Minggu, 06 Maret 2016

Do'a - Do'a yang Rasulullah SAW Panjatkan



Do’a adalah ibadah yang sangat agung yang tidak boleh ditujukan kepada selain Allah subhanahu wa ta’ala. Berdo’a adalah cermin dari rasa tunduk dan rendah diri serta ketidakberdayaan dan melepaskan diri dari rasa memiliki dan berkuasa. Berdo’a merupakan simbol penghambaan, sarana untuk merasakan kerendahan diri kita sebagai manusia yang lemah dan tidak ada daya apapun di hadapan Allah. Di dalam do’a, ada pujian kepada Allah, ada permohonan yang tulus dari lubuk hati yang terdalam, dan ada perasaan yang terfokus pada kemurahan Allah subhanahu wa ta’ala. Nabi Muhammad shalallahu ‘alaihi wassalam bersabda “do’a adalah inti dari suatu ibadah.” (H.R. Tirmidzi)

Dalam setiap kesempatan, Nabi Muhammad shalallahu ‘alaihi wassalam senantiasa bermunajat dengan do’a dan ber-tadarru (merasa rendah di hadapan Allah), serta menampakkan ketergantungan kepada Allah. Hal ini terutama dilakukan oleh beliau pada waktu-waktu yang mustajab (waktu dimana suatu do’a dikabulkan) seperti di tengah malam pada saat shalat tahajjud, pada hari Arafah, di multazam, dan sebagainya.
Di antara do’a-do’a yang beliau panjatkan adalah,
Ya Allah, perbaikilah oleh-Mu urusan agamaku karena ia adalah kendali segala urusanku. Perbaikilah urusan duniaku karena ialah tempat penghidupanku. Perbaikilah urusan akhiratku karena ialah tempat kembaliku yang abadi. Jadikanlah kehidupanku sebagai tambahan bagiku untuk memperoleh segala kebaikan. Dan jadikanlah kematian sebagai akhir dari segala keburukan.” (H.R. Muslim)
Beliau juga sering berdo’a setiap pagi dan sore,
Ya Allah, Dzat yang mengetahui segala sesuatu yang ghaib dan yang tampak, yang menciptakan langit dan bumi, pemilik dan raja segala sesuatu, aku bersaksi tiada tuhan selain Engkau. Aku berlindung kepadamu dari kejahatan diri dan nafsuku dan dari kejahatan setan dan sekutunya, dan dari perbuatan jelek atau yang menyebabkan kejelekan kepada sesama Mulim.(H.R. Abu Daud)
Di antara do’a beliau,
Ya Allah, cukupkanlah aku dengan rezeki-Mu yang halal dari yang haram. Dan jadikanlah aku kaya hanya dengan karunia-Mu, tidak dari yang lain.” (H.R. Tirmidzi)
Begitu juga do’a beliau yang menyentuh saat akan dipanggil menghadap-Nya,
Ya Allah, ampunilah kau, dan kasihanilah aku, serta tempatkanlah aku di sisi-Mu.” (Muttafaq ‘alaih)
Rasulullah shalallahu ‘alaihi wassalam banyak memanjatkan do’a kepada Allah di setiap kesempatan dan kondisi yang berbeda. Di waktu senang, susah, dan perang. Bahkan dalam perang Badar, ketika melihat kekuatan musuh yang demikian besarnya, beliau shalallahu ‘alaihi wassalam berdo’a lama sekali di dalam tendanya, sampai-sampai selendang beliau jatuh dari bahunya. Hal ini beliau lakukan untuk memohon pertolongan Allah subhanahu wa ta’ala agar kemenangan dapat diraih oleh pasukan Muslim. Dan Allah pun mengabulkan do’a yang beliau panjatkan dengan mengirimkan pasukan-pasukan malaikat yang turun dari langit sehingga umat Muslim memenangkan perang Badar. Rasulullah berdo’a tidak hanya untuk dirinya sendiri, melainkan juga untuk keluarganya, sahabatnya, serta seluruh umat Muslim dimanapun mereka berada.

Referensi: www.lampuislam.blogspot.com 
page facebook: www.facebook.com/riska.pratama.ardi

Meneladani Rasulullah SAW dalam Membela Kehormatan Orang Lain



Rasulullah shalallahu ‘alaihi wassalam adalah seorang pribadi yang memiliki akhlaq mulia. Beliau senantiasa membela kehormatan orang lain dan tidak menyukai apabila ada yang melanggar hak orang lain. Beliau juga seringkali berkumpul bersama para sahabat di majelis taklim dan dzikir. Hal ini dikarenakan majelis taklim dan dzikir adalah tempat berkumpul yang paling mulia. Bahkan para malaikat pun ikut berkumpul di majelis-majelis dimana umat manusia mengagungkan dan mengingat Allah subhanahu wa ta’ala. Di majelis itu beliau seringkali memberikan petunjuk, pengajaran, dan nasihat-nasihat yang berharga kepada para sahabat. Para sahabat yang hadir disana mendengarkan beliau dengan penuh antusias karena butiran-butiran nasihat yang beliau sampaikan adalah sesuatu yang sangat berharga dan penuh dengan manfaat. Dalam majelis itu beliau meluruskan kesalahan, mengingatkan yang lupa, dan memberikan segala petunjuk kebaikan. Dalam majelis itu beliau shalallahu ‘alaihi wassalam melarang gosip, bergunjing, dan adu domba. Beliau tidak rela bila ada seseorang yang menceritakan aib orang lain.

Ada sebuah kejadian yang diriwayatkan oleh Utbah bin Malik, “Rasulullah berdiri untuk shalat kemudian berkata, ‘Dimana Malik Ibnu Dakhsyam?’ Seseorang menjawab, ‘Dia adalah munafik yang tidak suka kepada Allah dan rasul-Nya.’ Kemudian Rasulullah berkata, ‘Jangan begitu, bukankah dia telah mengatakan tiada tuhan selain Allah dengan mengharapkan ridha Allah? Sesungguhnya, Allah mengharamkan masuk neraka bagi orang yang mengatakan laa ilaaha illa Allah untuk meraih keridhaan Allah.’ (Muttafaq ‘alaih). Beliau mengulanginya sampai tiga kali.
Rasulullah shalallahu ‘alaihi wassalam memperingatkan agar kita jangan sampai memberikan kesaksian palsu dan berbuat dzalim terhadap hak orang lain. Kita harus berusaha semaksimal mungkin untuk memenuhi kewajiban kita dan memenuhi hak orang lain, di antaranya dengan menepati janji, berbakti kepada kedua orang tua, dan menghargai orang lain. Diriwayatkan dari Abu Bakar ash-Shiddiq bahwa Nabi Muhammad bersabda, “Maukah kalian kuberitahu tentang dosa yang paling besar?” Kami mengiyakan, lalu beliau berkata, “Yaitu menyekutukan Allah dan durhaka kepada orangtua.” Waktu itu beliau sedang bersandar ke dinding lalu duduk dan berkata, “Ingatlah juga, kesaksian palsu (berdusta).” Beliau terus-menerus mengulanginya sampai kami berkata, “Mudah-mudahan beliau diam.” (Muttafaq ‘alaih)
Walaupun beliau shalallahu ‘alaihi wassalam sangat mencintai istrinya, namun beliau tetap tidak rela apabila ada di antara mereka yang bergunjing atau bergosip. Aisyah meriwayatkan, “Aku berkata kepada Rasulullah, ‘Cukuplah bagimu tentang Shafiyah begini dan begitu...’” Sebagian perawi menjelaskan bahwa Aisyah mengatakan Shafiyah adalah orang yang bertubuh pendek. Lalu Rasulullah bersabda, “Kamu telah mengatakan suatu kalimat yang seandainya bisa dicampur dengan air laut, maka akan kucampur.” (H.R. Abu Daud)
Rasulullah juga memberi kabar gembira kepada orang yang membela kehormatan orang lain melalui sabdanya, “Barangsiapa yang membela saudaranya yang sedang digunjingkan, maka orang itu berhak untuk dibebaskan oleh Allah dari neraka.”

Saya menyarankan agar para membaca juga melihat artikel-artikel lainnya tentang Nabi Muhammad shalallahu 'alaihi wassalam. Hal ini dimaksudkan agar kita lebih mengenal pribadi beliau sehingga tumbuhlah rasa cinta kepada beliau. Silahkan klik artikel-artikel berikut ini untuk mengenal Nabi Muhammad lebih jauh:

Referensi: www.lampuislam.blogspot.com 
page facebook: www.facebook.com/riska.pratama.ardi

Di Kala Rasulullah SAW Beristigfar.



Ada suatu hal yang tidak pernah bisa dipisahkan antara Nabi Muhammad shalallahu ‘alahi wassalam dengan tersambungnya hati beliau dengan Allah. Hal ini beliau lakukan melalui dzikir. Beliau shalallahu ‘alaihi wassalam adalah seorang nabi yang tidak pernah membuat waktu terbuang begitu saja tanpa mengingat Allah, memuji, bersyukur, dan memohon ampun kepada Allah subhanahu wa ta’ala. Padahal kita tahu bahwa beliau sudah diampuni segala dosa dan kesalahannya oleh allah subhanahu wa ta’ala. Bahkan beliau dijanjikan akan mendapatkan derajat yang tertinggi di surga kelak. Namun tetap saja Rasulullah shalallahu ‘alaihi wassalam selalu menjadi hamba yang senantiasa memohon ampunan kepada Rabb-Nya. Beliau adalah contoh keteladanan dengan akhlaq yang terpuji, yang senantiasa mensyukuri nikmat dan karunia dari Allah yang diberikan kepadanya dan keluarganya. Beliau adalah seorang rasul yang tahu bagaimana caranya menghargai waktu dan senantiasa mengisinya dengan ibadah-ibadah baik itu dengan dzikir, shalat, puasa, bersedekah, dan lain-lain.

Bahkan dalam suatu riwayat disebutkan bahwa Rasulullah senantiasa bangun di malam hari untuk melaksanakan shalat qiyamul lail, sampai-sampai kaki beliau bengkak karena beliau berdiri begitu lama dalam shalatnya. Dalam shalatnya, beliau seringkali menangis karena hatinya bergetar mengingat Allah. Beliau menyadari posisinya sebagai seorang hamba Allah dan menyadari bahwa ada tanggung jawab yang harus dipikul sebagai seorang nabi. Seringkali Rasulullah berduka karena memikirkan keadaan kaumnya dan umatnya. Rasulullah ingin agar umat manusia berada di jalan yang lurus, yaitu berada dalam agama Islam yang telah diridhai oleh Allah subhanahu wa ta’ala. Karena itulah seringkali beliau bermunajat kepada Allah subhanahu wa ta’ala agar umat manusia patuh kepada perintah Allah dan menjauhi segala yang dilarang-Nya. Aisyah radiyallahu ‘anha pernah berkata, “Rasulullah shalallahu ‘alaihi wassalam selalu mengingat dan menyebut nama Allah di setiap waktu.” (H.R. Muslim)
Diriwayatkan dari Ibnu Abbas radiyallahu ‘anhu bahwasanya, “Kami menghitung istighfar Rasulullah dalam satu majelis adalah sebanyak seratus kali. Belliau selalu beristighfar, “Tuhanku ampunilah aku dan terimalah taubatku. Sesungguhnya Engkau Maha Penerima taubat dan Maha Penyayang.” (H.R. Abu Daud)
Dikatakan oleh Abu Hurairah, “Aku pernah mendengar Rasulullah shalallahu ‘alahi wassala bersabda, “Demi Allah, aku mohon ampun dan bertaubat lebih dari tujuh puluh kali dalam sehari.” (H.R. Bukhari)
Ummu Salamah meriwayatkan betapa seringnya Rasulullah berdo’a ketika bersamanya. Do’a beliau adalah sebagai berikut, “Ya Allah, Dzat yang membolak-balikkan hati. Tetapkanlah hatiku pada agama-Mu.” (H.R. Tirmidzi)
Masya Allah. Begitu mengangumkannya Rasulullah shalallahu ‘alaihi wassalam. Bayangkan dan renungkanlah! Seorang nabi paling mulia, manusia paling sempurna di muka bumi ini, dimana dirinya sudah dijamin masuk surga oleh Allah subhanahu wa ta’ala, namun beliau tetap senantiasa beristighfar kepada Allah. Lalu bagaimana dengan kita? Seberapa seringkah kita beristighfar kepada Allah? Semoga kita juga bisa meneladani dan mencontoh apa yang beliau lakukan, yaitu senantiasa beristighfar kepada Allah subhanahu wa ta’ala.

Referensi: www.lampuislam.blogspot.com 
Facebook Page: www.facebook.com/riska.pratama.ardi