Jumat, 29 Mei 2015

Kenapa Anda Tidak Bisa Shalat 5 Waktu?


Bismillah as salatu wassalamu ala rasulullah. Ada dua masalah yang dialami sebagian umat Muslim. Masalah pertama adalah ada yang berkata bahwa dia tidak bisa shalat 5 waktu sehari. Dan saya tidak percaya pada orang yang berkata seperti itu. Kenapa begitu? Karena saya percaya pada Allah dan firman-Nya. Allah s.w.t berfirman “La Yukallifullahu Nafsan Illa Wus’aha (Allah tidak membebani seseorang melebihi daripada yang dapat ditanggungnya).” Bagi orang yang berkata bahwa dia tidak bisa bertanggung jawab atas apa yang Allah perintahkan, saya tidak percaya padanya. Misalnya anda berkata “Aku tidak bisa shalat 5 waktu. Bagiku, ini terlalu berat” sedangkan Allah berfirman “Ya, kamu bisa!” Jadi saya bisa memilih antara mempercayai perkataan anda atau mempercayai Allah.

Dan mungkin anda tidak sadar bahwa anda sedang membohongi diri sendiri. Mungkin anda membohongi diri sendiri karena kemalasan anda, karena kurang kemauan, sehingga anda tidak mau shalat 5 kali sehari, atau mungkin masalahnya anda malu shalat di depan non-Muslim.
Apakah masuk akal bahwa anda dapat beristirahat selama 15 menit untuk merokok di tempat kerja, tapi anda tidak bisa shalat 5 kali dalam sehari? Subhanallah. Saya dulu bekerja di kota New York, Amerika Serikat, dan saya seringkali melihat Muslim shalat dimanapun mereka berada. Saya melihat seorang satpam yang sedang bertugas, tapi dia tetap shalat di pinggir jalan 5th Avenue karena sudah masuk waktunya. Dan juga ketika di kampus, saya masuk ke ruang fotokopi di perpustakaan, dan saya melihat 3 orang sedang shalat disana.
Seorang Muslim haruslah shalat dan tidak ada tawar-menawar. Jadi itulah masalah yang pertama. Allah berfirman bahwa anda mampu shalat. Allah telah memerintahkan anda untuk melakukannya, dan anda pasti bisa melakukannya. Berdo’alah pada Allah agar Dia memudahkannya.
Masalah yang kedua adalah: "Apakah Allah benar-benar peduli kalau aku shalat atau tidak?" Dan pertanyaan ini sebenarnya lebih tentang “Apakah Allah butuh shalatku atau tidak?” Jika anda bertanya seperti itu, maka anda telah lupa bahwa shalat bukanlah untuk Allah. Shalat berguna untuk diri anda sendiri. Jika semua orang di dunia di sepanjang hidup mereka hanya digunakan untuk shalat, itu takkan membuat Allah lebih kaya dan tidak akan menambah kebesaran-Nya, karena Dia sudah Maha Besar. Dan jika tak seorang pun di seluruh dunia yang berdzikir kepada Allah, hal itu tidak akan mengurangi kebesaran-Nya sama sekali. Allah tidak butuh kita, kitalah yang butuh Allah.
Jadi pertanyaannya adalah: Apakah anda merasa bahwa shalat adalah kebutuhan anda? Dan jika anda merasa tidak perlu meminta bantuan pada Allah, tidak perlu mendekat kepada Allah dan tunduk pada perintah-Nya, maka ada masalah serius dalam keimanan anda. Keimanan anda berarti lemah, dan hal ini terjadi karena anda telah menjauh dari Allah untuk waktu yang sangat lama,
sehingga setan datang kepada anda dan berkata “Ya, aku tahu dulu kamu menyesal karena tak beribadah, mari kita buang rasa penyesalan itu dan ganti dengan perasaan “Lagipula aku tak butuh shalat.” Itulah fase selanjutnya dari penyakit keimanan. Pada awalnya anda masih merasa menyesal karena tidak shalat. Penyesalan itu adalah karunia dari Allah.
Ketika penyesalan itu telah pergi, anda pun berpikir “Allah lagipula tidak butuh shalatku. Jadi aku tidak perlu melakukannya selama aku berbuat baik.” Masalahnya, siapa yang menentukan apa saja yang baik? Ada dua jenis kebaikan di dunia ini: Ada kebaikan etika seperti berbaik hati kepada tetangga, jujur di tempat kerja, tidak mencuri, tidak curang dalam berdagang. Semua ini adalah kebaikan etika. Dan juga ada kebaikan religius misalnya berhaji, berzakat, shalat 5 waktu, puasa Ramadhan. Jadi ada dua jenis kebaikan: kebaikan religius dan kebaikan etika/moral.
Apa yang seringkali terjadi pada seorang Muslim adalah kita seringkali membedakan keduanya. Jadi di antara umat Muslim anda akan melihat orang-orang yang baik secara etika, misalnya baik pada tetangga, baik pada keluarga, mengurus anak-anak, mengurus rumah, jujur di tempat kerja, tapi mereka tidak taat beragama. “Aku tidak butuh agama untuk jadi orang baik”, itulah kata mereka.
Dan di sisi lain, anda melihat orang-orang yang shalat, berhaji, berzakat, memanjangkan jenggot, berpakaian sangat agamis, namun mereka jahat kepada keluarga, berbuat curang dalam berdagang, sangat tidak bermoral dan beretika.
Yang terjadi adalah kita memisahkan dua dimensi kebaikan: Kebaikan etika/moral dan kebaikan religius. Sedangkan yang Allah lakukan dalam Quran adalah menyatukan keduanya. Dalam sebuah ayat yang bernama Ayatul Birr (ayat kebaikan), dijelaskan apa makna kebaikan. Jika anda mempelajari ayat itu, disana dijelaskan bahwa kebaikan adalah kombinasi dari dua hal. Kebaikan adalah kombinasi dari prinsip-prinsip etika seperti menepati janji, bersabar, tetap teguh, dan juga kebaikan religius seperti menjaga shalat, berzakat, puasa, dsb. Jadi jika anda berpikir bahwa anda yang berhak menentukan definisi kebaikan, maka anda akan cendrung hanya melakukan kebaikan etika/moral, sementara anda akan mengesampingkan kebaikan religius.
Tapi yang Allah inginkan adalah agar kita baik secara etika dan religius. Inilah kebaikan yang sejati. Jika anda baik hanya pada salah satunya, maka anda tidak benar-benar baik. Anda hanya mendefinisikan kebaikan bagi diri sendiri, dan anda menolak definisi Allah tentang kebaikan.
Sekian artikel ini, semoga kita dapat menjaga shalat kita dan menjadi Muslim yang lebih baik.

Referensi: www.LampuIslam.blogspot.com
Page Facebook: www.facebook.com/riska.pratama.ardi

Kamis, 28 Mei 2015

Hentikan Menggunakan Kata "Sunnah Rasul" di Malam Jumat!


Sudah menjadi kebiasaan kalau hari kamis malam (atau malam Jumat), banyak tersebar kicauan atau status di social media yang isinya berkisar pada perkataan “Sunnah Rasul”. Begitu juga dalam pergaulan sehari-hari di dunia nyata, istilah tersebut juga sering terdengar. Menurut mereka, istilah “Sunnah Rasul” yang populer di malam Jum’at adalah penghalusan dari hubungan suami istri atau ML. Coba lihat sejenak hasil penelusuran super singkat malam ini, bagaimana ribuan kicauan serasa berlomba-lomba menyebut istilah “Sunnah Rasul”.
Sunnah Rasul

Bagi mereka yang muslim dalam mengucapkan istilah itu bisa jadi karena ingin menutupi sesuatu yang dianggap vulgar / tabu baginya bila disampaikan dalam ruang publik. Tapi akibatnya fatal, karena telah menyempitkan arti dari sumber hukum kedua setelah Al-Qur’an menjadi hanya sebuah aktifitas seks belaka.
Sedangkan bagi mereka yang berhati fasiq dijangkiti penyakit islamophobia dalam mengucapkan istilah itu bisa jadi hanya ingin mengolok-olok, karena baginya ajaran Islam identik dengan urusan sex atau selangkangan. Sehingga tidak segan-segan menuduh dan melecehkan Rasulullah sallallahu ‘alaihi wa sallam yang katanya doyan kawin dan pedofilia. (Insya Allah, soal ini nanti akan saya bahas)
Dari mana asalnya muncul istilah “Sunnah Rasul” yang di-identikkan dengan aktivitas ML?
Semuanya berawal dari hadits ini:

“Barangsiapa melakukan hubungan suami istri di malam Jumat (kamis malam) maka pahalanya sama dengan membunuh 100 Yahudi.”
Dalam hadits yang lain ada disebutkan sama dengan membunuh 1000, ada juga yang menyebut 7000 Yahudi.
Sebenarnya bagaimana derajat hadits tersebut, apakah shahih, dhaif atau palsu?
Mari kita simak sejenak tayangan singkat “Hadits – Hadits Palsu” di RCTI berikut ini dengan nara sumber Prof.DR.KH. Ali Mustafa Yaqub, MA hafizhahullah.
Dalam video tersebut dijelaskan bahwa hadits di atas tidak akan ditemukan dalam kitab manapun, baik kumpulan hadits dhaif apalagi shahih. Kalimat tersebut tidak mempunyai sanad / bersambung ke sahabat, apalagi ke Rasulullah sallallahu ‘alaihi wa sallam. Yang akhirnya pada satu kesimpulan bahwa hadits “Sunnah Rasul” di atas adalah sama sekali bukan hadits, itu hadits PALSU yang telah dikarang oleh orang iseng, orang tidak jelas, dan tidak bertanggung-jawab yang mengatasnamakan Rasulullah sallallahu ‘alaihi wa sallam.
Bahkan kita tidak akan menemukan satu-pun hadits Rasulullah sallallahu ‘alaihi wa sallam tentang berhubungan suami istri pada malam-malam tertentu, termasuk malam Jum’at.
Kemudian lanjutan penelusuran singkat malam ini di “timeline pencarian”, pandangan mata saya tertarik pada sebuah kicauan yang berbunyi:
sunnah rasul

Pertanyaan ini mungkin mewakili ke-awam-an dalam masyarakat kita.

Hukum pernikahan dalam Islam itu bisa Wajib, bisa Sunnah, bahkan bisa Haram, bisa Makruh, atau bisa Mubah; yang semuanya itu tergantung kondisi / latar belakang dalam pernikahan tersebut. (Insya Allah, akan saya bahas secara terpisah dalam jurnal berikutnya). Sedangkan dalam soal berhubungan badan (jima’), yang SALAH adalah pasangan suami istri tersebut meng-khusus-kan malam Juma’t untuk berhubungan badan dengan niat untuk mengamalkan hadits Palsu di atas dan “bersemangat membunuhi ribuan Yahudi” seperti dalam postingan yang menyesatkan di sini: [Kompasiana] Saatnya Membunuh Yahudi Malam Ini. Bagi yang punya akun Kompasiana, silakan menasehati pemilik jurnal tersebut.
Kalau mau berhubungan badan dengan pasangan sah-mu, jangan meng-khusus-kan hari-hari, kemudian lebih baik itu diniatkan sebagai ibadah sehingga diawali dan diakhiri dengan do’a. Berhubungan badan dengan pasangan sah adalah merupakan ibadah seperti sabda Rasulullah sallallahu ‘alaihi wa sallam:

“Dalam kemaluanmu itu ada sedekah.” Sahabat lalu bertanya, “Wahai Rasulullah, apakah kita mendapat pahala dengan menggauli istri kita?” Rasulullah menjawab, “Bukankah jika kalian menyalurkan nafsu di jalan yang haram akan berdosa? Maka begitu juga sebaliknya, bila disalurkan di jalan yang halal, kalian akan berpahala.” [HR. Bukhari, Abu Dawud dan Ibnu Khuzaimah].
Mari STOP mengatakan “Sunnah Rasul” sebagai pengganti dari istilah berhubungan suami istri alias ML ! Karena itu dosa besar.

Bahkan meskipun itu ucapan dalam bentuk “kode”, karena itu sama dengan menyuburkan kedustaan. Dikatakan berdusta karena mengatakan sebuah hadits padahal Rasulullah sallallahu ‘alaihi wa sallam tidak mengatakan apa-apa terhadap yang dikatakan itu.

“Kode” itu misalnya begini:

Papa: “Mah, ntar malam kita berburu dan membunuhi Yahudi yuk!”

Mama: “Maaf, pah, Yahudi nya sudah habis” *kode kalau si mama lagi datang bulan / pms*
Pasutri (pasangan suami istri) terpaksa menggunakan bahasa sandi tersebut agar komunikasinya sulit dipahami anaknya di dalam rumah. Bercanda seperti ini hanya akan menumbuh-suburkan kedustaan hadits tersebut. Itupun akan dituntut di akherat kelak. Maka silakan cari kode atau bahan candaan yang lebih bermutu.
Lantas, apa sih sebenarnya Sunnah Rasul itu?
Definisi yang benar tentang Sunnah Rasul dalam Islam mengacu kepada sikap, perilaku / tindakan, ucapan dan cara Nabi Muhammad sallallahu ‘alaihi wa sallam menjalani hidupnya. Sunnah merupakan sumber hukum kedua dalam Islam, setelah Al-Quran. Narasi atau informasi yang disampaikan oleh para sahabat tentang sikap, tindakan, ucapan dan cara Rasulullah disebut sebagai hadits. Sedangkan Sunnah yang diperintahkan oleh Allah disebut Sunnatullah.
Keseharian dan perilaku Rasulullah sallallahu ‘alaihi wa sallam merupakan gambaran kesempurnaan utuh seorang manusia. Akhlak Rasulullah Sallallahu ‘Alaihi Wassalam merupakan kesempurnaan akhlak pada diri seseorang yang harus diikuti dan diteladani. Allah Subhanahu Wa Ta’ala berfirman:
“Sungguh telah ada pada diri Rasulullah suri tauladan yang baik bagimu.” [QS Al Ahzab: 21].
Bagi seorang Muslim, mengikuti sunnah atau tidak bukanlah suatu “kebebasan memilih”. Sebab mengamalkan ajaran Islam sesuai garis yang telah ditentukan oleh Rasulullah adalah KEWAJIBAN yang harus ditaati, sebagaimana difirmankan dalam Al-Qur’an:

“Dan apa yang Rasul berikan untukmu, maka terimalah ia, dan apa yang ia larang bagimu, maka juhilah.” [Q.S. Al-Hasyr: 7]
Sunnah merupakan kunci untuk memahami pesan-pesan Al-Qur’an dan sebagai perangkat pengurai yang menunjuki dari dalil-dalil yang tersedia di dalamnya. Al-Qur’an diturunkan hanya memuat prinsip-prinsip dasar dan hukum Islam secara global sebagai aturan hidup, sedang sunnah mengajarkan petunjuk pelaksanaannya; jadi sunnah sangat diperlukan jika seseorang hendak mengamalkan secara benar ajaran Islam guna menjadi seorang Muslim yang hakiki. Hal ini dinyatakan dalam Al-Qur’an:

“Siapa yang taat kepada Rasul, maka ia taat kepada Allah.” [Q.S. An-Nisaa': 80]
Apakah ada Sunnah Rasul yang ada keterkaitannya dengan aktivitas pada hari Jumat (atau malam Jum’at)?
Ada. Hadits di bawah ini shahih.
  1. Memperbanyak membaca shalawat. Rasulullah sallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:“Perbanyaklah shalawat kepadaku pada pada hari Jum’at dan malam Jum’at. Barangsiapa yang bershalawat kepadaku satu kali niscaya Allah bershalawat kepadanya sepuluh kali.” (HR. Al Baihaqi)
  2. Membaca Al-Qur’an khususnya surat Al Kahfi. Rasulullah Sallallahu ‘Alaihi Wassalam bersabda:“Barangsiapa membaca surat Al-Kahfi pada hari Jum’at akan diberikan cahaya baginya diantara dua Jum’at.” (HR. Al Hakim)
  3. Memperbanyak do’a. Rasulullah Sallallahu ‘Alaihi Wassalam bersabda:“Hari Jum’at itu dua belas jam. Tidak ada seorang muslim pun yang memohon sesuatu kepada Allah dalam waktu tersebut melainkan akan dikabulkan oleh Allah. Maka peganglah erat-erat (ingatlah bahwa) akhir dari waktu tersebut jatuh setelah ‘ashar.” (HR. Abu Dawud)
  4. Membaca surat As-Sajdah dan Al-Insan dalam Sholat Subuh. “Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam biasa membaca pada shalat Shubuh di hari Jum’at “Alam Tanzil …” (surat As Sajdah) pada raka’at pertama dan “Hal ataa ‘alal insaani hiinum minad dahri lam yakun syai-am madzkuro” (surat Al Insan) pada raka’at kedua.” (HR. Muslim)
    Dan dianjurkan ketika di rakaat pertama sampai pada bacaan ayat ke 15, imam sujud diikuti oleh makmum. Setelah sujud, imam berdiri kembali membaca ayat selanjutanya sampai selesai.
  5. Shalat Jum’at, Rasulullah Sallallahu ‘Alaihi Wassalam bersabda:“Salat Jumat itu wajib atas tiap muslim dilaksanakan secara berjamaah terkecuali empat golongan yaitu hamba sahaya, perempuan, anak kecil dan orang sakit.” (HR.Abu Daud dan Al Hakim)
Jadi, kalau bicara Sunnah Rasul di hari Jumat dan malam Jum’at, ya silakan kaitkan dengan LIMA aktivitas yang disebutkan di atas. Jangan dikaitkan dengan nge-seks atau ML. Bagi pasutri, kalau mau ML bisa kapan saja, tidak ada hari istimewa.
Mari menjaga, memelihara dan mengamalkan sunnah-sunnah Rasulullah sallallahu ‘alaihi wa sallam yang selama ini menjadi hukum syariat kedua setelah Al-Qur’an.
Salam hangat tetap semangat,
Referensi:  www.LampuIslam.blogspot.com

AMALAN - AMALAN ISTIMEWA DIHARI JUM'AT.

Hampir semua umat Islam tahu bahwa Jum’at adalah hari yang diagungkan. Tapi apakah mereka semua mengetahui tentang amalan-amalan istimewa di hari Jum’at? Amalan-amalan yang bisa dilakukan oleh seseorang di hari biasa memang banyak, tapi ternyata ada beberapa amalan khusus yang menjadi sangat istimewa jika seseorang melakukannya di hari yang paling diagungkan oleh agama Islam itu sendiri, yaitu hari Jum’at.
Amalan-Amalan Istimewa di Hari Jum’at
Apakah Anda Mengetahui Tentang Amalan-Amalan Istimewa di Hari Jum’at?
Diantara hari-hari dalam satu minggu, ada sebuah hari yang amalan di dalamnya dinilai sebagai yang paling mulia, yaitu hari Jum’at. Amalan pada hari Jum’at biasanya dinilai sebagai sesuatu yang amat baik dan memiliki keistimewaan sendiri di hadapan Allah SWT yang bertugas sebagai dzat pencipta dan penggerak seluruh makhluk hidup yang ada di dunia ini. Setiap amalan-amalan yang kita lakukan di hari Jum’at, biasanya dinilai sebagai sesuatu yang amat penuh berkah dan nantinya bisa dimanfaatkan oleh kita sendiri di hari kiamat sebagai tabungan kebaikan selama kita hidup di dunia yang hanya sementara ini.
Inilah Daftar Beberapa Amalan-Amalan Istimewa di Hari Jum’at
Setelah kita mengetahui mengenai apa itu amalan istimewa hari Jum’at, maka tentu saja kita sekarang ingin mengetahui apa saja yang terhitung dalam amalan istimewa karena kita ingin menjalankannya demi mendapatkan pahala yang bisa digunakan nanti di akhirat. Hal-hal tersebut adalah sebagai berikut:
1. Membaca Surat Al-Kahfi
Ada sebuah hadits yang mengatakan bahwa Nabi Muhammad SAW menganjurkan umatnya untuk membaca surat al-Kahfi di hari Jum’at. Ketika umatnya melakukan hal tersebut, maka orang-orang tersebut kemudian akan disinari oleh cahaya antara orang itu sendiri dan dengan rumah Allah (Mekkah). Nabi juga bersabda bahwa amalan-amalan istimewa di hari Jum’at terutama membaca surat Al-Kahfi hingga 10 ayat akhirnya, maka tidak akan bisa dikuasai dajjal. Belum lagi pahalanya akan dicatat di kertas yang tidak bisa luntur di surga.
2. Memperbanyak Membaca Shalawat Nabi
Sebuah hadits menceritakan tentang sabda Nabi Muhammad SAW yang berbunyi tentang bagaimana seseorang dianjurkan memperbanyak bacaan shalawat pada Rasul. Hal ini dikarenakan shalawat umat nabi akan diperlihatkan padanya di hari Jum’at, dan siapa yang bershalawat paling banyak akan menjadi yang paling dekat dengan Muhammad di hari kiamat kelak.
3. Tidak Berpuasa di Hari Jum’at dan Jangan Mengkhususkan Dengan Shalat Tertentu
Yang bukan amalan hari Jum’at adalah dengan berpuasa tanpa alasan di hari itu. Rasulullah pernah bersabda dalam suatu hadist yang berkata bahwa janganlah kita membuat hari Jum’at menjadi hari yang amat khusus hingga kita melakukan puasa. Kita hanya boleh berpuasa di hari Jum’at jika kebetulan berpapasan dengan puasa wajib.
4. Membaca Surat Al-Insan dan As-Sajdah Saat Shalat Subuh
Nabi Muhammad diceritakan lewat sebuah hadits yang diriwayatkan Abu Hurairah bahwa beliau biasanya membaca surat As-Sajdah di rakaat pertama dan baru membaca surat Al-Insan di rakaat kedua.
5. Memperbanyak Do’a
Ada hadits riwayat Abu Hurairah yang mengatakan bahwa Rasulullah sempat berbicara mengenai hari Jum’at, dimana ada waktu yang jika orang berdoa di waktu itu maka pasti dikabulkan. Ada 4 pendapat berbeda mengenai waktu ini, tapi untuk lebih baiknya, kita harus lakukan doa setiap saat kita memiliki kesempatan.
Dengan daftar-daftar di atas, kita kini sudah bisa menentukan mana yang akan kita lakukan atau bahkan kita akan dengan senang hati melakukan semua amalan-amalan istimewa di hari Jum’at.

MENGAPA HARI JUMAT, HARI YANG ISTIMEWA BAGI UMAT ISLAM?




Jum'at Hari yang Istimewa,
Karena Allah Subhana Wataala berkalam dalam kitab-Nya:
“Sesungguhnya Kami telah menciptakan manusia [berada] dalam kesukaran/kesusahan” [QS al-Balad [90]:4].
Saking susahnya, tak sedikit orang yang lupa akan perputaran waktu termasuk nama hari. Apalagi untuk memahami makna hari. Saat ini, kita tengah berada dalam hari Jum’at. Apa itu Jum’at?, Dan apa keistimewaannya dibandingkan dengan hari-hari yang lain?
Jum’at adalah hari keenam dalam seminggu atau sepekan. Dalam literatur Arab, Jum’at [al-jumu’ah] juga terkadang digunakan untuk arti minggu [al-usbû’]. Jumat, yang secara utuh diserap dari kata Arab-Qur’ani, berasal dari akar kata jama’a-yajma’u-jam’an, artinya: mengumpulkan, menghimpun, menyatukan, menjumlahkan, dan meng-gabungkan.
Al-Jum’ah artinya: persatuan, persahabatan, kerukunan [al-ulfah], dan pertemuan [al-ijtima]. Meski secara umum dan keseluruhan semua hari – termasuk Jum’at – dalam seminggu itu bisa dikatakan sama atau tidak ada bedanya; namun hari Jum’at bagi kaum umatan muslimatan [kaum Muslimin/Muslimat], dipastikan memiliki keistimewaan tersendiri. Sama halnya dengan keistimewaan Sabtu bagi orang-orang Yahudi, dan Minggu untuk kawan-kawan Nasrani.
Bagi umat Islam, yang masih sempat atau sengaja menyempatkan diri untuk merenungkan makna-makna hari, paling sedikit didasarkan pada alasan utama tentang kebesaran hari Jum’at:
Pertama, satu-satunya nama hari yang dijadikan nama surat dalam Al-Qur’an ialah Jum’at, dalam kaitan ini surat al-Jumu’ah [62] yang terdiri atas: 11 ayat, 180 kata, dan 748 huruf. Di luar Jum’at, tak ada hari lain yang dijadikan nama surat dalam Al-Qur’an. Bahkan pada umumnya disebutkan pun tidak dalam Al-Qur’an. Kalaupun ada nama hari lain yang disebut dalam Al-Qur’an, bahkan penyebutannya beberapakali, namun hari tersebut tak dijadikan nama surat. Padahal, pengabadian sesuatu sebagai nama surat dalam Al-Qur’an, dipastikan menjadi simbol bagi kelebihan se-suatu.
Kedua, berbeda dengan enam hari lainnya yang diposisikan sebagai ‘anggota-anggota’ hari, Jum’at dijuluki se-bagai penghulu atau pemimpin hari. Gelar sayyid al-usbû’ [Pemimpin Minggu] atau saayid al-ayyâm [penghulu hari], mengisyaratkan hal itu. Paling tidak secara simbolis.
Ketiga, berlainan dengan kewajiban shalat [maktûbah] di hari-hari lain yang bisa dilakukan seorang diri [munfarid] sungguhpun tetap diimbau dengan sangat [sunnah mu’akkadah] untuk dilakukannya secara berjamah [bersama- sama], pelaksanaan shalat Jum’ah sesuai nama-nya, wajib dilaksanakan secara berjamaah. Bahkan ada di antara imam mazhab fikih yang mematok jumlah minimal jamaah shalat Jum’ah sebanyak 40 orang dewasa. Pensyariatanpelaksanaan shalat Jum’at harus dilakukan secara berjamaah, dipastikan memiliki nilai-nilai positif tersendiri. Paling tidak dalam rangka mempererat tali silaturrahmi, persaudaraan, persatuan dan kesatuan umat Islam.
Keempat, bagi kaum Muslimin, hari Jum’at dipastikan memberikan penambah pengetahuan tentang keagamaan, di samping merupakan hari-hari pemupukan persaudaraan keagamaan [ukhuwwah ad-dîniyyah] secara internal. Penyampaian khutbah Jum’at oleh ahli-ahli ke-Islam-an dan umumnya disampaikan orang-orang yang sejatinya menyandang predikat saleh, akan memberikan peningkat-an kecerdasan bagi umat Islam. Baik itu kecerdasan intelektualdengan kecerdasan spiritual. Paling tidak bagi mereka yang selalu mengikuti jamaah shalat Jum’at.
Kelima, banyak riwayat [hadits] yang menyebutkan kelebihan Jum’at dibandingkan dengan hari lain, terutama berkenaan dengan berbagai macam dzikir dan amalan-amalan tertentu yang memiliki nilai lebih dibandingkan dengan hal serupa atau bahkan sama tetapi dilakukan di hari lain.
Selain itu, bagi kaum pekerja, hari Jum’at memiliki suasana yang berbeda dibanding empat hari kerja lain. Jam kerja terasa pendek karena ada beberapa kegiatan di luar aktivitas kerja. Di pagi hari, sebagian instansi pemerintah atau kantor swasta menggelar senam pagi bersama. Selesai senam, baru saja ganti pakaian dan masuk kerja, sebentar kemudian sudah menjelang shalat Jum’at, semua aktivitas dihentikan untuk melaksanakannya.
Suasana yang berbeda di hari Jum’at tentu sangat dirasakan kaum muslim. Bagi muslim laki-laki diwajibkan untuk melaksanakan shalat Jum’at berjamaah. Karena itu mereka memenuhi masjid-masjid atau tempat melaksanakan shalat Jum’at yang lain. Ada siraman rohani, penyejuk iman dari khatib Jum’at.
Sebenarnya, tak hanya shalat Jum’at saja yang menjadikan Jum’at sebagai hari istimewa bagi kaum muslim. Jum’at juga menjadi hari besar yang berulang setiap pekannya, sebagaimana yang disabdakan Rasulullah saw: “Hari ini adalah hari besar yang Allah tetapkan bagi umat Islam, maka siapa yang hendak menghadiri shalat Jum’at hendaklah mandi terlebih dahulu…” [HR. Ibnu Majah].
Perbandingan hari Jum’at dengan enam hari lain seperti perbandingan bulan Ramadhan dengan sebelas bulan lain. Karena itu bersedekah di hari Jum’at lebih mulia dibanding sedekah di hari-hari yang lain.
Langkah menuju ke masjid untuk menunaikan shalat Jum’at dihitung sebagai pahala. Aus bin Aus At-Thaqafi ra menyebutkan bahwa ia mendengar sendiri Rasulullah saw bersabda, “Siapa yang mandi pada hari Jum’at, kemudian bersegera berangkat menuju masjid, dan menempati shaf terdepan, kemudian dia diam, maka setiap langkah yang dia ayunkan mendapat pahala puasa dan shalat selama satu tahun, dan itu adalah hal yang mudah bagi Allah”. [HR. Ahmad dan Ashabus Sunan, dinyatakan shahih oleh Ibnu Huzaimah].
Keistimewaan lain, pada hari Jum’at ada suatu waktu jika seseorang memohon dan berdoa kepada Allah, maka niscaya doa dan permohonan itu akan dikabulkan [disebut waktu mustajab]. Bukhari dan Muslim meriwayatkan sabda Rasulullah: “Di hari Jum’at itu terdapat satu waktu yang jika seseorang muslim melakukan shalat di dalamnya dan memohon sesuatu kepada Allah Ta’ala, niscaya permintaannya akan dikabulkan.” Lalu beliau memberi isyarat dengan tangannya yang menunjukkan sedikitnya waktu itu.” Mengenai kapan tepatnya waktu mustajab tersebut, para ulama berbeda pendapat. Di antara perbedaan itu ada dua pendapat yang paling kuat. Pertama, waktu yang mustajab itu saat duduknya imam sampai pelaksanaan shalat Jum’at. Pendapat ini dikuatkan Imam Nawawi. Sedangkan pendapat yang kedua menyebutkan batas akhir waktu tersebut hingga setelah ‘Ashar. Pendapat yang kedua ini dikuatkan Imam Ibnu Qayyim.
Hari Jum’at juga merupakan hari pengampunan dosa. Kaum muslim yang melaksanakan shalat Jum’at dan menyimak dan kecerdasan emosional, maupun kecerdasan moral dan dan bahkan kecerdasan sosial. Lebih-lebih lagi khutbah yang disampaikan khatib, akan diampuni dosa-dosanya sampai Jum’at berikutnya, asal ia tak melaksanakan dosa besar. Berkenaan dengan ini Rasulullah saw bersabda: “Tidaklah seseorang mandi pada hari Jum’at dan bersuci semampunya, berminyak atau mengoleskan minyak wangi dari rumahnya, kemudian keluar [menuju masjid], dan dia tidak memisahkan dua orang [yang sedang duduk berdampingan], kemudian dia mendirikan shalat yang sesuai dengan tuntunannya, lalu diam mendengarkan [dengan seksama] ketika imam berkhutbah melainkan akan diampuni [dosa-dosanya yang terjadi] antara Jum’at tersebut dan Jum’at berikutnya.” [HR. Bukhari]. Namun tak benar jika hal ini digunakan sebagai dalih untuk melakukan kesalahan atau dosa selama seminggu ke depan karena sudah diampuni dosanya dengan shalat Jum’at. Tak ada dosa kecil jika dilakukan berulang-ulang.
Yang lebih istimewa lagi adalah hari Jum’at merupakan Yaumil Mazid, hari saat Allah menampakkan diri kepada kaum mukminin di surga nanti. Allah berfirman: “Mereka di dalam surga memperoleh apa yang mereka kehendaki; dan pada sisi Kami ada tambahannya” [QS 50:35]. Anas bin Malik mengomentari ‘tambahannya’ dalam ayat ini: “Allah menampakkan diri kepada mereka setiap hari Jum’at”.
sumber: www.facebook.com/islamituindah
Page Facebook: www.facebook.com/riska.pratama.ardi

10 KEUTAMAAN HARI JUM'AT




Oleh:  Syaikh Khâlid Abū Shâliĥ

1. Bahwasanya ia adalah sebaik-baik hari.
Dari Abu Hurairah Radhiyallahu ’anhu dari Nabi Shallallahu ’alaihi wa Salam beliau bersabda,
خير يوم طلعت عليه الشمس يوم الجمعة فيه خلق آدم وفيه أدخل الجنة وفيه أخرج منها ولا تقوم الساعة إلا في يوم الجمعة
Sebaik-baik hari yang matahari terbit padanya (hari cerah) adalah hari Jum’at, (karena) pada hari ini Adam diciptakan, hari ini pula Adam dimasukkan ke dalam surga dan dikeluarkan darinya, dan tidaklah akan datang hari kiamat kecuali pada hari Jum’at.” (HR Muslim).
2. Hari ini mengandung kewajiban sholat Jum’at
Kewajiban sholat Jum’at merupakan sebesar-besar kewajiban Islam yang paling ditekankan dan seagung-agungnya berhimpunnya kaum muslimin. Barangsiapa meninggalkannya (menunaikan sholat Jum’at) karena meremehkannya, niscaya Alloh tutup hatinya sebagaimana di dalam hadits shahih yang diriwayatkan Muslim.
3. Terdapat waktu yang orang berdo’a di dalamnya diijabahi (dikabulkan).
Dari Abu Hurairah radhiyallahu ’anhu berkata, Rasulullah Shallallahu ’alaihi wa Salam bersabda,
إن في الجمعة ساعة لا يوافقها عبد مسلم وهو قائم يصلى يسأل الله شيئا إلا أعطاه إياه
Sesungguhnya di dalam hari Jum’at ini, ada suatu waktu yang tidaklah seorang Muslim menemuinya (hari Jum’at) sedangkan ia dalam keadaan berdiri sholat memohon sesuatu kepada Alloh, melainkan akan Alloh berikan padanya.” (Muttafaq ’alaihi)
Ibnul Qayyim berkata setelah menyebutkan adanya perselisihan tentang penentuan spesifikasi waktu ini, ”Pendapat-pendapat yang paling rajih (kuat) adalah dua pendapat yang keduanya terkandung di dalam sebuah hadits yang tsabit (shahih). Yaitu, Pendapat pertama, bahwasanya (waktu ijabah tersebut) mulai dari duduknya imam hingga ditunaikannya sholat, sebagaimana dalam hadits Ibnu ’Umar bahwasanya Nabi Shallallahu ’alaihi wa Salam bersabda,
هي ما بين أن يجلس الإمام إلى أن تقضى الصلاة
”(waktu ijabah tersebut) yaitu diantara duduknya imam sampai ditunaikannya sholat.” (HR Muslim).
Pendapat kedua, yaitu setelah waktu ’Ashar. Dan ini adalah dua pendapat yang paling kuat. (Zaadul Ma’ad I/389-390).
4. Bersedekah di dalamnya kebih baik daripada bersedekah pada hari lainnya.
Ibnul Qayyim berkata, ”Bersedekah pada hari Jum’at dibandingkan hari-hari lainnya dalam sepekan, seperti bersedekah pada bulan Ramadhan dibandingkan bulan-bulan lainnya.”
Dan di dalam hadits Ka’ab (dikatakan),
والصدقة فيه  أعظم من الصدقة في سائر الأيام
Bersedekah di dalamnya lebih besar (pahalanya) daripada bersedekah pada hari lainnya.” (hadits mauquf shahih namun memiliki hukum marfu’).
5. Ia adalah hari dimana Allah Azza wa Jalla memuliakan di dalamnya para wali-wali-Nya kaum mukminin di dalam surga.
Dari Anas bin Malik radhiyallahu ’anhu, beliau berkata tentang firman Allah Azza wa Jalla,
(( وَلَدَيْنَا مَزِيْدٌ ))
Dan pada sisi kami ada tambahannya.” (QS Qaf, 35)
Beliau berkata, ”Allah muliakan mereka pada tiap hari Jum’at.”
6. Ia adalah hari ’Ied (perayaan) yang berulang-ulang setiap pekan.
Dari Ibnu ’Abbas radhiyallahu ’anhuma berkata, Rasulullah Shallallahu ’alaihi wa Salam bersabda,
إن هذا يوم عيد جعله الله للمسلمين فمن جاء الجمعة فليغتسل…
Sesungguhnya hari ini adalah hari ’Ied yang Alloh jadikan bagi kaum Muslimin, barangsiapa yang mendapati hari Jum’at hendaknya ia mandi…” (HR Ibnu Majah dalam Shahih at-Targhib I/298).
7. Ia adalah hari yang menghapuskan dosa-dosa.
Dari Salman beliau berkata, Rasulullah Shallallahu ’alaihi wa Salam bersabda,
لا يغتسل  رجل يوم الجمعة ويتطهر ما استطاع من طهر ويدهن من دهنه أو يمس من طيب بيته ثم يخرج فلا يفرق بين اثنين ثم يصلي ما كتب له ثم ينصت إذا تكلم  الإمام إلا غفر له ما  بينه وبين الجمعة الأخرى
Tidaklah seorang hamba mandi pada hari Jum’at dan bersuci dengan sebaik-baik bersuci, lalu ia meminyaki rambutnya atau berparfum dengan minyak wangi, kemudian ia keluar (menunaikan sholat Jum’at) dan tidak memisahkan antara dua orang (yang duduk), kemudian ia melakukan sholat apa yang diwajibkan atasnya dan ia diam ketika Imam berkhutbah, melainkan segala dosanya akan diampuni antara hari Jum’at ini dengan Jum’at lainnya.” (HR Bukhari).
8. Orang yang berjalan untuk menunaikan sholat Jum’at, pada tiap langkah kakinya ada pahala puasa dan sholat setahun.
Ssebagaimana hadits Aus bin Aus radhiyallahu ’anhu beliau berkata, Rasulullah Shallallahu ’alaihi wa Salam bersabda,
من غسل واغتسل يوم الجمعة وبكر وابتكر ودنا من الإمام فأنصت, كان له بكل خطوة يخطوها صيام سنة وقيامها وذلك على الله يسير
Barangsiapa yang mandi lalu berwudhu pada hari Jum’at, lalu ia bersegera dan bergegas (untuk sholat), kemudian ia mendekat kepada imam dan diam, maka baginya pada setiap langkah kaki yang ia langkahkan (ada pahala) puasa dan sholat setahun, dan yang demikian ini adalah sesuatu yang mudah bagi Alloh.” (HR Ahmad dan Ashhabus Sunnan, dishahihkan oleh Ibnu Khuzaimah).
Allohu Akbar! Setiap langkah yang diayun menuju sholat Jum’at sepadan dengan puasa dan sholat setahun?!
Dimana orang-orang yang mau berlekas untuk menuju kebesaran ini?! Dimana orang-orang yang menginginkan anugerah ini?!
(( ذَلِكَ فَضْلُ اللّهِ يُؤْتِيْهِ مَنْ يَشَاءُ وَاللَّهُ ذُوْ الفَضْلِ العَظِيْمِ ))
Itulah karunia Allah, diberikan-Nya kepada siapa yang dikehendaki-Nya dan Allah mempunyai karunia yang besar.” (QS al-Hadiid, 21)
9.  Jahannam itu dinyalakan –yaitu dikobarkan apinya- setiap hari dalam sepekan kecuali pada hari Jum’at.
Yang mana hal ini sebagai (salah satu bentuk) pemuliaan terhadap hari yang agung ini. (Lihat Zaadul Ma’ad I/387).
10. Meninggal pada hari Jum’at atau malamnya merupakan tanda-tanda husnul khotimah.
Dimana orang yang wafat pada hari ini akan aman dari siksa kubur dan dari pertanyaan dua Malaikat. Dari Ibnu ’Amr radhiyallahu ’anhuma beliau berkata, Rasulullah Shallallahu ’alaihi wa Salam bersabda,
ما من مسلم يموت يوم الجمعة أو ليلة الجمعة إلا وقاه الله تعالى فتنة القبر
Tidaklah seorang muslim meninggal pada hari Jum’at atau pada malam Jum’at, kecuali Alloh Ta’ala lindungi dari fitnah kubur.” (R Ahmad dan Turmudi, dishahihkan oleh al-Albani).

Page Facebook: www.facebook.com/riska.pratama.ardi

HADITS-HADITS SHAHIH TENTANG KEUTAMAAN SURAT AL-KAHFI / الأحاديث الصحيحة في فضل سورة الكهف


 Oleh: Muhammad Wasitho Abu Fawaz, Lc

Surat Al-Kahfi merupakan salah satu surat Al-Quran Al-Karim yang mempunyai keagungan dan keutamaan dibanding beberapa surat yang lain. Akan tetapi tidak sedikit dari kaum muslimin yang belum mengetahui keagungan dan keutamaannya, sehingga sebagian mereka jarang atau bahkan hampir tidak pernah membaca dan menghafalnya. Terlebih khusus pada hari dan malam Jumat. Mereka lebih suka dan antusias membaca surat Yasin yang dikhususkan pada malam Jumat dengan harapan mendapatkan keutamaannya. Namun sayangnya, semua hadits yang menerangkan keutamaan surat Yasin tidak ada yang Shohih datangnya dari nabi shallallahu alaihi wasallam.
Demikianlah keadaan umat Islam. Tidaklah mereka bersemangat mengamalkan hadits-hadits lemah dan palsu serta tidak jelas asal-usulnya, maka sebanyak itu pula mereka meninggalkan amalan-amalan sunnah yang dijelaskan di dalam-hadits-hadits shohih dari Nabi shallallahu alaihi wasallam.
Adapun keutamaan dan keagungan surat Al-Kahfi, maka akan didapatkan oleh setiap muslim dan muslimah yang membacanya dengan niat ikhlas demi mengharap wajah dan ridho Allah, mengimani dan menghayati makna-maknanya serta berusaha mengamalkan hukum dan pelajaran yang terkandung di dalamnya sesuai tuntunan Nabi shallallahu alaihi wasallam.
Berikut ini kami akan sebutkan hadits-hadits shohih tentang keutamaan surat Al-Kahfi.
Hadits Pertama:
عَنْ أَبِى سَعِيدٍ الْخُدْرِىِّ أَنَّ النَّبِىَّ -صلى الله عليه وسلم- قَالَ :« مَنْ قَرَأَ سُورَةَ الْكَهْفِ فِى يَوْمِ الْجُمُعَةِ أَضَاءَ لَهُ مِنَ النُّورِ مَا بَيْنَ الْجُمُعَتَيْنِ »
Dari Abu Sa’id Al-Khudri radhiyallahu anhu, bahwa Nabi shallallahu alaihi wasallam bersabda: “Barangsiapa yang membaca surat Al-Kahfi pada hari Jum’at, maka Allah akan menyinarinya dengan cahaya di antara dua Jum’at.”
(Diriwayatkan oleh Al-Hakim dalam Al-Mustadrok II/399 no.3392, dan Al-Baihaqi di dalam Sunannya III/249 dengan nomor.5792)
DERAJAT HADITS:
Hadits ini derajatnya SHOHIH.
Al-Hakim berkata: “Isnad Hadits ini shohih, akan tetapi imam Bukhari dan Muslim tidak mengeluarkannya”.
Syaikh Al Albani berkata: “Hadits ini shohih.” (lihat Shohih Al-Jami’ no. 6470, dan Shohih At-Targhib wa At-Tarhib I/180 no.736).
Hadits Kedua:
عَنْ أَبِى الدَّرْدَاءِ أَنَّ النَّبِىَّ -صلى الله عليه وسلم- قَالَ : « مَنْ حَفِظَ عَشْرَ آيَاتٍ مِنْ أَوَّلِ سُورَةِ الْكَهْفِ عُصِمَ مِنَ الدَّجَّالِ » وفي رواية ـ من آخر سورة الكهف ـ
Dari Abu Darda’ radhiyallahu anhu, bahwa Nabi shallallahu alaihi wasallam bersabda: “Barangsiapa yang menghafal sepuluh ayat pertama dari surat Al-Kahfi, niscaya dia akan terlindungi dari (fitnah) Dajjal. Dan di dalam riwayat lain disebutkan: “(sepuluh ayat terakhir) dari surat Al-Kahfi.”
(Diriwayatkan oleh Muslim I/555 no.809, Ahmad V/196 no.21760, Ibnu Hibban III/366 no.786, Al-Hakim II/399 no.3391, dan Al-Baihaqi dalam Syu’ab al-Iman V/453 no.2344).
DERAJAT HADITS:
Hadits ini derajatnya SHOHIH.
Syaikh Al Albani berkata: “Hadits ini shohih.” (lihat Silsilah Al-Ahadits Ash-Shohihah II/123 no.582).
Dan di dalam hadits lain dijelaskan maksud daripada perlindungan dan penjagaan dari fitnah Dajjal ialah sebagaimana sabda Nabi shallallahu alaihi wasallam:
فَمَنْ أَدْرَكَهُ مِنْكُمْ فَلْيَقْرَأْ عَلَيْهِ فَوَاتِحَ سُورَةِ الْكَهْفِ [ فَإِنَّهَا جِوَارُكُمْ مِنْ فِتْنَتِهِ ]
“…maka barangsiapa di antara kalian yang menjumpai Dajjal, hendaknya ia membacakan di hadapannya ayat-ayat pertama surat Al-Kahfi, karena ayat-ayat tersebut (berfungsi) sebagai penjaga kalian dari fitnahnya.”
(SHOHIH. Diriwayatkan oleh Muslim dalam kitab Shohihnya bab Dzikru Dajjal, IV/2250 no.2937, dan Abu Daud II/520 no.4321, dari jalan Nawas bin Sam’an radhiyallahu anhu).
Hadits ini dinyatakan SHOHIH oleh syaikh Al-Albani di dalam Silsilah Al-Ahadits Ash-Shohihah II/123 no.582, Tahqiq Misykat Al-Mashobih III/188 no.5475, dan Shohih wa Dho’if Sunan Abi Daud IX/321 no.4321.
Hadits Ketiga:
عن أبي سعيد الخدري رضي الله عنه ، قال : قال رسول الله صلى الله عليه وسلم : « من قرأ سورة الكهف كما أنزلت ، كانت له نورا يوم القيامة من مقامه إلى مكة ، ومن قرأ عشر آيات من آخرها ثم خرج الدجال لم يسلط عليه ، ومن توضأ ثم قال : سُبْحَانَكَ اللَّهُمَّ وَبِحَمْدِكَ لاَ إِلَهَ إِلاَّ أَنْتَ أَسْتَغْفِرُكَ وَأَتُوبُ إِلَيْكَ، كَتَبَ فِي رَقٍّ ثُمَّ طُبِعَ بِطَابَعٍ فَلَمْ يُكْسَرْ إِلَى يَوْمِ الْقِيَامَةِ»
Dari Abu Sa’id Al-Khudri radhiyallahu anhu, ia berkata: Rasulullah shallallahu alaihi wasallam bersabda: “Barangsiapa membaca surat Al-Kahfi sebagaimana diturunkannya, maka surat ini akan menjadi cahaya baginya pada hari Kiamat dari tempat tinggalnya hingga ke Mekkah. Dan barangsiapa membaca sepuluh ayat terkahir dari surat Al-Kahfi lalu Dajjal keluar (datang), maka Dajjal tidak akan membahayakannya. Dan barangsiapa berwudhu lalu ia mengucapkan;
“SUBHAANAKALLOHUMMA WABIHAMDIKA ASYHADU AN LAA ILAAHA ILLAA ANTA ASTAGHFIRUKA WA ATUUBU ILAIKA” (artinya: Maha Suci Engkau ya Allah, dan dengan memuji-Mu, aku bersaksi bahwa tiada sesembahan yang haq diibadahi selain Engkau, aku memohon ampunan dan aku bertaubat kepada-Mu), maka ia akan ditulis pada lembaran putih yang bersih, kemudian dicetak dengan alat cetak yang tidak akan robek sampai hari Kiamat.”
(Diriwayatkan oleh An-Nasa’i di dalam ‘Amal Al-Yaumi wa Al-Lailati no.81 dan 952, Ath-Thobroni di dalam Al-Mu’jam Al-Ausath II/123 no.1455, dan Al-Hakim I/752 no.2072 dan beliau berkata; hadits ini Shohih sesuai dengan syarat imam Muslim, akan tetapi keduanya (maksudnya imam Bukhori dan Muslim) tidak mengeluarkannya (di dalam kitab Shohih keduanya, pent)).
DERAJAT HADITS:
Hadits ini derajatnya SHOHIH.
Syaikh Al-Albani berkata: “Hadits ini shohih.” (lihat Silsilah Al-Ahadits Ash-Shohihah VI/312 no.2651).
Demikianlah beberapa hadits shohih tentang keutamaan dan keagungan surat Al-Kahfi.
Mudah-mudahan kita semua diberi kemudahan oleh Allah untuk dapat mengamalkannya dengan ikhlas dan sesuai tuntunan Nabi shallallahu alaihi wasallam.

Referensi: www.abufawaz.wordpress.com

Page Facebook: www.facebook.com/riska.pratama.ardi

Rabu, 27 Mei 2015

Nikmat Islam dan Jalan Kita Berdakwah


Oleh: Hamza Andrea Tzortzis

Jangan remehkan rahmat yang kita miliki, yaitu Islam. Orangtua saya bukan Muslim. Istri saya tahu betapa saya mencintai orangtua saya. Dan orangtua saya mencintai saya. Setiap hari, ayah saya berkata bahwa dia mencintai saya. Tapi jika ayah saya meninggal dalam keadaan seperti ini kemana dia akan pergi? Anda dapat mendo’akan orangtua anda, tapi saya tidak dapat berdo’a untuk ayah saya jika dia meninggal (karena dia non-Muslim).

Inilah kenyataannya saudara/saudari. Jangan remehkan rahmat yang diberikan Allah s.w.t kepada anda berupa nikmat Islam. Anda mempunya persyaratan untuk memasuki jannah (surga). Ini sangat penting saudara/saudari, karena inilah tujuan akhir kita. Untuk apakah hidup kita? 20, 30, 40, 50, 60 tahun. Dan saya tidak ingin kita hanya berpikir “Alhamdulillah aku seorang Muslim.” Saya ingin kita berangkat dan berdakwah karena ada banyak orang yang membutuhkan Islam saudara/saudari.
Nanti pada tahun 2040, menurut lembaga-lembaga medis, penyakit paling besar yang akan membunuh manusia adalah depresi, saudara/saudari. 25% dari wanita di zaman sekarang mengalami depresi. Anda harus menyadari bahwa ada kekosongan ruhani di luar sana. Dan anda dapat melakukan ini. Jangan sampai terlambat, karena kakek saya meninggal setahun yang lalu, pada bulan September. Kakek saya adalah segalanya bagi saya. Dialah satu-satunya orang dalam keluarga saya yang ketika berkata sesuatu, dia akan menepatinya meskipun dia harus memotong kakinya untuk menepatinya. Saya cinta kakek saya tapi saya tidak pernah berdakwah padanya.
Sayang sekali... Dan ketika saya mendengar bahwa dia sakit, saya langsung pulang ke kampung halaman naik pesawat untuk berdakwah padanya. Mungkin ada kesempatan baginya untuk masuk Islam, karena dia adalah pria yang mencintai Tuhan. Tapi dia meninggal pada hari Jumat dalam keadaan belum masuk Islam. Saya bahkan tidak dapat menghadiri pemakamannya, karena dia non-Muslim.
Jadi jangan sampai terlambat saudara/saudari. JANGAN SAMPAI TERLAMBAT. Dan kuatkan diri anda. Anda tahu anda dapat melakukan ini, siapapun diri anda, tidak peduli anda menganggap derajat anda setinggi apa, karena Muslim adalah orang-orang yang bertauhid. Kita adalah orang-orang La Ilaha Ilallah. Dan apa artinya itu? Itu berarti La hawla wa laa quwwata illa billah (tidak ada kekuatan sejati kecuali dari kekuatan Allah s.w.t).
Jadi Israel tidak bisa jadi alasan, media-media yang mencemarkan nama Islam juga tidak, karena semua ini hanyalah alat-alat tak berarti yang Allah gunakan untuk mewujudkan kehendak-Nya. Hanya Allah-lah kekuatan sejati, dan jika demikian adanya, maka ini harusnya membebaskan kita dari rantai makhluk, karena kita dapat mencapai apapun sesuai kehendak Allah s.w.t. Dan karena kita tidak tahu apa kehendak-Nya, maka hal ini memberikan kita banyak kemungkinan
untuk menggapai apa yang kita mau. Dan jika kita sudah berusaha sebaik mungkin dan gagal,
kita masih bisa tersenyum.
As-Salim dengan elok berkata ketika menceritakan apa yang dilakukan Rasulullah s.a.w. Anda tahu kenapa? Karena Rasulullah s.a.w berkata: “Keadaan orang beriman itu menakjubkan. Ketika suatu hal yang baik terjadi padanya, dia bersyukur dan itu baik baginya. Dan ketika suatu hal yang buruk terjadi padanya, dia bersabar dan itu juga baik baginya.” Bagaimana mungkin kita tidak bersabar sedangkan Allah s.w.t berfirman:
Setiap yang bernyawa akan merasakan mati. Kemudian hanya kepada Kami kamu dikembalikan. Dan orang-orang yang beriman dan mengerjakan kebajikan, Mereka akan Kami tempatkan pada tempat-tempat yang tinggi (di dalam surga), yang dibawahnya mengalir sungai-sungai, mereka kekal di dalamnya. Itulah sebaik-baik balasan bagi orang-orang yang berbuat kebajikan, yaitu orang-orang yang bersabar dan bertawakal kepada Tuhannya.” (Qs. 29:57-59)

Waspadalah! Foto yang Kita di Media Sosial Bisa Mengundang Kedengkian


Oleh: Mufti Ismail Menk || Videonya bisa dilihat disini.
Allah berfirman:
(Ingatlah), ketika Yusuf berkata kepada ayahnya: "Wahai ayahku, sesungguhnya aku bermimpi melihat sebelas bintang, matahari dan bulan; kulihat semuanya sujud kepadaku.” (Qs. Yusuf[12]: 4)
Ayahnya (nabi Yaqub a.s) menafsirkan mimpi itu. Karena dia juga nabi Allah, dia langsung tahu bahwa Allah akan meninggikan derajat anak ini. Tapi sang ayah memilih untuk berhati-hati. Dia berkata kepada Yusuf a.s “Berhati-hatilah, ada penyakit yang disebut iri hati yang dapat menjangkiti bahkan orang yang terbaik di antara kalian. Jadi berhati-hatilah dan jangan ceritakan mimpi itu kepada saudara-saudaramu."

Saya ingin berhenti sejenak dan membicarakan tentang Instagram, Facebook, dan profile picture anda. Anda memfoto segala hal baik dalam hidup anda dan menguploadnya. Bukankah hal itu sering terjadi? Hati-hatilah karena penyakit ‘ain (kedengkian) itu benar adanya. Rasulullah bersabda: “Kamu mengundang orang-orang untuk mendengki kepadamu.”
Wallahi, saya sering melihat profil orang-orang yang setiap kali mereka makan, maka mereka mengganti foto profil mereka. Ada seseorang yang mengupload foto ayam kalkun yang baru saja dimakannya. Kemudian orang lainnya tidak mau kalah karena dia baru saja makan lasagna. Dan orang-orang sering sekali mengupload berbagai foto setelah makan ini dan itu, minum ini dan itu. Orang-orang mengupload foto tempat mereka berlibur, hotel dimana mereka tinggal, pemandangan yang mereka lihat ketika berlibur, kemudian pakaian yagn baru saja dibelinya, dan sebagainya. Hal ini terjadi begitu sering. Ketika anda mendandani anak anda, fotonya langsung diupload, lalu anda mendandani anak anda yang lain dan fotonya langsung anda upload.
Wallahi, ada pelajaran dibalik surat Yusuf. Ada dua kejadian dimana kita belajar dari surat ini. Yang pertama adalah ketika sang ayah berkata agar Yusuf jangan menceritakan mimpi yang dialaminya kepada saudara-saudaranya. Mengapa demikian? Agar saudara-saudaranya tidak mendengki kepadanya. Dan yang kedua adalah ketika saudara-saudara Yusuf memasuki istana Yusuf untuk mendapatkan makanan. Saat itu ayah mereka berkata “Masuki secara terpisah.” Salah satu alasan yang disebutkan dalam kitab tafsir adalah agar mata orang-orang tidak melihat mereka semua dan tidak mendengki kepada mereka.
Dan Rasulullah juga bersabda dalam sebuah hadist: “Sesungguhnya iri hati akan memakan amal baikmu sebagaimana api akan memakan kayu kering.”
Jadi saudara/saudari pikirkan sejenak sebelum anda mengupload foto ketika anda berlibur, dan sebagainya. Saya tidak mengatakan bahwa anda harus sepenuhnya menarik diri dari media sosial, tapi apa yang ingin saya sampaikan adalah: Pergunakanlah media sosial sebaik mungkin, tapi jangan gunakan untuk menghancurkan diri anda sendiri.
Anda terkadang boleh memberitahu orang lain tentang kebaikan yang anda rasakan, tapi tidak harus semuanya diberitahu. Anda terkadang mengirim 1, 2, 3, sampai 10 foto, sementara sebagian orang yang melihatnya menginginkan hal itu di sepanjang hidup mereka, mereka berusaha mendapatkannya, sedangkan anda mendapatkannya dengan begitu mudah. Apakah anda pikir mereka akan biasa saja melihatnya dan tidak merasa iri? Akan datang suatu saat dalam hidup mereka dimana perasaan mereka mulai berubah terhadap anda. Mereka berpikir “Lihatlah si fulan, dia begitu mudah mendapatkan apapun yang diinginkannya.” Mereka tidak tahu bahwa anda juga mempunyai masalah-masalah dalam hidup.
Bayangkan jika kita mengupload foto-foto tentang hal buruk yang terjadi dalam hidup kita di sepanjang waktu (dan saya tidak menyarankannya). Maka kita akan hidup dalam duka dan kesedihan. Tapi secara alami, manusia ingin memiliki gambaran yang baik tentang dirinya, setiap orang begitu. Jadi tidak ada salahnya mengupload gambar yang baik itu, tapi tidak harus mengupload sampai mendetil hal-hal yang terjadi dalam hidup anda. Hal itu cukup hanya antara anda, dan sanak famili yang men-sharenya. Terkadang jika anda sangat ingin, mungkin anda bisa men-sharenya hanya dengan segelintir kecil orang yang anda pilih.
Berhati-hatilah dengan siapa anda men-sharenya. Tidak setiap orang akan ikhlas, bahkan iri hati dapat memasuki hati orang-orang yang ikhlas lama-kelamaan, dan hal itu bisa berpengaruh buruk pada anda. Semoga Allah s.w.t memberikan pemahaman kepada kita.
Facebook Page: www.facebook.com/riska.pratama.ardi

Kisah Nyata Pemuda yang Berzina



Videonya bisa dilihat disini: Kisah Nyata Akibat Berzina
Allah s.w.t berfirman:
Dan janganlah kamu mendekati zina; sesungguhnya zina itu adalah suatu perbuatan yang keji. Dan suatu jalan yang buruk.” (Qs. Al-Israa’[17]: 32)
Allah bahkan melarang kita untuk mendekati zina karena kerusakan yang dihasilkannya Bahkan mendekati zina saja tidak boleh, karena hal itu lama-lama akan menjerat kita untuk berbuat zina.

Ada sebuah kisah nyata yang diberitakan dalam koran-koran Arab. Yang menceritakan kisah ini adalah orang yang berzina itu sendiri. Dia meminta kepada koran agar tidak mencantumkan namanya dan hanya ingin agar orang-orang mengetahui kisahnya. Dia pun berkisah sebagai berikut:
Aku sedang menjalani kuliah di suatu kampus dan punya banyak kenalan dengan para gadis. Pada suatu ketika aku bertemu seorang gadis. Dari situ kami semakin dekat sampai akhirnya aku melakukan hubungan terlarang dengannya. Kami berulang kali melakukannya sampai dia menjadi hamil karenaku. Dan ketika ketika gadis itu menceritakan tentang kehamilannya pada keluarganya, abangnya datang untuk menghajarku. Aku pun berusaha menghindar dan berkata, “Aku tidak mengenal gadis ini. Carilah orang lain yang menghamilinya.” Kemudian aku meninggalkannya dan pergi. Dan karena mereka tidak punya bukti untuk membuktikan kesalahanku, mereka membiarkanku.
Aku melupakan kejadian ini. Tahun demi tahun pun berlalu. Aku pulang ke rumah pada suatu hari dan menemukan ibuku pingsan di lantai. Aku mencoba menyadarkannya, dan ketika dia sadar, dia berteriak dan pingsan lagi. Aku menyadarkannya kedua kalinya, tapi lagi-lagi dia berteriak dan pingsan. Aku mencobanya sampai tiga kali dan berkata: “Ibu, apa yang terjadi?” Sambil berteriak dia berkata: “Saudarimu!”
Aku berkata: “Apa yang terjadi dengan saudariku?” “Dia dihamili tetangga” ibuku berteriak.
Jadi aku mengunjungi tetangga itu dan menghajarnya sampai dia berkata padaku. Kata-katanya seperti anak panah yang menghujam hatiku. Tahukah yang dia katakan? Dia berkata: “Aku tidak mengenal adikmu. Coba tanyakan orang lain yang menghamilinya.” Masya Allah. Kata-katanya sama seperti yang kuucapkan kepada keluarga gadis yang kuhamili bertahun-tahun lalu.
Aku mengalami mengalami depresi yang berat setelahnya. Kemudian bertahun-tahun setelahnya, aku memutuskan untuk menikah. Setelah bertunangan dan melakukan akad nikah, kami siap untuk mengadakan pesta pernikahan. Pada hari pesta pernikahan aku mengetahui fakta yang membuatku syok. Pasanganku pernah melakukan zina sebelumnya. Dia berkata padaku: “Tutupi keburukanku, semoga Allah juga menutupi keburukanmu.” Aku berkata dalam hati: “Sudah cukup Tuhanku. Aku sudah menjalani cukup hukuman!”
Jadi aku menghela napas mencoba menelan cobaan ini. Dan aku mengabiskan banyak waktu dengan istriku sampai dia melahirkan seorang bayi perempuan yang menjadi pelita hatiku. Kemudian ketika dia berusia 6 tahun, anakku datang dari luar dengan menangis. Ternyata penjaga rumah telah memperkosanya.
Saudara/saudariku terkasih, jangan katakan hukumannya terlalu berat bagi seorang pezina. Gadis dari kampus yang berzina dengannya di awal cerita juga punya seorang saudara yang bersedih karenanya. Jadi Allah memberikannya hukuman kepada saudari si pemuda. Dan gadis di kampus itu mempunyai seorang suami kelak, maka Allah memberi ujian melalui istrinya si pemuda! Dan gadis itu juga mempunyai ayah yang hatinya hancur karenanya, jadi Allah memberikan tes juga kepada putri si pemuda! Apa yang akan kita tuai tergantung dari perbuatan kita. Jadi dia harus menanggung hukuman atas perbuatannya.
Dan untuk orang-orang yang tidak bersalah dalam kisah ini, maka itu cobaan untuk mereka. Allah mengangkat derajat mereka dan menghapus dosa-dosa mereka karenanya.
Saudara/saudariku, Maha Suci Allah! Allah akan membalaskan para wanita yang dinodai oleh lelaki. Jadi berhati-hatilah! Namun apabila di antara pembaca ada yang pernah berzina, janganlah berputus asa. Bertaubatlah kepada Allah s.w.t. Sebab Allah berfirman dalam hadist qudsi:
Wahai keturunan Adam, meskipun anda datang kepada-Ku dengan dosa sebesar bumi kemudian anda menghadap-Ku, tidak menyekutukan-Ku, Aku akan membawakan kepadamu ampunan sebesar dosa itu.” (H.R. Tirmidzi, Hadist sahih).
Facebook Page: www.facebook.com/riska.pratama.ardi

Kisah Pemuda yang Meminta Izin Berzina Pada Rasulullah


Pada suatu hari ada seorang pemuda yang gagah mendatangi Nabi Muhammad S.A.W. Dia berkata “Wahai Rasulullah, izinkan aku untuk berbuat zina. Para Sahabat r.a yang hadir disana pun marah mendengar ucapannya. Betapa lancangnya si pemuda meminta kepada nabi Muhammad agar mengizinkannya berzina.
Namun lihatlah nasihat yang diberikan oleh Nabi Muhammad s.a.w. Beliau adalah guru terbaik sepanjang masa. Dia mendekatkan pemuda itu ke sisinya dan mempersilahkannya duduk. Kemudian Nabi Muhammad mendekatinya dan berkata “Apakah kau mau ibumu berzina?” Pemuda itu berkata: “Tidak ya Rasulullah. Aku tidak ingin ibuku berbuat zina. Aku akan menyerahkan diriku padamu wahai Rasulullah.”

“Demikian pula halnya setiap manusia pasti tidak menyukai hal itu terjadi pada ibu-ibu mereka”, jelas Rasulullah shallallahu `alaihi wa sallam kepada pemuda itu.
Dia bersabda: “Bagaimana kalau adikmu?” Pemuda itu berkata: “Tidak ya Rasulullah.” Rasulullah s.a.w bersabda “Demikian pula manusia tidak menyukai hal itu terjadi pada saudara-saudara perempuan mereka.”
Nabi Muhammad S.A.W. bersabda “Kalau putrimu?” Pemuda itu bahkan belum menikah. Disini Nabi Muhammad S.A.W. memberikannya sebuah pengandaian, apakah dia mau jika suatu hari nanti setelah menikah dan mempunyai anak perempuan, anaknya berzina. Pemuda itu berkata: “Tidak ya Rasulullah.” Lalu beliau bersabda, “Tidak pula manusia menyukai hal itu terjadi pada anak-anak perempuan mereka.”
Dia bersabda: “Kalau bibimu dari sisi ayahmu?” Pemuda itu berkata: “Tidak ya Rasulullah.”
“Bagaimana dengan bibimu dari sisi ibumu?” Dia berkata: “Tidak juga!” Kemudian Rasulullah shallallahu `alaihi wa sallam bersabda, “Tidak pula manusia menyukai hal itu terjadi pada bibi mereka.”
Maka Rasulullah meletakkan tangannya kepada pemuda itu seraya mengucapkan: “Ya Allah, ampunilah dosanya, bersihkanlah hatinya dan peliharalah kemaluannya.” Lihatlah bagaimana Nabi Muhammad s.a.w memberi pelajaran dengan lemah lembut namun mengandung kebijaksanaan yang besar.
(Kisah ini dinukil dari HR. Ahmad dan Thabrani, disahihkan oleh Al-Albani dalam Silsilah no. 370).