Jumat, 09 Desember 2016

Kisah Malaikat 'Izrail Masuk Ke Dalam Rumah Nabi Sulaiman

Ada sebuah kisah bahwasanya malaikat maut (malaikat 'Izrail) pernah menampakkan dirinya dengan menyamar menjadi seorang manusia. Diriwayatkan bahwa pada suatu hari malaikat maut (malaikat 'Izrail) datang ke rumah Nabi Sulaiman. Kebetulan saat itu ada seorang pemuda yang sedang bercakap-cakap dengan Nabi Sulaiman di rumahnya. Begitu masuk ke dalam rumah tersebut, tiba-tiba pandangan malaikat maut (malaikat 'Izrail) menatap tajam pada seorang pemuda yang berada di sebelah beliau. Merasa dipandangi dengan tatapan tajam seperti itu, maka hati pemuda itu pun menjadi berdebar-debar dan merasa ketakutan. Pemuda itu merasa sangat tidak nyaman dengan kehadiran sang malaikat maut. Saat itu dia merasakan tubuh dan hatinya dipenuhi rasa takut.

Setelah beberapa lama, malaikat maut (malaikat 'Izrail) pun pergi meninggalkan Nabi Sulaiman dan pemuda tersebut. Pada saat malaikat maut telah pergi, pemuda ini bertanya kepada Nabi Sulaiman, “Ya Nabi Sulaiman alaihissalam, siapakah orang tadi?” Nabi Sulaiman menjawab, “Itu adalah malaikat maut yang sedang menyamar menjadi manusia.” Pemuda tersebut berkata, “Sungguh aku tidak nyaman dengan pandangannya yang terus-menerus menatapku. Aku menjadi takut jangan-jangan dia ingin mencabut nyawaku. Ya Nabi Sulaiman, sebagai seorang nabi yang diberi kekuatan oleh Allah untuk menguasai angin, bisakah kau menyuruh angin untuk menerbangkanku ke negeri Cina? Semoga dia tidak bisa mengejarku ke negeri Cina.” Nabi Sulaiman berkata, “Apabila memang sudah waktumu untuk meninggal, bukankah kau tidak bisa lolos dari kematian?” “Ya, tetapi aku ingin mencobanya. Wahai nabi Sulaiman, aku mohon kepada engkau agar menyuruh angin untuk membawaku ke negeri Cina”, katanya.
Setelah memohon kepada nabi Sulaiman, akhirnya beliau bersedia untuk mengabulkan permohonan pemuda tadi. Dengan mukjizat dari Allah yang diberikan kepada Nabi Sulaiman sehingga bisa memerintahkan angin, maka disuruhnya angin untuk membawa pemuda tersebut sesuai dengan keinginannya, yaitu ke negeri Cina. Akhirnya sampailah pemuda itu ke negeri Cina.
Tidak beberapa lama setelahnya, malaikat maut datang lagi kepada Nabi Sulaiman. Pada saat itu Nabi Sulaiman bertanya perihal mengapa malaikat maut memandangi pemuda itu dengan pandangan yang tajam. Maka malaikat maut menjawab, “Sesungguhnya aku diperintahkan oleh Allah untuk mencabut nyawa pemuda itu pada saat yang telah ditentukan (hari itu) di negeri Cina. Aku memandanginya karena keheranan, mengapa Allah menyuruhku untuk mencabut nyawanya di negeri Cina sementara aku melihatnya sedang berada di dekatmu?” Maka malaikat maut melanjutkan, “Ternyata pahamlah aku, karena tidak lama setelah aku pergi, tiba-tiba angin membawanya ke negeri Cina. Dan aku telah mencabut nyawanya hari itu di Cina.”
Sungguh, kisah ini benar-benar memberikan pelajaran pada kita bahwa tidak ada yang dapat lolos dari jeratan maut. Apabila waktu seseorang telah habis, maka pasti maut akan mendatangi orang tersebut dimanapun dia berada, bahkan jika dia berlindung dibalik benteng yang paling kokoh sekalipun. Semoga kita semua dapat mengambil hikmah dari kisah ini, dan senantiasa bersiap-siap untuk menghadapi kematian yang bisa datang kapan saja dan dimana saja. 

Referensi: Saifulloh dan Abu Shofia (2003). Menyingkap Tabir Alam Malaikat. Surabaya: Karya Agung 

Malaikat 'Izrail Sang Pencabut Nyawa

 

Malaikat ‘Izrail alaihissalam diciptakan oleh Allah dalam bentuk yang memiliki kemiripan dengan malaikat Mikail alaihissalam baik dari segi wajah, sayap, besar, maupun kekuatannya (mengenai rupa malaikat Mikail. Nyaris tidak ada yang berbeda dari kedua makhluk ini. Keberadaan malaikat ‘Izrail terselubung dengan rahasia yang dibentengi Allah. Benteng tersebut besarnya melebihi ukuran langit dan bumi. Menurut berbagai sumber dikatakan apabila seluruh air laut dan sungai yang ada di dunia disiramkan ke atas kepala malaikat ‘Izrail, maka tidak setetes pun yang akan jatuh ke bumi. Ia diberi kemampuan yang luar biasa oleh Allah, sehingga arah barat dan timur bisa dijangkau oleh kedua tangannya. Kalau dilukiskan, hal ini sebagaimana keadaan seorang yang berada di hadapan sebuah meja makan yang penuh dengan berbagai makanan dan siap untuk disantap.

  

Selain itu, malaikat ‘Izrail memiliki kemampuan bisa membolak-balikkan dunia, sebagaimana kemampuan seseorang membolak-balikkan uang koin. Malaikat ‘Izrail selain dibentengi dengan beberapa lapis rahasia Tuhan, juga telah diikat dengan banyak rantai. Dikisahkan bahwa panjang antara satu rantai dengan yang lainnya seperti panjang perjalanan yang memerlukan jarak tempuh selama seribu tahun. Karena tempatnya yang teramat rahasia tersebut, maka tidak satu malaikat pun yang bisa mendekati serta mengetahui tempat dan apa saja yang dilakukannya. Demikian juga tentang suara yang dimiliki, tidak ada satu pun malaikat yang bisa mendengarkan, baik secara jelas maupun samar-samar.
Disebutkan bahwa ketika Allah subhanahu wa ta’ala menciptakan al-maut dan menyerahkannya kepada ‘Izrail, maka ia berkata: “Wahai Tuhanku, apakah al-maut itu?” Maka Allah menyingkap rahasia al-maut tersebut dan memerintahkan agar seluruh malaikat menyaksikannya. Setelah seluruh malaikat mengetahui, tersungkurlah semuanya dalam keadaan pingsan selama seribu tahun.
Setelah para malaikat sudah sadar kembali, bertanyalah mereka: “Ya Tuhan kami, adakah makhluk yang lebih besar dari ini?” Dan Allah pun berfirman, “Akulah yang menciptakannya, dan Akulah yang lebih agung dibandingkannya. Seluruh makhluk akan merasakan al-maut itu.”
Kemudian Allah berfirman: “Hai ‘Izrail, ambillah al-maut itu, dan Aku telah menyerahkannya kepadamu.” Mendengar itu ‘Izrail berkata: “Ya Tuhanku, apakah dayaku untuk mengambilnya sementara ia lebih agung dari aku?” Kemudian Allah memberinya kekuatan sehingga al-maut itu pun ada dalam genggamannya.
Setelah itu al-maut berkata: “Ya Tuhanku, izinkanlah aku untuk berseru (menjerit) di dalam langit sekali saja.” Maka setelah diizinkan, berserulah ia dengan suara yang amat keras: “Aku ini adalah al-maut, tugasku sebagai pemisah orang yang saling mencintai. Aku adalah al-maut, tugasku memisahkan antara anak dan ibunya. Aku adalah al-maut, memiliki tugas memisahkan saudara laki-laki dan perempuan. Aku adalah al-maut, tugasku menghancurkan bangunan rumah dan gedung-gedung. Aku adalah al-maut, tugasku meramaikan kuburan. Aku adalah al-maut, tugasku mencari dan mendatangi kamu semuanya, walaupun kamu berada dalam lapisan benteng yang amat kuat. Dan tidak satu pun makhluk yang tidak merasakan kepedihanku.”
Demikianlah gambaran mengenai malaikat ‘Izrail dan kekuatan yang dimilikinya. Semoga ketika malaikat ‘Izrail menjemput kita kelak, kita dalam keadaan siap dengan amal-amal baik yang dimiliki sehingga meninggal dalam keadaan khusnul khatimah dan mendapat rahmat dan perlindungan dari Allah. Aamiin ya robbal alamin.
 
Referensi:  Referensi: Saifulloh dan Abu Shofia (2003). Menyingkap Tabir Alam Malaikat. Surabaya: Karya Agung 
 

Malaikat Pencatat Amal Perbuatan Manusia

 

Malaikat Raqib dan Atid merupakan dua di antara sepuluh malaikat yang harus diketahui dan diimani keberadaannya. Kedua malaikat ini bertugas sebagai pencatat seluruh amal perbuatan manusia. Malaikat Raqib bertugas sebagai pencatat perbuatan baik, sedangkan malaikat Atid bertugas sebagai pencatat seluruh perbuatan buruk.
Dalam berbagai keterangan disebutkan, bahwa setiap manusia didampingi oleh dua malaikat sekaligus. Malaikat pertama berada di sebelah kanan dengan tugas mencatat kebaikan seseorang. Pada saat menjalankan tugas ini, ia tidak membeda-bedakan orang, seluruh amal baik yang secara lahiriah dilakukan akan dengan cepat dicatatnya. Bahkan ketika amal baik itu baru dipikirkan seorang hamba dan belum benar-benar dilakukannya, malaikat pun langsung mencatatnya. Sedangkan malaikat kedua berada di sebelah kiri dengan tugas mencatat perbuatan buruk seseorang. Berbeda dengan tugas malaikat pertama yang spontan mencatat kebaikan, ia justru masih menunggu dan menyaksikan orang tersebut. Jadi, perbuatan buruk tidak serta-merta dicatat. Apabila seorang hamba terbukti melakukan perbuatan buruk, barulah malaikat mencatatnya. Inilah keagungan dan kemurahan dari Allah.

Posisi keduanya tidak tetap, namun senantiasa berpindah-pindah. Jika orang yang didampingi dalam keadaan duduk, maka yang satu berada di sebelah kanannya, sedangkan yang lain berada di kirinya. Jika yang didampingi sedang berjalan, maka yang satu berada di belakang, dan yang lain berada di depan. Kalau orang yang didampingi sedang tidur, maka yang satu berada di dekat kepala, sedangkan yang lain berada di dekat kedua kakinya.
Bahkan dalam sebagian riwayat dikatakan bahwa setiap manusia memiliki lima malaikat sekaligus yang ditugaskan untuk mendampingi seluruh gerak-gerik manusia. Dua malaikat bertugas di siang hari, sedangkan dua yang lainnya ketika malam. Sedangkan yang satu lagi bertugas menemani seluruh gerak-gerik manusia dan tidak pernah tergantikan sesaat pun. Hal ini dipertegas oleh firman Allah:
Bagi manusia itu ada para malaikat yang senantiasa mengikutinya bergiliran, yang berada di depannya dan di belakangnya, mereka itu menjaganya atas perintah Allah.” (Qs. Ar-Ra’d: 11)

Disebutkan bahwa yang akan menjadi saksi di hari kiamat atas amal-amal / perbuatan-perbuatan manusia ada tujuh:
Pertama, malaikat sebagaimana firman Allah:
Dan para malaikat pun memberi kesaksian.” (Qs. An-Nisa’: 166)
Yang kedua adalah bumi. Hal ini sebagaimana firman-Nya:
Dan manusia bertanya: “Mengapa bumi jadi begini.” Pada hari itu bumi menceritakan beritanya.” (Qs. Al-Zalzalah: 3-4)
Ketiga, waktu. Keempat, lidah manusia. Seperti penegasan Allah:
Pada hari dimana lidah-lidah mereka memberi kesaksian.(Qs. An-Nur: 24)
Kelima, anggota tubuh manusia, sebagaimana firman Alah:
Pada hari ini kami tutup/kunci mulut mereka, dan berkatalah kepada Kami tangan mereka dan memberi kesaksianlah kaki mereka terhadap apa yang mereka usahakan.” (Qs. Yasin: 65)
Keenam, dua malaikat pencatat, sebagaimana firman Allah:
Padahal sesungguhnya bagi kamu ada malaikat yang mengawasi (pekerjaan) yang mulia di sisi Ala dan yang mencatat (pekerjaan itu).” (Qs. Al-Infithaar: 10-11).

Referensi: Saifulloh dan Abu Shofia (2003). Menyingkap Tabir Alam Malaikat. Surabaya: Karya Agung 

Kamis, 08 Desember 2016

Malaikat Mikail : Sang Pengatur Rezeki dan Hujan

 

Malaikat Mikail alahissalam adalah termasuk salah satu di antara empat malaikat yang menjadi pembesar seluruh malaikat. Dalam sebuah riwayat dinyatakan bahwa ia diciptakan oleh Allah subhanahu wa ta’ala sesudah malaikat Israfil dengan selisih kira-kira lima ratus tahun lamanya.
Menurut salah satu riwayat, dikatakan bahwa malaikat Mikail mengenakan jubah berwarna hijau jamrud, yang memenuhi bentangan langit. Dari kepala malaikat Mikail hingga kedua telapak kakinya berbulu za’faron. Jika seluruh air di lautan dan sungai di muka bumi ini disiramkan di atas kepalanya, maka tidak setetes pun yang akan jatuh dari kepalanya. Seluruh anggota tubuhnya terbuat dari nuur (cahaya) dan berbulu za’faran. Yang istimewa, ada satu juta wajah di atas setiap bulu-bulu yang dimilikinya. Dan setiap wajah mempunyai sejuta mata. Padahal, tiap mata yang ada senantiasa menangis untuk memohon rahmat bagi orang-orang mukmin yang berdosa. Di samping itu, kelebihan yang dimiliki adalah setiap wajah mempunyai sejuta mulut, yang mana mulut tersebut memiliki lidah dengan jumlah yang sama dan menguasai satu juta macam bahasa. Dan juga setiap lisan yang dimiliki membaca istighfar untuk orang-orang mukmin yang berdosa.

Dari sekian banyak mata yang ada, maka senantiasa meneteskan air mata sejumlah tujuh ribu tetesan. Kemudian dari tiap tetesan air mata itu, Allah menciptakan malaikat sejenis yang serupa dengan bentuk malaikat Mikail. Tugas mereka adalah membaca tasbih hingga hari kiamat. Mereka itu bernama Karubiyun. Di samping bertasbih, mereka juga memiliki tugas sebagai pembantu malaikat Mikail yaitu menurunkan hujan, menjaga tumbuh-tumbuhan, buah-buahan, serta mengatur rezeki kepada makhluk-makhluk Allah subhanahu wa ta’ala. 



Dan disebutkan dalam sebuah keterangan, untuk menjaga kelangsungan hidup makhluk di dalam laut, buah-buahan di pohon, maupun tumbuh-tumbuhan yang ada di atas bumi, maka Allah mengutus seorang malaikat untuk menjaganya. Jadi satu butir buah akan senantiasa dijaga oleh seorang malaikat.
Dalam hadist riwayat Ahmad, dari Anas bin Malik, ketika Rasulullah melakukan perjalanan Isra’ Mi’raj ke langit, beliau bertanya kepada malaikat Jibril: “Mengapa aku tidak pernah melihat malaikat Mikail tertawa?” Malaikat Jibril menjawab: “Malaikat Mikail tidak pernah tertawa semenjak neraka diciptakan.”
Malaikat Mikail juga sering mendampingi malaikat Jibril dalam menjalankan tugas-tugasnya. Di antara tugas yang pernah dilakukan bersama malaikat Jibril adalah:
a). Ketika malaikat Jibril menjalankan tugas untuk membelah dada Rasulullah shalallahu ‘alaihi wassalam untuk dicuci hatinya karena akan diisi dengan iman, Islam, yakin, dan sifat hilim. Ketika itu peran malaikat Mikail tidak kalah penting. Beliaulah yang mengambil air
al-Kautsar (air zam-zam) untuk akhirnya dijadikan sebagai pencuci hati Rasulullah shalallahu ‘alaihi wassalam.
b). Saat Nabi Muhammad shalallahu ‘alaihi wassalam mendapat kepercayaan untuk melakukan Isra’ dan Mi’raj, malaikat Mikail bersama Jibril ikut mendampingi beliau selama dalam perjalanan.
c). Malaikat Mikail juga menjadi utusan Allah untuk menyampaikan lembaran kepada Malaikat Maut. Dalam lembaran-lembaran itu tertulis dengan sangat detil tentang nama-nama, tempat, dan sebab musabab pencabutan nyawa bagi orang yang dituju.
Referensi:  Saifulloh dan Abu Shofia (2003). Menyingkap Tabir Alam Malaikat. Surabaya: Karya Agung
- www.lampuislam.org 

Pasukan Malaikat yang Menolong Rasulullah

 

Pertolongan atau ma’unah Allah akan senantiasa datang kepada hamba-hamba-Nya yang dikehendaki. Bahkan ketika dalam hitungan matematis tidak ada harapan lagi bagi kita dan kita hampir putus asa, justru ma’unah Allah-lah yang akan datang. Bagi Allah, semuanya mudah adanya, tergantung apakah manusia mau memohon kepada-Nya dan berusaha atau tidak. Dan apabila memohon dengan berdo’a sesuai aturan yang ada, ditambah dengan usaha yang gigih, maka Allah tidak akan menolaknya.
Ketika Islam mulai berkembang dan ada perintah dari Allah untuk menyebarkan agama tauhid ini, maka tugas tersebut cukup berat. Hal ini dikarenakan bila dilihat dari segi jumlah, kaum Muslim sangatlah sedikit dan kalah jauh dengan jumlah orang-orang kafir Quraisy. Tapi menghadapi perintah agama yang langsung diturunkan oleh Allah, tentu hal ini tidak bisa ditawar-tawar lagi.

Ketika perintah ini diturunkan dan Rasulullah beserta umat Muslim saat itu mendapatkan penindasan yang bertubi-tubi dari kaum kafir Quraisy, maka Nabi Muhammad beserta pengikutnya diperintahkan untuk melakukan perlawanan balik, meskipun hal itu harus ditempuh dengan cara berperang. Perintah agama ini kemudian dipenuhi oleh kaum Muslim. Dan untuk menambah kekuatan pasukan Muslim, maka Allah mengirimkan bala bantuan berupa malaikat sebanyak 3.000 pasukan saat terjadinya perang Uhud. Hal ini sebagaimana tertera dalam Al-Qur’an:
Yakni ketika kamu mengatakan kepada para Mukmin, ‘Apakah tidak mencukupi bagi kamu bahwa Allah mengirim bala bantuan kepadamu yaitu 3.000 malaikat yang diturunkan?” (Qs. Ali ‘Imran: 124)
Bahkan jika kamu sabar dan tidak melarikan diri ketika menghadang mereka (kaum musyrikin) dan mereka datang kepada kamu dengan bergegas-gegas di waktu ini, niscaya Allah mengirimkan bala bantuan kepada kamu, yaitu 5.000 malaikat yang terlatih.(Qs. Ali ‘Imran: 125)


Disebutkan di dalam Al-Qur’an bahwa Allah pernah mengirim bala bantuan kepada tentara Islam di Perang Badar. Hal ini sebagaimana ditegaskan Allah subhanahu wa ta’ala di dalam Al-Qur’an:
Ingatlah olehmu, ketika kamu memohon pertolongan kepada Tuhanmu, maka Allah memperkenankan do’amu. Titah-Nya: Sesungguhnya Aku membantu kamu dengan seribu malaikat yang satu sama lain saling bonceng-membonceng.” (Qs. Al-Anfal: 9) 


Dalam sebuah riwayat disebutkan bahwasanya menjelang terjadinya perang Badar, Rasulullah duduk sepanjang malam di dalam kemahnya. Sambil menundukkan kepala, beliau berdo’a hingga sorbannya jatuh ke tanah. Kemudian turunlah ayat di atas sebagai jawaban, bahwa do’a beliau telah dikabulkan oleh Allah subhanahu wa ta’ala. Allah menegaskan kembali pernyataan ini dalam firman-Nya:
Ingatlah, ketika Tuhanmu mewahyukan kepada para malaikat, titah-Nya: Sesungguhnya Aku bersama kalian, maka tetapkanlah semua hati mereka yang telah beriman, dengan jalan menghilangkan was-was (berperang bersama mereka sambil bahu-membahu). Akan Aku campakkan rasa ketakutan ke dalam hati orang-orang kafir. Maka pancunglah dengan pedang batang leher mereka, dan potonglah semua anak jari mereka.” (Qs. Al-Anfal: 12).
Referensi:  Saifulloh dan Abu Shofia (2003). Menyingkap Tabir Alam Malaikat. Surabaya: Karya Agung
- www.lampuislam.org

Kisah Rasulullah Bertanya Tentang Neraka kepada Malaikat Jibril

 

Neraka dalam bahasa Al-Qur’an dinyatakan dengan kata “an-Naar.” Definisi yang umum terhadap tempat ini adalah suatu tempat di akhirat, yang wujudnya berupa api yang bergejolak dan menyala-nyala. Oleh Allah, tempat terkutuk ini disediakan untuk orang-orang musyrik, munafik, serta orang-orang yang berbuat dosa dan belum sempat bertaubat. Dengan demikian, hakikat diciptakannya tempat panas ini adalah sebagai balasan terhadap manusia ataupun jin yang meninggalkan perintah Allah dan justru melakukan berbagai larangan-Nya. Padahal seperti yang diketahui, tugas pokok manusia dan jin selama di dunia adalah untuk beribadah kepada Allah subhanahu wa ta’ala. Mengingkari keberadaan tugas penting ini sama dengan mengkhianati penciptaan dirinya. Karena itu, ketika terjadi pelanggaran sekaligus pengingkaran akan hal ini maka sudah sepatutnya mendapatkan balasan siksa dari Allah. Saat di akhirat, tempat untuk menyiksa mereka yang lalai terhadap tugas kehambaannya adalah neraka.

Dalam sebuah hadits, Rasulullah shalallahu ‘alaihi wassalam pernah bersabda bahwa malaikat Jibril telah datang menemuinya. Kala itu Nabi Muhammad memohon kepada malaikat Jibril untuk memberikan gambaran tentang neraka jahannam.
Kemudian Jibril mengatakan bahwa sesungguhnya Allah menciptakan neraka lalu dinyalakan selama seribu tahun lamanya sehingga ia menjadi putih. Setelah itu dinyalakan lagi seribu tahun lamanya yang mengakibatkan neraka jahanam jadi berwarna hitam layaknya malam yang kelam. Neraka ini selamanya tidak pernah berhenti bergolak karena sumber bara apinya tidak pernah padam.

Cerita berikut ini adalah sebagai gambaran bagaimana panasnya api neraka. Pada suatu ketika Allah subhanahu wa ta’ala memerintahkan malaikat Jibril untuk meminta kepada malaikat Malik sebagian dari api neraka, dan memberikannya kepada Nabi Adam. Guna dari api ini adalah sebagai bekal kepada Nabi Adam selama di dunia untuk digunakan memasak makanan serta kebutuhan lainnya.
Malaikat Malik bertanya kepada malaikat Jibril, “Berapa yang kamu butuhkan untuk keperluan Adam itu?” “Sebesar buah kurma”, jawab Jibril. Mendengar jawaban Jibril, maka Malik menjelaskan, “Jika aku memberi api neraka sebesar buah kurma, maka langit dan bumi akan menjadi cair disebabkan pengaruh panas dari api tersebut.” Mengetahui betapa panasnya api sebesar itu, maka Jibril meminta separuh saja dari buah kurma tersebut.
Namun kembali Malik mengemukakan, “Jika aku luluskan permintaanmu, maka tidak setetes pun air hujan yang akan turun dari langit. Demikian pula bumi tidak akan mampu lagi untuk menghidupkan tumbuh-tumbuhan, sebatang pohon sekalipun.”
Kemudian Jibril menghadap Allah subhanahu wa ta’ala dan bertanya sebesar apakah api yang pantas untuk diturunkan ke dunia. Maka Allah kemudian berfirman, “Ambillah sebesar semut.”
Kemudian Jibril kembali lagi ke malaikat Malik meminta api neraka sebesar semut untuk diberikan kepada Nabi Adam. Kendati hanya sebesar semut, namun sebelum api yang diambil dari neraka ini diberikan kepada Adam untuk keperluan selama di dunia, maka terlebih dahulu api ini dimasukkan ke dalam laut sebanyak tujuh puluh kali.
Belum cukup dengan hanya itu, kemudian api itu diletakkan di atas gunung yang tinggi. Pengaruh dari api tersebut menyebabkan gunung itu hancur. Dengan demikian, maka api yang kini ada dan kita nikmati bersama selama di dunia adalah api yang sebesar semut kecilnya dari lautan api yang tersedia di neraka kelak. Masya Allah

Bentuk Neraka Jahannam


Ibnu Abbas pernah meriwayatkan bahwa pada hari kiamat, neraka jahannam didatangkan dari lapisan bumi yang ketujuh, dengan dikelilingi oleh tujuh pulu ribu barisan malaikat. Jumlah tiap barisan malaikat yang ada malah jauh lebih banyak dari seluruh jumlah jin dan manusia yang pernah ada.
Neraka ini mempunyai empat kaki. Sedangkan jarak tempuh antara kaki yang satu dengan yang lainnya kira-kira sejauh perjalanan seribu tahun. Kendati demikian, untuk menarik serta mengatur seluruh neraka dilakukan malaikat dengan menarik tali kekangnya.
Bentuk keanehan dari neraka ini adalah mempunyai tiga puluh ribu kepala. Pada tiap kepala terdapat tiga puluh ribu mulut. Masing-masing mulut memiliki tiga puluh ribu gigi. Padahal besar tiap-tiap gigi adalah seperti seribu kali gunung Uhud. Dua bibir dari masing-masing mulut itu memiliki ketebalan seperti lapisan dunia. Pada tiap bibir terdapat rantai besi, yang tiap rantai terdiri dari tujuh puluh ribu lingkaran, yang tiap lingkaran itu dipegang oleh
banyak sekali malaikat dan khusus didatangkan serta kemudian diletakkan di kiri ‘Arasy.

Demikianlah gambaran tentang neraka yang dapat disampaikan dalam artikel kali ini. Semoga kita dijauhkan oleh Allah subhanahu wa ta'ala dari siksa neraka yang sangat mengerikan itu. Aamiin ya robbal alamin.

Referensi: Saifulloh dan Abu Shofia (2003). Menyingkap Tabir Alam Malaikat. Surabaya: Karya Agung
www.lampuislam.org 

Rabu, 07 Desember 2016

Kisah Nabi Muhammad Bertemu Malaikat ketika Isra' dan 'Mi'raj

 

Langit yang berada di atas kita memiliki tingkatan-tingkatan. Dalam sebuah keterangan yang sahih diungkapkan bahwa langit ini memiliki tujuh lapisan. Hal ini sebagaimana diungkapkan oleh Rasulullah kala melakukan perjalanan Isra’ Mi’raj. Dan dari ketujuh lapisan yang dimiliki, setiap lapisnya ternyata dijaga oleh malaikat khusus.
Adapun keterangan yang menyatakan tentang adanya malaikat yang bertugas di langit pertama hingga ketujuh adalah sebagaimana diriwayatkan oleh Sahabat Mu’adz bin Jabal serta Jabir bin Abdullah. Pada malam Isra’ Mi’raj saat perjalanannya ke langit, Rasulullah shalallahu ‘alaihi wassalam menyaksikan di langit pertama malaikat-malaikat yang sedang berdzikir sejak mulai mereka diciptakan oleh Allah.

Sedangkan pada langit kedua beliau menyaksikan para malaikat yang sedang rukuk. Malaikat di langit lapisan kedua itu memang ditugaskan untuk senantiasa rukuk, sehingga tidak heran kalau sejak mulai diciptakan, mereka tidak pernah mengangkat kepala mereka.
Untuk urutan langit ketiga, Rasulullah menyaksikan para malaikat yang sedang bersujud. Sejak mulai diciptakan oleh Allah, mereka tidak pernah mengangkat kepala mereka kecuali saat mendengar salam Rasulullah shalallahu ‘alaihi wassalam untuk membalasnya. Tapi itu dilakukan hanya sekali karena kemudian mereka sujud kembali. Hal inilah yang kemudian juga menjadi gerakan shalat. Oleh sebab itu, dalam tiap-tiap raka’at shalat diwajibkan sujud dua kali.
Di langit keempat beliau menyaksikan para malaikat yang sedang bersyahadat. Allah menciptakan malaikat-malaikat di lapisan ini hanya untuk bersaksi bahwasanya Dia-lah Tuhan yang sebenarnya. Karena malaikat diciptakan dengan tanpa disertai nafsu dan keinginan apapun, maka tugas ini senantiasa dilakukan dengan tanpa ada protes, apalagi sampai dilanggar. Semuanya dilakukan dengan penuh taat kepada Allah subhanahu wa ta’ala.
Dan di langit kelima Rasulullah shalallahu ‘alaihi wassalam menyaksikan para malaikat yang sedang bertasbih. Tugas untuk selalu mensucikan Allah ini dilakukan sedari awal mereka diciptakan hingga dunia dan seisinya berakhir.
Di lapisan berikutnya yakni lapisan keenam, Rasulullah dengan sangat jelas menyaksikan ada sejumlah malaikat yang hanya dibebankan tugas oleh Allah untuk senantiasa mengucapkan kalimat takbir serta tahlil. Karenanya, Maha Suci Allah.
Kemudian beliau shalallahu ‘alaihi wassalam menyaksikan para malaikat yang sedang mengucapkan salam sejak mereka diciptakan oleh Allah. Malaikat ini ditemui oleh Rasulullah pada tingkatan langit ketujuh. Sungguh, dalam perjalanan itu Rasulullah menyaksikan banyak keajaiban yang belum pernah disaksikan sebelumnya. Karena menyaksikan itu semua, tergeraklah hati beliau untuk memadukan semuanya dalam sebuah rangkaian ibadah yang akan terus dilakukan umatnya kelak.
Dan ternyata keinginan Rasululah mendapatkan ridha dari Allah. Mengetahui keinginan rasul-Nya itu, kemudian Allah mengumpulkan seluruh ibadah para malaikat tujuh langit tersebut sebagai penghargaan atas Rasulullah untuk menjadi ibadah shalat. Dan Allah subhanahu wa ta’ala berfirman:
Siapa yang mengerjakan shalat lima waktu, maka ia akan memperoleh pahala, seperti ibadahnya para malaikat tujuh langit.” (Raudhatul Ulama)
Di samping malaikat-malaikat yang telah dikemukakan dalam keterangan di atas, ada juga malaikat yang diciptakan Allah untuk tugas khusus. Tugas istimewa yang dimaksud adalah pendukung ‘Arasy. Keterangan yang memperkuat hal ini sebagaimana dikisahkan Rasulullah dalam sebuah perjalanan Maha Agung, Isra’ Mi’raj.
Ketika Rasulullah sampai di Sidratul Muntaha, beliau lalu diantar Jibril sampai di suatu tempat dimana ada dinding emas. Kemudian Rasulullah diserahkan kepada malaikat penjaga tempat tersebut. Dengan perjalanan yang amat cepat, sampailah beliau di suatu tempat, dimana ada dinding yang terdiri dari mutiara. Lalu Rasulullah shalallahu ‘alaihi wassalam diserahkan lagi kepada malaikat yang bertugas disitu. Dan dari dinding demi dinding dengan diantar malaikat yang silih berganti, akhirnya beliau tiba di ‘Arasy. Rasulullah shalallahu ‘alaihi wassalam bersabda, “Maka ketika melihat ‘Arasy, aku menemukannya lebih luas dari segala sesuatu.”

Demikianlah kisah menakjubkan Rasulullah shalallahu 'alaihi wassalam yang pernah naik ke langit ketujuh, bahkan sampai ke 'Arasy. Disana beliau menyaksikan berbagai hal yang mengagumkan. Semoga artikel ini dapat memberikan gambaran tentang perjalanan Isra' Mi'raj. 

Mendengar atau membaca pembahasan tentang malaikat seringkali membuat hati kita berdecak kagum. Hal ini dikarenakan para malaikat adalah salah satu makhluk Allah yang mulia karena mereka tidak pernah berbuat dosa dan selalu menaati perintah Allah.
Referensi: Saifulloh dan Abu Shofia (2003). Menyingkap Tabir Alam Malaikat. Surabaya: Karya Agung
- www.lampuislam.org 

Kisah Malaikat Jibril Bertemu dengan Nabi Muhammad

 

Jibril ‘alaihissalam merupakan malaikat yang ditugaskan oleh Allah untuk menyampaikan wahyu kepada para nabi. Seluruh ajaran agama yang wajib diketahui nabi-nabi untuk disampaikan kepada umatnya, bila tidak disampaikan secara langsung oleh Allah, maka akan diturunkan lewat malaikat Jibril.
Nabi Muhammad shalallahu ‘alaihi wassalam sendiri menerima wahyu pertamanya lewat kabar dari Malaikat Jibril. Dalam berbagai keterangan, kala itu dalam suatu malam, Muhammad shalallahu ‘alaihi wassalam sedang berkhalwat (menyendiri) di gua Hira. Hal ini sudah menjadi kebiasaan beliau kala itu untuk menghilangkan berbagai kegundahan hatinya karena menyaksikan banyak penyimpangan yang dilakukan kaumnya seperti membunuh bayi-bayi perempuan, menyembah berhala, perang antar suku, dan sebagainya.

Tanpa diduga sebelumnya, datanglah Malaikat Jibril alaihissalam seraya berkata, “Bergembiralah hai Muhammad, aku adalah Jibril dan engkau adalah utusan Allah untuk umat ini.” Setelah itu Jibril alaihissalam memerintahkan Nabi Muhammad untuk membaca. Betapa terkejutnya perasaan beliau karena beliau tidak bisa membaca maupun menulis. Karena itu, Nabi Muhammad shalallahu ‘alaihi wassalam menjawab, “Aku tidak bisa membaca.”
Belum selesai perasaan bingung nabi Muhammad, kemudian malaikat Jibril membekapnya dengan selimut yang biasa dipakainya untuk tidur, sehingga terasa sesak sekali. Berkali-kali malaikat Jibril melakukan hal itu seraya memerintahkan Nabi Muhammad untuk membaca. Tapi karena memang Nabi Muhammad benar-benar tidak dapat membaca, maka jawabannya tetap saja, “Aku tidak dapat membaca.”
Kejadian ini berlangsung sampai tiga kali, sehingga akhirnya malaikat Jibril menyampaikan wahyu pertama kepada Nabi Muhammad yang menyatakannya sebagai nabi. Bunyi wahyu itu adalah:
Bacalah dengan nama Tuhanmu yang menciptakan (makhluk). Yang telah menciptakan manusia dari segumpal darah. Bacalah dan Tuhanmu itu Maha Pemurah. Yang mengajarkan tulis menulis dengan pena. Mengajar manusia apa-apa yang tidak diketahuinya.” (Qs. Al-Alaq: 1-5)
Jadi, tugas malaikat Jibril adalah untuk menyampaikan wahyu tersebut kepada Nabi Muhammad shalallahu ‘alaihi wassalam. Selanjutnya, dengan metode berangsur-angsur, Jibril mengirimkan pesan dari Allah subhanahu wa ta’ala kepada Rasulullah.

Sesudah wahyu pertama, agak lama Rasulullah shalallahu ‘alaihi wassalam tidak menerima wahyu. Padahal ketika itu beliau sangat membutuhkannya. Keberadaan wahyu merupakan hal mendesak untuk memberikan dorongan kepada Nabi Muhammad ketika melihat kondisi kaumnya yang sangat terbelakang. Karenanya, acapkali Rasulullah berangkat ke
tempat sunyi, misalnya di atas gunung, hanya untuk dapat bertemu malaikat Jibril dan mendengarkan wahyu dari Allah subhanahu wa ta’ala.
Pernah suatu ketika Rasulullah berjalan-jalan, dan secara tidak sengaja terdengar ada suara dari langit. Begitu beliau menengadahkan wajahnya ke atas, ternyata yang tampak adalah malaikat Jibril alaihissalam. Ini merupakan kedua kalinya malaikat Jibril menampakkan dirinya di hadapan Nabi Muhammad shalallahu ‘alaihi wassalam. Kala itu tampak Jibril duduk di antara langit dan bumi. Antara percaya dan tidak, maka beliau cepat-cepat pulang ke rumah dan minta diselimuti kepada sang istri, Khadijah radiyallahu anha. Ketika itu pulalah, Allah subhanahu wa ta’ala menurunkan wahyu untuk kedua kalinya, yaitu:
Hai orang yang berselimut! Bangunlah, lalu berilah peringatan! Agungkanlah Tuhanmu. Bersihkanlah pakaianmu. Tinggalkan perbuatan dosa. Janganlah memberi karena ingin memperoleh balasan yang lebih banyak. Dan bersabarlah terhadap segala tantangan untuk memenuhi perintah Tuhanmu.” (Qs. Al-Muddatstsir: 1-7)
Setelah turunnya wahyu kedua itu, selama kurang lebih 22 tahun, Nabi Muhammad shalallahu ‘alaihi wassalam dalam berbagai kesempatan menerima wahyu dari Allah subhanahu wa ta’ala. Sedangkan puncak dari wahyu yang diterimanya adalah:
Pada hari ini Aku (Allah) telah menyempurnakan agama untukmu semua, dan Aku telah mencukupkan kenikmatan-Ku kepadamu semua dan Aku telah rela/ridha bahwa Islam itu sebagai agamamu semua.” (Qs. Al-Maidah: 3)
Di samping datang mengunjungi Rasulullah untuk menyampaikan wahyu, malaikat Jibril juga pernah datang dengan wujud yang berbeda kepada para Sahabat. Kejadian tersebut sebagaimana diceritakan oleh Sahabat Umar ibn Khaththab radiyallahu anhu dalam Sahih Muslim:
Suatu hari ketika kami duduk di dekat Rasulullah shalallahu ‘alaihi wassalam, maka sekonyong-konyong nampaklah kepada kami seorang laki-laki yang memakai pakaian sangat putih dan berambut hitam. Tak terlihat padanya bekas (tanda-tanda) perjalanan dan tak seorang pun di antara kami yang mengenalnya, sehingga ia duduk di hadapan Rasulullah shalallahu ‘alaihi wassalam lalu disandarkan lututnya pada lutut Rasulullah shalallahu ‘alaihi wassalam dan meletakkan tangannya di atas pangkuan Rasulullah kemudian berkata, “Hai Muhammad, terangkanlah padaku tentang Islam.” Maka Rasulullah shalallahu ‘alaihi wassalam menjawab, “Islam yaitu hendaklah engkau bersaksi bahwasanya Muhammad itu utusan-Nya. Hendaklah engkau mendirikan shalat, mengeluarkan zakat, berpuasa pada bulan Ramadhan, dan hendaklah engkau mengerjakan haji ke Baitullah (Makkah) jika sudah kuasa menjalankannya.”
Orang asing tersebut kemudian mengatakan, “Engkau benar.” Maka kami heran, ia yang bertanya namun ia juga yang membenarkannya.
Maka orang itu bertanya lagi, “Terangkanlah kepadaku tentang iman.” Rasulullah shalallahu ‘alaihi wassalam bersabda, “Hendaklah engkau beriman kepada Allah, malaikat-malaikat-Nya, kitab-kitab-Nya, terhadap utusan-utusan-Nya, hari kiamat, dan beriman pula kepada takdir baik dan buruk.” Orang itu berkata, “Engkau benar.” Maka orang itu berkata lagi, “Terangkan kepadaku tentang ihsan.”
Jawab Rasulullah shalallahu ‘alaihi wassalam, “Hendaklah engkau beribadah (mengabdi) kepada Allah, seakan-akan engkau melihat-Nya sekalipun engkau tak dapat melihat-Nya, maka sesungguhnya Ia melihat engkau.”
Kembali orang tadi bertanya, “Beritahukan padaku tentang hari kiamat.” Maka Rasulullah menjawab, “Orang yang ditanya tidak lebih mengetahui dari yang bertanya.” Orang itu selanjutnya bertanya lagi, “Terangkanlah padaku tentang tanda-tandanya”, maka Rasulullah pun menjawab, “Di antaranya, jika seorang hamba (budak) telah melahirkan tuan (majikan)nya. Dan jika engkau melihat orang yang tadinya miskin, berbaju compang-camping, sebagai penggembala kambing, sudah berubah menjadi orang yang mampu hingga berlomba-lomba dalam membangun bangunan yang megah.”
Kemudian orang itu pergi. Setelah aku diam sejenak, kemudian Rasulullah bersabda, “Wahai Umar, tahukah engkau siapakah yang bertanya tadi?” Aku menjawab, “Allah dan Rasul-Nya yang lebih mengetahui.” Rasulullah shalallahu ‘alaihi wassalam bersabda, “Dia itu adalah Jibril, dia datang untuk menerangkan agama.” (H.R. Muslim)
Dalam berbagai keterangan diceritakan bahwa nama lain dari malaikat ini adalah Ruhul Amin atau Ruhul Qudus.
Referensi: Saifulloh dan Abu Shofia (2003). Menyingkap Tabir Alam Malaikat. Surabaya: Karya Agung
- www.lampuislam.org 

Selasa, 06 Desember 2016

4 Hal yang dibenci Malaikat

 

Malaikat adalah salah satu makhluk Allah yang terbuat dari cahaya. Malaikat diciptakan oleh Allah untuk selalu menaati perintah-Nya. Dan ternyata, para malaikat juga mempunyai membenci beberapa hal. Dalam artikel kali ini, kita akan membahas apa saja hal-hal yang dibenci oleh para malaikat.

1. Melaknat Para Wanita yang Menolak Keinginan Suaminya

Di antara orang-orang yang dilaknat malaikat adalah wanita yang menolak keinginan suaminya, sehingga membuat hati sang suami jengkel. Hal ini sebagaimana tertera dalam hadits Nabi Muhammad shalallahu ‘alaihi wassalam dalam kitab sahih Bukhari dan Muslim:
Jika suami mengajak istrinya untuk tidur bersama, sedangkan sang istri menolak, lalu pada malam itu suaminya menjadi jengkel hatinya kepada istrinya, maka para malaikat melaknat (mengutuk) istrinya hingga pagi hari.” (H.R. Bukhari dan Muslim)

2. Menjauhi Orang Junub


Di dalam hadits disebutkan bahwa para malaikat tidak mau mendekat kepada orang yang junub dan orang yang berlumuran kesumba harum.
Seperti yang diketahui, banyak sekali ibadah yang tidak diperkenankan kepada orang-orang yang memiliki hadas besar. Di antaranya adalah shalat, memegang Al-Qur’an, membaca Al-Qur'an dan lain-lain, adalah di antara ibadah yang tidak diperkenankan untuk dilakukan oleh mereka yang memiliki hadas besar. Dalam pandangan agama, mereka yang junub sama halnya dengan raga yang kotor. Karenanya, sangat dilarang melakukan ibadah tertentu.
Dan malaikat sebagai makhluk Allah subhanahu wa ta’ala yang bersih dan terjamin serta senantiasa suci, tentunya akan senang bertemu dan dekat dengan yang suci pula. Karena itu, orang yang sedang memiliki hadas besar tidak dikehendaki oleh para malaikat. Maka dari itu, bila seseorang dalam keadaan junub, dianjurkan untuk cepat-cepat membersihkan diri.
Ketidaksenangan malaikat kepada orang yang sedang ‘kotor’ itu sebagaimana diterangkan dalam hadits berikut ini: “Dari Ibnu Abbas: Sesungguhnya malaikat itu tidak mendekat pada orang yang junub atau yang berlumuran dengan kesumba harum, hingga orang tersebut mandi.”
Dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu bahwasanya Rasulullah shalallahu ‘alaihi wassalam bersabda: “Para malaikat senantiasa berdo’a untuk seseorang, selama ia masih berada di tempat shalat, (dan) selama masih belum berhadas.”
Ketika malaikat-malaikat itu dekat dan bersanding dengan manusia, mereka tidak semata-mata berdiam diri. Di antara kebersamaan dengan manusia yang suci itu, mereka senantiasa berdo’a kepada Allah. Do’a itu senantiasa dikumandangkan agar manusia yang berada di dekatnya selalu mendapatkan ampunan dan belas kasihan dari Allah subhanahu wa ta’ala. Bunyi do’a yang disampaikan para malaikat kepada Allah adalah, “Ya Allah, ampunilah baginya, ya Allah, kasihanilah dia.(H.R. Bukhari)
Karenanya, mempertahankan posisi dan keadaan diri yang suci dari hadas kecil, terlebih lagi hadas besar adalah sebuah kesempatan yang menguntungkan. Apalagi di negeri kita banyak sekali tempat dan alat untuk bersuci. Karenanya, kondisi suci ini semoga menjadi sebuah pilihan bagi keseharian kita.
Keuntungan yang dapat kita petik dari keadaan diri yang senantiasa bersih, di samping dekat dan dido’akan para malaikat, juga akan memberikan kekuatan untuk kita agar tidak melakukan kemaksiatan di jalan, seperti melihat lawan jenis yang bukan mahram kita, berbicara jelek dengan menggunjing sesama, menceritaan kejelekan orang lain, dan kegiatan buruk lainnya. Dengan kondisi dalam keadaan berwudhu’, maka manusia akan tergerak hatinya untuk melakukan hal-hal yang baik. 

3. Tidak Mau Masuk Ke Rumah yang di Dalamnya Ada Gambar atau Patung


Seperti yang kita ketahui bahwa banyak sekali rumah-rumah di zaman sekarang yang memajang lukisan-lukisan dari makhluk-makhluk yang bernyawa. Padahal hal ini jelas sekali dilarang oleh Allah subhanahu wa ta’ala. Bahkan Rasulullah shalallahu ‘alaihi wassalam bersabda bahwa orang-orang yang paling pedih azabnya pada hari kiamat adalah para pemahat dan para pelukis yang melukis makhluk-makhluk yang bernyawa.
Oleh karenanya, malaikat pun enggan memasuki rumah yang di dalamnya terdapat patung atau lukisan makhluk yang bernyawa. Hal ini dikarenakan sebagaimana Allah tidak menyukainya, demikian juga malaikat tidak menyukainya. 

4. Tidak Mau Masuk Ke Rumah yang Terdapat Anjing


Pada suatu ketika malaikat Jibril telah berjanji kepada Rasulullah shalallahu ‘alaihi wassalam bahwa dirinya akan menemui beliau shalallahu ‘alaihi wassalam. Namun ternyata malaikat Jibril tidak kunjung datang. Kemudian Rasulullah menaruh tongkat yang ada di tangannya dan berkata, “Allah dan utusannya (Jibril) tidak pernah mengingkari janji.” Ternyata, di bawah tempat tidur ada seekor anak anjing. Lalu berkatalah beliau shalallahu ‘alaihi wassalam kepada Aisyah radiyallahu anhu (istri beliau), “Aisyah, sejak kapan anjing ini masuk kesini?” Lalu Aisyah pun menjawab, “Demi Allah, aku tidak tahu.” Kemudian Nabi Muhammad menggiring anjing itu keluar. Lalu malaikat Jibril pun datang ke rumah beliau tidak lama setelah itu. Kemudian Nabi Muhammad berkata kepada Jibril, “Kau telah berjanji kepadaku dan aku menunggumu, tapi engkau tidak juga datang.” Lalu malaikat Jibril memberitahu Nabi Muhammad, “Di dalam rumahmu terdapat seekor anjing, sehingga ia menghalangiku untuk masuk, karena Kami (para malaikat) tidak mau masuk ke dalam rumah yang di dalamnya terdapat gambar (makhluk bernyawa) atau anjing. (H.R. Bukhari dan Muslim) 

Alasan tidak diperbolehkannya memelihara anjing di rumah tanpa ada suatu keperluan adalah karena dengan membiarkan seekor anjing berkeliaran di rumah, dikhawatirkan akan ada bekas-bekas najis yang berasal dari air liur atau lidah anjing tersebut. Hal ini dikarenakan anjing selalu menjulurkan lidahnya ketika berjalan. Ada juga ulama lain yang berpendapat bahwa hikmah dari dilarangnya memelihara anjing di rumah adalah karena gonggongan anjing tersebut dapat membuat takut para tamu yang datang ke rumah, atau mengganggu para tetangga dan orang yang melewati tempat tersebut.



Meskipun begitu, Syekh Yusuf al-Qaradawi menjelaskan bahwa anjing yang dipelihara untuk suatu keperluan seperti untuk berburu, menjaga hewan ternak dan tanaman mendapatkan pengecualian. Maka memelihara anjing untuk alasan-alasan tersebut hukumnya adalah makruh.

Mendengar atau membaca pembahasan tentang malaikat seringkali membuat hati kita berdecak kagum. Hal ini dikarenakan para malaikat adalah salah satu makhluk Allah yang mulia karena mereka tidak pernah berbuat dosa dan selalu menaati perintah Allah.
 Referensi: -Saifulloh dan Abu Shofia (2003). Menyingkap Tabir Alam Malaikat. Surabaya: Karya Agung