu hal, kemudian hal berikutnya, dan hal berikutnya. Apakah semuanya selalu menjadi mudah? Tidak, terkadang anda akan gagal. Ada seorang murid yang terbiasa dapat nilai 100 selama empat kali berturut-turut, dan kelima kalinya dia dapat 50. Kemudian dia langsung berpikir “Oh, Allah tidak lagi bersamaku. Aku tidak mau belajar lagi. Aku benci ini.” Inilah yang terjadi ketika kita tidak ingat bahwa kesuksesan adalah kombinasi dari dua hal, yaitu usaha kita dan pertolongan Allah. Setiap nilai 100 yang kita dapatkan sebelumnya, bukan karena pelajaran itu mudah. Itu karena anda berusaha dan Allah memberikan rahmat-Nya. Dan ketika anda gagal, ada dua hal yang bisa jadi penyebabnya.
Yang pertama, mungkin anda tidak berusaha cukup giat, karena itulah Allah tidak memberikan rahmat-Nya. Dan mungkin meskipun anda sudah berusaha, Allah memutuskan tidak memberi rahmat pada anda, karena mungkin itu yang terbaik bagi anda.
Salah satu sahabat dekat saya dulunya orang Hindu. Dia ingin masuk ke universitas medis. Dan dia selalu dapat nilai A pada semua pelajaran. Dia mendapat nilai tertinggi di sekolahnya karena kecemerlangan otaknya. Dia melamar ke perguruan medis dan mengharapkan beasiswa penuh. Ternyata beasiswanya ditolak dan dia sangat bersedih. Pada akhirnya dia masuk universitas lainnya dan memutuskan untuk kuliah Teknik Komputer. Saat itu dia benar-benar depresi. Siapa sangka, di kampus itu dia bertemu dengan para pelajar yang beragama Islam. Dia berteman baik dengan mereka dan dalam dua tahun dia akhirnya masuk Islam. Ketika dia masuk Islam, ayahnya terkejut dan membawanya ke India agar dia mau masuk Hindu lagi. Namun dia melarikan diri dan kembali kesini.
Ketika mengenang perjalanan hidupnya, dia bersyukur “Alhamdulillah karena aku tidak masuk universitas medis. Ketika aku gagal masuk universitas medis, kupikir itu adalah hal terburuk yang terjadi padaku. Sekarang aku merasa bahwa kegagalan itu adalah hal terbaik dalam hidupku.” Bahkan sekarang anak-anaknya ingin menjadi hafiz Quran, dapatkah anda bayangkan itu? Subhanallah.
Jadi terkadang kita harus percaya pada Allah. Jangan sampai ketika kita terbiasa bergelimang kesuksesan, hanya satu kesulitan kecil menghampiri dan kita kehilangan kepercayaan pada Allah.
Lalu ada juga sebagian orang yang terus-menerus diberikan kesulitan oleh Allah. Orang itu pun mulai berpikir “Aku tidak bisa melakukan apapun. Segalanya sulit bagiku. Aku terus-menerus dipecat, aku terus-menerus gagal ujian, aku terus melakukan kegagalan.” Dia pun depresi. Dan bahkan untuk orang itu harus ingat bahwa kesuksesan di dunia ini adalah kombinasi dari dua hal: Kita harus berusaha, maka Allah akan memudahkan urusan kita.
Sekarang saya ingin menyampaikan dua kalimat do’a ini kepada anda, yaitu Rabbi Ishrah Li Sadri, Wayassir Li Amri. Ada sesuatu yang indah dan elok dalam kalimat ini. Allah mengajarkan pada bahwa jika anda punya hati yang tenang dan berpikir positif, jika anda bertawakkul (percaya) pada Allah dan terus berusaha, maka Allah akan membuat urusan anda jadi mudah. Tapi jika anda bersikap misalnya, “Aku tahu hal ini tidak akan berhasil. Tapi aku akan mencoba...” Jika sudah dari awal anda memulai dengan mental orang yang kalah, maka Allah tidak akan memudahkan tugas anda.
Anda harus punya sikap yang positif. Percayalah bahwa Allah akan memberi anda kesuksesan dalam urusan anda. Dan jika Allah tidak memberikannya, tetaplah mengucapkan Alhamdulillah. Tapi yang sering terjadi adalah anda belum berusaha, namun langsung berkata “Aku kemungkinan tidak akan sukses.” Jangan mulai dengan sikap seperti itu karena Allah tidak akan memudahkan urusan anda nantinya. Jadi jika kita mempunyai kepercayaan pada Allah, maka Allah akan memudahkan tugas kita.
Semoga Allah Azza wa Jalla membuat kita menemukan keseimbangan antara din (agama) dan dunia ini sebagaimana yang diinginkan-Nya. Dan semoga Allah membuat kita semua berkontribusi dalam din (agama)-Nya yang indah ini. Aamiin.
 

Senin, 08 Juni 2015

KENALI KELUARGA BESAR NABI MUHAMMAD SAW.


اللَّهُمَّ صَلِّ وَسَلِّمْ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ
 
.
Para Sejarawan dan Ahli Nasab (Ahlus Siyar wal Ansaab) menyepakati bahawa susunan nasab Nabi Muhammad Shallallahu ‘alaihi wasallam hingga kepada Adnan adalah seperti berikut:
Muhammad bin Abdullah bin Abdul Muthalib (Syaibah) bin Hasyim (Amru) bin Abdul Manaf (Mughirah) bin Qushay (Zaid) bin Kilab bin Murrah bin Ka’ab bin Lu’ay bin Gahlib bin Fihr bin Malik bin Nadhar (Qais) bin Kinanah bin Khuzaimah bin Mudrikah (Amir) bin Ilyas bin Mudhar bin Nizar bin Ma’ad bin Adnan.
 .
.

Keluarga Nabi SAW (Bani Hasyim)

.
Al-Usrah an-Nabawiyyah (Keluarga Besar Nabi Shallallahu ‘alaihi wasallam) lebih dikenali dengan sebutan al-Usrah al-Hasyimiyyah (dinisbatkan kepada datuk Baginda, Hasyim bin’ Abdul Manaf). Mari kita selusuri keluarga besar Baginda Shallallahu ‘alaihi wasallam dari kalangan Bani Hasyim ini:
.

1.  Hasyim

.
Hasyim adalah orang yang dipertanggungjawabkan atas ‘as-Siqayah’ (pengendalian air) dan ‘ar-Rifadah’ (penyediaan makanan) terhadap Baitullah (para haji) dari keluarga Bani Abdul Manaf ketika terjadi perundingan antara Bani Abdul Manaf dan Bani Abdid Daar dalam masalah pembahagian kuasa antara kedua-dua belah pihak.
.
Hasyim dikenali sebagai orang yang hidup dalam keadaan yang baik dan mempunyai martabat tinggi. Beliaulah orang pertama yang menyediakan makanan berbentuk ‘ats-Tsarid’ (roti yang diremuk dan direndam dalam kuah) kepada jemaah-jemaah haji di Makkah. Nama asalnya adalah Amru, adapun kenapa dia dinamakan Hasyim, hal ini kerana pekerjaannya yang meremuk-remukan roti (sesuai dengan erti kata Hasyim dalam Bahasa Arabnya).
.
Dia jugalah orang pertama yang mencadangkan program dua kali ‘rihlah‘ (perjalanan) bagi orang-orang Quraisy, iaitu ‘Rihlatus Syitaa'; mengembara di musim sejuk dan ‘Rihlatush Shaif'; mengembara di musim panas (sebagaimana dalam surat Quraisy ayat 2). Berkenaan dengan hal ini, seorang penyair bersenandung:
.
Amru lah orang yang menghidangkan at-Tsarid kepada kaumnya
Kaum yang ditimpa kurang hujan dan kemahalan
Dia lah yang mencanangkan bagi mereka dua rihlah bermusim
Rihlah / mengembara di musim sejuk dan musim panas.
.
Diantara kisah tentang Hasyim; Suatu hari dia pergi ke bandar Syam untuk berniaga, tetapi ketika sampai di Madinah dia telah berkahwin dengan Salma binti Amru, salah seorang puteri Uday bin an-Najjar. Dia tinggal bersama isterinya untuk beberapa waktu kemudian berangkat ke bandar Syam (ketika itu isterinya yang sedang mengandung ditinggalkan bersama keluarganya dan bayinya kemudian dinamakan dengan Abdul Muthalib).
.
Hasyim kemudiannya meninggal di kota Ghazzah (Ghaza) di tanah Palestin. Isterinya, Salma melahirkan puteranya, Abdul Muthalib pada tahun 497 M. Ibunya memanggilnya dengan ‘Syaibah’ kerana adanya uban di kepalanya. Dia mendidik anaknya itu di rumah ayahnya (Hasyim) di Yatsrib sedangkan keluarganya yang di Makkah tidak seorang pun di antara mereka yang tahu tentang dirinya. Hasyim mempunyai empat orang putera dan lima orang puteri. Keempat puteranya tersebut adalah: Asad, Abu Shaifi, Nadhlah dan ‘Abdul Mutalib. Sedangkan kelima puterinya adalah: asy-Syifa ‘, Khalidah, Dha’ifah, Ruqayyah dan Jannah.
.
.

2.  Abdul Muthalib

.
Kita telah mengetahui bahawa Abdul Muthalib dipertanggungjawabkan atas pengendalian as-Siqayah dan ar-Rifadah selepas Hasyim diserahkan kepada saudaranya, al-Muththalib bin’ Abdul Manaf {Dia adalah tokoh disegani dan mempunyai karisma di kalangan kaumnya. Orang-orang Quraisy menggelarnya dengan al-Fayyadh kerana kedermawanannya (sebab al-Fayyadh ertinya dalam Bahasa Arab adalah yang murah hati)}.
.

a.  Jejak Kasih

Ketika Syaibah (Abdul Muthalib) menginjak remaja sekitar usia 7 tahun atau 8 tahun lebih, al-Muththalib, datuknya mendengar berita tentang dirinya lantas dia pergi mencari. Ketika bertemu dan melihatnya, berlinanglah air matanya, lalu direngkuhnya erat-erat dan dinaikkannya ke atas tunggangannya dan memboncengnya namun cucunya ini menolak hingga dibenarkan dahulu oleh ibunya. Datuknya, al-Muththalib kemudian meminta persetujuan ibunya agar mengizinkannya membawa serta cucunya tersebut tetapi dia (ibunya) menolak permintaan tersebut.
.
Al-Muththalib lantas berkata: “Sesungguhnya dia (cucunya, ‘Abdul Mutalib) akan ikut bersamanya menuju kekuasaan yang diwarisi oleh ayahnya (Hasyim), menuju Tanah Haram Allah.” Barulah kemudian ibunya membenarkan anaknya dibawa. Abdul Mutalib dibonceng oleh datuknya, al-Muththalib dengan menunggang keldai miliknya.
.
Orang-orang berteriak: “Inilah Abdul Muthalib!”. Datuknya, al-Muththalib memotong teriakan tersebut sambil berkata: “Celakalah kamu! Dia ini adalah anak saudaraku (anak saudaraku), Hasyim “. Abdul Muthalib akhirnya tinggal bersamanya hingga tumbuh dan menginjak dewasa. Al-Muthtthalib, datuknya meninggal di Rodman, Yaman dan kekuasaannya dan digantikan oleh cucunya, Abdul Muthalib. Dia menggariskan polisi terhadap kaumnya sama seperti nenek-nenek moyang dulu akan tetapi dia berjaya mengatasi mereka; dia mendapatkan kedudukan dan martabat di hati kaumnya yang belum pernah dicapai oleh nenek-nenek moyangnya terdahulu, dia dicintai oleh mereka sehingga karisma dan wibawanya di hati mereka semakin besar.
.
.

b.  Rampasan Kuasa

Ketika Al-Muththalib meninggal dunia, Naufal (saudaranya) merampas kuasa anak saudaranya itu. Abdul Muthalib kemudian meminta bantuan dan pertolongan para pemimpin Quraisy untuk membantunya melawan bapa saudaranya. Namun mereka menolak sambil berkata: “Kami tidak akan mengganggu urusanmu dengan pakcikmu itu”. Akhirnya dia meminta bapa-bapa saudaranya sebelah ibunya, dari pihak Bani an-Najjar dengan rangkaian bait-bait sya’ir yang mengandungi ungkapan memohon bantuan mereka. Pakciknya, Abu Saad bin ‘Uday bersama lapan puluh (80) orang kemudian berangkat dengan menunggang kuda membantunya.
Sesampai mereka di al-Abthah, sebuah tempat di Makkah dia disambut oleh Abdul Muthalib sambil berkata kepadanya: “Sila jemput singgah ke rumahku, wahai pakcik!”.
Bapa saudaranya menjawab:  “Demi Allah, aku tidak akan (datang ke rumahmu) hingga bertemu dengan Naufal”, lalu dia menghampirinya dan memintasnya yang ketika itu sedang duduk-duduk di dekat al-Hijr (-Hijr Ismail) bersama para penduduk tua Quraisy. Abu Saad langsung mencabut pedangnya seraya mengancam: “Demi Pemilik rumah ini (Kaabah)! Jika tidak engkau kembalikan kuasa anak saudara perempuanku (anak saudaraku) maka aku akan memenggalmu dengan pedang ini.”  Naufal berkata: “Sudah aku kembalikan kepadanya!”.
.
Ucapannya ini disaksikan oleh orang-orang tua Quraisy tersebut. Kemudian barulah dia datang ke rumah Abdul Muthalib dan tinggal di sana selama tiga hari. Selama di situ, dia melakukan Umrah (ala kaum Quraisy dahulu sebelum kedatangan Islam) kemudian pulang ke Madinah. Menyingkapi kejadian yang dialaminya itu, Naufal akhirnya bersekutu dengan Bani Abdul Syams bin Abdi Manaf untuk menandingi Bani Hasyim.
 .
Suku Khuza’ah tergerak juga untuk menolong Abdul Muthalib setelah melihat pertolongan yang diberikan oleh Bani an-Najjar terhadapnya. Mereka berkata (kepada Bani an-Najjar): “Kami juga melahirkannya (Abdul Mutalib juga merupakan anak / keturunan kami) seperti kamu, tetapi kami justeru lebih berhak untuk menolongnya.”  Hal ini lantaran ibu dari ‘Abdi Manaf adalah keturunan mereka. Mereka memasuki Darun Nadwah dan bersekutu dengan Bani Hasyim untuk melawan Bani ‘Abdi Syams dan Naufal. Persekutuan inilah yang kemudian menjadi sebab penaklukan Makkah.
 .
.

c.  Anak-Anak Abdul Muthalib

Abdul Muthalib mempunyai sepuluh orang putera, iaitu: al-Harith, az-Zubair, Abu Talib, Abdullah, Hamzah, Abu Lahab, al-Ghaidaaq, al-Muqawwim, Shaffar, al-‘Abbas. Ada riwayat yang menyebutkan bahawa mereka berjumlah sebelas orang, iaitu ditambah dengan seorang putera lagi yang bernama Qutsam.
 .
Ada lagi riwayat yang menyebutkan bahawa mereka berjumlah tiga belas orang ditambah (dari nama-nama yang sudah ada pada dua versi di atas) dengan dua orang putera lagi yang bernama ‘Abdul Ka’bah dan Hajla. Namun ada riwayat yang menyebutkan bahawa ‘Abdul Kaabah ini tak lain adalah al-Muqawwim sedangkan Hajla adalah al-Ghaidaaq dan tidak ada diantara putera-puteranya tersebut yang bernama Qutsam. Adapun puteri-puterinya berjumlah enam orang, iaitu: Ummul Hakim, al-Baidha (si putih), Barrah,’ Atikah, Arwa dan Umaimah.
.
.

d.  Nazar Korban

Setelah Abdul Muthalib memperolehi sepuluh orang putera dan mengetahui bahawa mereka mencegahnya untuk melakukan niatnya, dia kemudian memberitahu mereka perihal nazar tersebut sehingga mereka pun mentaatinya. Dia menulis nama-nama mereka di anak panah yang akan diundikan di antara mereka dan dipersembahkan kepada patung Hubal, kemudian undian tersebut bermula maka setelah itu keluarlah nama Abdullah. Abdul Muthalib membimbingnya sambil membawa pedang dan mengarahkan wajahnya ke Kaabah untuk disembelih, namun orang-orang Quraisy menegahnya, terutama bapa saudara-bapa saudaranya (dari pihak ibu) dari Bani Makhzum dan saudaranya, Abu Talib.
.
Menghadapi sikap tersebut, Abdul Muthalib berkata: “Apa yang harus kuperbuat dengan nazarku?”. Mereka menyarankannya agar dia bertemu dukun / peramal wanita dan meminta petunjuknya. Dia kemudian datang kepadanya dan meminta petunjuknya. Dukun / peramal wanita ini memerintahkannya untuk menjadikan anak panah undian tersebut dimainkan antara nama Abdullah dan sepuluh ekor unta, jika yang keluar nama Abdullah maka dia (Abdul Muthalib) harus menambah tebusan sepuluh ekor unta lagi, begitu seterusnya hingga Tuhannya redha. Dan jika yang keluar atas nama unta maka dia harus menyembelihnya sebagai korban.
.
Abdul Muthalib pun kemudian pulang ke rumahnya dan melakukan undian (sebagaimana yang diperintahkan dukun wanita tersebut) antara nama Abdullah dan sepuluh ekor unta, lalu keluarlah yang nama Abdullah; bila yang terjadi seperti ini maka dia terus menambah tebusan atasnya sepuluh ekor unta begitu seterusnya, setiap diundi maka yang keluar adalah nama Abdullah dan dia pun terus menambahnya dengan sepuluh ekor unta sehingga unta tersebut sudah berjumlah seratus ekor berulah undian tersebut jatuh kepada unta-unta tersebut, maka dia kemudian menyembelihnya dan meninggalkannya begitu sahaja tanpa ada yang menyentuhnya baik oleh tangan manusia mahupun binatang buas.
.
Dulu diyat (denda) di kalangan orang Quraisy dan Bangsa Arab secara keseluruhan dihargai dengan sepuluh ekor unta, tetapi sejak peristiwa itu maka diubah menjadi seratus ekor unta yang kemudian dilegitimasi oleh Islam. Diriwayatkan dari Nabi Shallallahu ‘alaihi wasallam bahawasanya Baginda bersabda: “Aku lah anak (cucu) kedua-dua orang yang dipersembahkan sebagai korban / korban”.  Yakni, Nabi Ismail ‘alaihissalam dan ayah beliau Abdullah (Ibnu Hisyam; I/151-155, Tarikh ath-Thabari; II/240-243).
.
.
.

Dua Momentum Besar

 .
Diantara peristiwa penting yang berlaku ke atas Baitullah di masa Abdul Muthalib adalah: Pertama, Penggalian telaga Zam-zam. Kedua, peristiwa datangnya pasukan bergajah.
.

1. Telaga Zam-Zam:

.
Abdul Muthalib bermimpi dirinya diperintahkan untuk menggali Zam-zam dan dijelaskan kepadanya di mana letaknya, lantas dia melakukan penggalian (sesuai dengan penggunaan mimpi tersebut) dan mencari di dalamnya benda-benda terpendam yang dulu ditanam oleh suku Jurhum ketika mereka akan keluar meninggalkan Makkah; iaitu berupa pedang-pedang, perisai-perisai besi (baju-baju besi) dan dua pangkal pelana yang diperbuat dari emas. Pedang-pedang kemudian dia jadikan sebagai pintu Kaabah, sedangkan dua pangkal pelana tersebut dia jadikan sebagai kepingan-kepingan emas dan ditempelkan di pintu tersebut. Dia juga menyediakan tempat untuk perkhidmatan air Zam-zam bagi para jemaah haji.
.
Ketika telaga Zam-zam berjaya digali, orang-orang Quraisy mempermasalahkannya. Mereka berkata kepadanya: “Biarkan kami ikut serta!”  Abdul Muthalib menjawab: “Aku tidak akan melakukannya sebab ini merupakan projek yang sudah aku tangani secara khusus.”  Mereka tidak duduk diam begitu sahaja tetapi menyeretnya ke mahkamah seorang dukun wanita dari Bani Saad, di pinggiran bandar Syam namun dalam perjalanan mereka, bekalan air pun habis lalu Allah turunkan hujan ke atas Abdul Muthalib tetapi tidak setitik pun tercurah ke atas mereka. Mereka akhirnya tahu bahawa urusan Zam-zam telah dikhususkan kepada Abdul Muthalib dan pulang ke tempat mereka masing-masing. Ketika itulah Abdul Muthalib bernazar bahawa jika dikurniakan sepuluh orang anak dan mereka sudah mencapai usia baligh, walaupun mereka mencegahnya bagi mematikan niatnya untuk menyembelih salah seorang daripada mereka di sisi Kaabah maka dia tetap akan melakukannya. Hakikatnya, ia mempunyai anak 11 laki-laki dan 6 perempuan.
.
.

2. Serangan Pasukan Bergajah

.
Abrahah ash-Shabbah al-Habasyi, penguasa bawahan an-Najasyi di negeri Yaman ketika melihat orang-orang Arab melakukan haji ke Kaabah, dia juga membina gereja yang amat megah di bandar Shan’ a’. Tujuannya adalah agar orang-orang Arab mengalihkan haji mereka ke sana. Niat buruk ini didengar oleh seorang yang berasal dari Bani Kinanah. Dia secara diam-diam mengendap dan menceroboh memasuki gereja tersebut pada malam hari, lalu dia lumuri kiblat mereka dengan kotoran.
.
Tatkala mengetahui perbuatan ini meledaklah amarah Abrahah dan serta-merta dia mengerahkan pasukan besar yang kuat (berkekuatan 60.000 tentera) ke Kaabah untuk menghancurkannya. Dia juga memilih gajah paling besar sebagai tunggangannya. Dalam pasukan tersebut terdapat sembilan ekor gajah. Dia meneruskan perjalanannya hingga sampai di al-Maghmas dan di sini dia menggerakkan pasukannya, menyiap siagakan gajahnya dan bersedia melakukan pencerobohan ke bandar Makkah. Akan tetapi baru saja mereka sampai di Wadi Mahsar (Lembah Mahsar) yang terletak di antara Muzdalifah dan Mina, tiba-tiba gajahnya berhenti dan duduk. Gajah ini tidak mahu lagi berjalan menuju Ka’bah. Setiap kali mereka kendalikan dan perintahkan ke arah selatan, utara atau timur, gajah berdiri dan berlari dan bila mereka arahkan ke Kaabah, gajah tersebut kembali duduk.
.
Manakala mereka mengalami keadaan seperti itu, Allah menghantar ke atas mereka burung-burung yang berbondong-bondong yang melempari mereka dengan batu (berasal) dari tanah yang terbakar. Lalu Dia Ta’ala menjadikan mereka seperti daun-daun yang dimakan (ulat). Burung tersebut semisal besi yang berkeluk / klip (khathaathiif) dan kacang adas (balsan). Setiap burung membaling tiga buah batu; sebuah diparuhnya, dan dua buah di kedua-dua kakinya berbentuk seperti kerikil. Bila lemparan batu tersebut mengenai seseorang maka ahli-ahli badan orang tersebut akan menjadi berkeping-keping dan hancur. Tidak semua mereka terkena lemparan tersebut, ada yang boleh keluar melarikan diri tetapi mereka saling berdesakan satu sama lain sehingga banyak yang jatuh di jalan-jalan lantas mereka binasa terkapar di setiap tempat. Sedangkan Abrahah sendiri, Allah kirimkan kepadanya satu penyakit yang membuat sendi jari-jemari tangannya tarikh dan jatuh satu per satu. Sebelum dia mencapai Shan’ a’ maka dia tak ubah seperti seekor anak burung yang dadanya terbelah dari hatinya, untuk kemudian dia roboh tak bernyawa.
.
Adapun keadaan orang-orang Quraisy, mereka berpecah-pencah ke lereng-lereng gunung dan berlangsung di bukit-bukitnya kerana merasa ngeri dan takut kejadian tragis yang menimpa pasukan Abrahah tersebut akan menimpa diri mereka juga. Manakala pasukan tersebut telah mengalami kejadian tragis dan kematian tersebut, mereka turun gunung dan kembali ke rumah masing-masing dengan rasa penuh aman.
.
Peristiwa tragis tersebut terjadi pada bulan Muharram, lima puluh hari atau lima puluh lima hari (mengikut pendapat majoriti) sebelum kelahiran Nabi Shallallahu ‘alaihi wasallam, iaitu bertepatan dengan penghujung bulan Februari atau permulaan bulan Mac pada tahun 571 M. Peristiwa tersebut ibarat prolog yang diberikan oleh Allah untuk NabiNya dan baitnya. Sebab ketika kita memandang ke Baitul Maqdis, kita melihat bahawa kiblat ini (dulu, sebelum Kaabah) telah dikuasai oleh musuh-musuh Allah dari kalangan kaum Musyrikin dimana ketika itu penduduknya beragama Islam, yakni sebagaimana yang terjadi dengan tindakan Bukhtanashshar terhadapnya pada tahun 587 SM dan oleh bangsa Rom pada tahun 70 M. Sebaliknya Kaabah tidak pernah dikuasai oleh orang-orang Nasrani (mereka ketika itu disebut juga sebagai orang-orang Islam / Muslimun) padahal penduduknya adalah kaum Musyrikin.
.
Peristiwa tersebut juga berlaku dalam keadaan yang boleh mendedahkan beritanya ke seluruh dunia yang ketika itu sudah maju; Diantaranya, Negeri Habsyah yang ketika itu mempunyai hubungan yang rapat dengan orang-orang Rom. Di sisi lain, orang-orang Farsi masih mengintai mereka dan menunggu apa yang akan terjadi terhadap orang-orang Rom dan sekutu-sekutunya. Maka, ketika mendengar peristiwa tragis tersebut, orang-orang Farsi akan berangkat menuju ke Yaman. Kedua-dua negeri inilah (Farsi dan Rom) yang ketika itu merupakan negara maju dan bertamadun (superpower). Peristiwa tersebut juga mengundang perhatian dunia dan memberikan isyarat kepada mereka akan kemuliaan Baitullah. Baitullah inilah yang dipilih olehNya untuk dijadikan sebagai tempat suci. Jadi, bila ada seseorang yang berasal dari tempat ini mengaku sebagai pengembang risalah kenabian maka hal inilah sesungguhnya yang merupakan kata kunci dari berlakunya peristiwa tersebut dan penjelasan atas hikmah tersembunyi di sebalik pertolongan Allah terhadap Ahlul Iman (kaum Mukminin) melawan kaum Musyrikin.
.
.
.

3.  Abdullah

.
Abdullah adalah ayahanda Rasulullah Shallallahu’ alaihi wasallam. Ibu Abdullah bernama Fatimah binti Amru bin ‘Aaiz bin Imran bin Makhzum bin Yaqzhah bin Murrah. Abdullah ini adalah anak yang terbaik di antara putera-putera Abdul Muthalib, yang paling tampan, yang paling bersih jiwanya dan yang paling disayanginya. Beliau jugalah orang yang telah terselamat daripada dinadzarkan untuk persembahan korban di Kaabah setelah dewasa oleh bapanya, Abdul Muthalib.
.
Abdul Muthalib memilihkan buat puteranya, Abdullah seorang gadis bernama Aminah binti Wahab bin Abdul Manaf bin Zahrah bin Kilab. Aminah ketika itu termasuk wanita idola di kalangan orang-orang Quraisy baik dari sisi nasab ataupun martabatnya. Ayahnya adalah ketua suku Bani Zahrah secara nasab dan kedudukannya. Akhirnya Abdullah dikahwinkan dengan Aminah dan tinggal bersamanya di Makkah.
.
Tak berapa lama kemudian ayahnya Abdul Muthalib, menyuruhnya ke Madinah. Ketika sampai di sana dia sedang dalam keadaan sakit, sehingga meninggal di sana dan dikuburkan di Daar an-Naabighah al-Ja’di. Ketika berita kematiannya sampai ke Makkah, isterinya Aminah meratapi pemergian si suami dengan untaian ‘ar-Ratsaa’ (bait syair yang mengandungi ungkapan kepedihan hati atas kematian seseorang dengan menyebut kebaikan-kebaikannya) yang paling indah dan menyentuh:
 .
Seorang putera Hasyim tiba (dengan kebaikan) di tanah lapang berbatu
Keluar menghampiri liang lahad tanpa meninggalkan kata yang jelas
Rupanya kematian mengundangnya lantas disambutnya
Tak pernah ia (maut) mendapatkan orang semisal putera Hasyim
Di saat mereka memikul keranda kematiannya
Kerabat-kerabatnya saling berdesakan untuk melayat / menghantarnya
Bilalah pemandangan berlebihan itu diperlakukan maut untuknya
Sungguh itu pantas kerana dia adalah si banyak memberi dan penuh kasih.
 .
Keseluruhan harta yang ditinggalkan oleh Abdullah adalah: lima ekor unta, sekumpulan kambing, seorang budak wanita dari Habasyah bernama Barakah dan Kun-yah (nama panggilannya) adalah Ummu Aiman ​​yang merupakan pengasuh Rasulullah Shallallahu’ alaihi wasallam.
 .
Ketika (meninggal dunia) itu Abdullah baru berumur 25 tahun dan tahun meninggalnya adalah sebelum kelahiran Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam sebagaimana pendapat majoriti ahli sejarah. Ada riwayat yang menyebutkan bahawa dia meninggal dua bulan atau lebih selepas kelahiran Nabi Shallallahu ‘alaihi wasallam.
.
*Sumber: Salasilah Rasulullah SAW,
Sirah Nabawiah, Syaikh Shafiyurrahman Al Mubarakfury

Page Facebook: www.facebook.com/riska.pratama.ardi

Minggu, 07 Juni 2015

Kelahiran Nabi Muhammad SAW







Nabi Muhammad SAW dilahirkan di kota Mekkah, pada hari senin, tanggal 12 Robiul Awal/bulan mulud, tahun Gajah, bertepatan dengan tanggal 20 April 571 Masehi. Dilahirkan dirumah pamannya Abu Thalib dalam keadaan yatim, karena ayahnya Abdullah bin Abdul Muthalib telah meninggal dunia 7 bulan sebelum Nabi Muhammad dilahirkan. Ibunya bernama Aminah binti Wahab berasal dari kota Madinah.
Kakeknya Abdul Muthalib sangat gembira ketika mendengar kelahiran cucunya, kemudian beliau membawa cucunya thawaf mengelilingi ka’bah dan dibawa masuk kedalamnya, lalu diberi nama Muhammad, yang artinya terpuji.
Sebelum kelahiran Nabi Muhammad SAW, datang pasukan bergajah dari Negeri Yaman yang dipimpin oleh Abrahah, ingin menghancurkan ka’bah, sehingga tahun kelahiran Nabi Muhammad SAW dinamakan tahun Gajah. Ketika pasukan gajah memasuki kota Mekkah, dipertengahan jalan mereka diserang oleh serombongan burung Ababil yang diutus Allah SWT, masing-masing burung membawa tiga batu, satu batu diparuhnya dan dua batu dikakinya, kemudian batu itu dijatuhkan kepasukan Abrahah, hancurlah pasukan Abrahah, selamatlah ka’bah dari kehancuan atas pertolongan Allah SWT. Nabi Muhammad SAW adalah keturunan suku Quraisy yang sangat berpengaruh dikota Mekkah bahkan diseluruh Jazirah Arab.
Nabi Muhammad SAW disusui oleh ibunya selama 3 hari lalu disusukan kepada Tsuwaibah, budak perempuan Abu Lahab yang sudah dimerdekakan, kemudian Nabi Muhammad SAW dikembalikan lagi kepada ibunya. Pada suatu hari datanglah Halimah Sa’diyah binti Abi Dzuaib isteri Harits bin Abdul Uzza (Abu Kabsyah) berasal dari bani Sa’ad kabilah Hawazin yang terletak antara kota Mekkah dan kota Thaif (60 km) sebelah timur kota Mekkah, kerumah Aminah ibunda Rasulullah SAW, ia ingin menyusukan putranya. Aminah pun menyerahkan Nabi Muhammad kepada Halimah Sa’diyah. Pada suatu hari ketika Nabi Muhammad dan anak-anak Halimah Sa’diyah sedang mengembala kambing tiba-tiba datang dua malaikat berpakaian putih memegang Nabi Muhammad, lalu membaringkan dan membelah dadanya, membuang sifat-sifat yang kotor lalu menggantikannya dengan sifat yang bersih. Setelah itu mereka meninggalkan Nabi Muhammad yang masih berbaring. Melihat peristiwa itu anak-anak Halimah Sa’diyah berlari memberi tahu ibunya. Kemudian Halimah dan suaminya datang dan menghampiri Nabi Muhammad ingin menanyakan peristiwa yang baru dialami, Nabi Muhammad menceritakan peristiwa tersebut dari awal sampai akhir.
Setelah kejadian itu, Halimah Sa’diyah dan suaminya sangat khawatir akan keselamatan Nabi Muhammad, oleh karena itu beliau dikembalikan kepada ibunya sambil menceritakan kejadian yang pernah dialaminya. Setelah mendengar cerita Halimah Sa’diyah, Aminah bertanya : apakah khawatir, lalu kalian diganggu setan ? Halimah menjawab : ya ! benar, Aminah berkata lagi : tidak, demi Allah setan tidak akan mengganggunya, anakku kelak kan menjadi manusia besar. Kemudian Aminah menceritakan ketika putranya dalam kandungannya, kata Aminah : ketauhilah ketika ia masih dalam kandungan ku, aku bermimpi melihat cahaya terang keluar dari diriku, menyinari istana-istana Bushra di Negeri Syam. Demi Allah, selama aku hamil sama sekali tidak pernah merasa berat. Ketika lahir ia meletakkan tangannya ditanah, sedang kepalanya menengadah kelangit.
Setelah 5 tahun dalam asuhan Halimah Sa’diyah, dengan berat hati Nabi Muhammad dikembalikan kepangkuan ibunya. Sewaktu Nabi Muhammad berumur 6 tahun, ibunya mengajak beliau pergi ke Kota Yasrib/Madinah untuk berziarah kemakam ayahnya serta mengunjungi keluarganya yang berada dikota Madinah. Dikota Madinah ibunya memperlihatkan rumah tempat ayahnya dirawat ketika sakit sampai meninggal dunia dan memperlihatkan tempat ayahnya dimakamkan. Betapa haru hati Nabi Muhammad ketika mendengar cerita tentang ayahnya.
Nabi Muhammad bersama ibunya tinggal dikota Madinah selama 1 bulan, kemudian kembali kekota Mekkah. Dalam perjalanan pulang, didesa Abwa kira-kira 36 km (sebelah selatan kota Madinah) ibunya jatuh sakit sehingga wafat dan dikuburkan ditempat itu. Setelah ibunya dikuburkan Nabi Muhammad dibawa pulang kekota Mekkah oleh Ummu Aiman, seorang budak peninggalan ayahnya. Dalam perjalanan pulang kekota Mekkah, beliau sangat sedih, karena ditinggalkan oleh ayah dan ibunya, terasa olehnya hidup yang makin sepi dan makin sedih. Baru beberapa hari beliau mendengar cerita ibunya tentang ayahnya yang wafat ketika beliau dalam kandungan. Namun semua musibah yang menimpa dirinya dihadapi dengan penuh kesabaran. Setelah sampai dikota Mekkah. Ummu Aiman menyerahkan Nabi Muhammad kepada kakeknya Abdul Muthalib. Beliaulah yang mengasuh dan mendidik Nabi Muhammad sepeninggal ibunya. Namun baru saja berselang 2 tahun, kakeknya meninggal dunia dalam usia 80 tahun, ketika itu Nabi Muhammad berusia 8 tahun.
Sepeninggal kakeknya Nabi Muhammad diasuh oleh pamannya Abu Thalib. Ini sesuai dengan wasiat kakeknya sewaktu masih hidup. Abu Thalib adalah salah seorang paman Nabi Muhammad yang tergolong miskin dan mempunyai banyak anak. Tatkala Nabi Muhammad ada dalam asuhannya. Allah SWT memberkahinya sehingga kehidupannya berkecukupan[1]
Putra-Putri Nabi Muhammad SAW.
Wajib bagi setiap orang islam yang mukallaf ( baligh, berakal, sampai da’wah, sehat panca indra yakni tidak tuli dan buta ), mengetahui keturunan Nabi Muhammad saw dari Ayahnya dan dari Ibunya sampai Sayyidina ‘Adnan. Adapun setelahnya tidak wajib, bahkan menurut Imam Malik makruh hukumnya.[2]
Adapun keturunan Nabi Muhammad saw dari Ayahnya adalah Sayyidina Muhammad bin Abdullah bin Abdul Muthalib bin Hasyim bin Abdu Manaf bin Qushoy bin Kilab bin Murroh bin Ka’ab bin Luai bin Gholib bin Fihir bin Malik bin Nadhor bin Kinanah bin Khuzaimah bin Mudrikah bin Ilyas bin Mudhor bin Nizzar bin Ma’ad bin Adnan ( Sayyidina Adnan ini ada pada zaman Nabi Musa as). Adapun keturunan Nabi Muhammad saw. dari Ibunya adalah Sayyidina Muhammad bin Aminah binti Wahab bin Abdu Manaf bin Zahroh bin Kilab.
Keturunan Nabi Muhammad saw. dari Ayah dan Ibunya sampai Nabi Adam as. dan Ibu Hawa, semuanya Mu’min, ini sesuai dengan sabda Nabi Muhammad saw, yang artinya “ saya berasal dari shulbi yang suci, ke rahim yang suci semuanya “.
Adapun Putra - Putri Nabi Muhammad SAW. Menurut qaol shohih adalah :
1. Sayyidina Qosim ( umurnya 1 tahun 5 bulan )
2. Sayyidatuna Zainab ( putri Nabi yang paling besar )
3. Sayyidatuna Ruqayyah ( putri Nabi yang paling cantik )
4. Sayyidatuna Fatimah Azzahro
5. Sayyidatuna Ummu Kultsum
6. Sayyidina Abdullah
7. Sayyidina Ibrohim ( umurnya 2 bulan 10 hari )
Putra dan Putri Nabi Muhammad semuanya dari Siti Khodijah, kecuali Sayyidina Ibrohim dari Siti Mariyah Al-qibthi.

Page Facebook: www.facebook.com/riska.pratama.ardi