Senin, 29 Februari 2016

Sifat Terpuji Nabi Muhammad dalam Memperlakukan Orang Lain



Nabi Muhammad shalallahu ‘alaihi wassalam adalah manusia pilihan Allah yang mempunyai sifat lemah lembut dan kasih sayang terhadap sesama. Beliau memperlakukan orang lain dengan penuh kelembutan. Itulah mengapa beliau dicintai oleh orang-orang di sekitarnya, bahkan para non-Muslim mencintai beliau shalallahu ‘alaihi wassalam, dan banyak di antara mereka yang akhirnya memeluk agama Islam. Berikut ini akan dijelaskan lebih lanjut mengenai sifat mulia beliau.
Perlakuan Rasulullah Terhadap Tetangga
Betapa beruntungnya bila menjadi tetangga Rasulullah. Di mata beliau, tetangga mempunyai tempat dan kedudukan yang tinggi. Beliau bersabda,
Jibril selalu saja mewasiatkan padaku akan hak tetangga, sampai-sampai aku menyangka bahwa dia akan mewarisi aku.” (H.R. Bukhari dan Muslim)

Rasulullah juga berwasiat kepada Abu Dzar al-Ghifari,
Wahai Abu Dzar, jika engkau memasak gulai, perbanyaklah airnya dan bagikanlah kepada tetanggamu.” (H.R. Muslim)
Rasulullah sering mengingatkan agar tidak menyakiti tetangga,
Tidak akan masuk surga orang yang tetangganya tidak merasa aman karena ulah perbuatannya.” (H.R. Muslim)
Dan sebagai penghormatan dan penghargaan kepada tetangga, beliau bersabda,
Barangsiapa beriman kepada Allah dan hari akhir, maka hendaklah dia berbuat baik kepada tetangganya.” (H.R. Muslim)
Pergaulan yang Baik
Aisyah radiyallahu ‘anha berkata, “Kalau Rasulullah mendengar atau mendapat informasi tentang seseorang (kejelekannya), beliau tidak berkata, “Untuk apa si fulan berkata begini...” melainkan beliau berkata, “Untuk apa orang-orang berkata begini, begitu...” (H.R. Tirmidzi)
Diceritakan oleh Anas bin Malik bahwa seseorang menghadap Rasulullah, sedangkan di wajahnya ada bekas sesuatu yang kekuning-kuningan. Rasulullah jarang menjumpai hal yang serupa itu karena beliau tidak senang dengan orang yang tidak memperhatikan kebersihan. Setelah orang itu pergi, Rasulullah berkata, “Seandainya kalian menyuruhnya untuk membersihkan wajahnya terlebih dulu, hal itu lebih baik bagi kalian.” (H.R. Abu Daud dan Ahmad)
Ibnu Mas’ud radiyallahu ‘anhu berkata bahwa “Rasulullah shalallahu ‘alaihi wassalam bersabda,
Akankah aku beritahukan kalian orang yang haram masuk neraka, atau orang yang neraka dilarang untuk membakar tubuhnya? Yaitu kerabat dekat yang lemah lembut, terbuka, ramah, dan mudah bergaul.”
Hak-Hak yang Harus Dipenuhi
Hak-hak yang harus dipenuhi oleh manusia banyak sekali. Hak Allah, hak orang lain, dan hak diri kita sendiri. Nah, bagaimana Rasulullah membagi dan mengatur serta memenuhi hak-hak tersebut?
Anas menceritakan, “Telah datang tiga (kelompok) orang ke rumah Rasulullah menanyakan tentang ibadah beliau. Setelah mereka diberitahu, seakan-akan mereka sukar mempercayainya. Mereka berkata, ‘Apalah artinya kita jika dibandingkan dengan Rasulullah, sedangkan beliau telah diampuni segala dosanya?’
Salah seorang di antara mereka berkata, ‘Aku akan selalu bangun dan shalat di tengah malam selamanya.’ Yang seorang lagi berkata, ‘Aku akan berpuasa sepanjang masa tanpa berbuka.’ Sedangkan yang satu lagi berkata, ‘Aku akan menjauhi wanita dan tidak akan menikah.’ Kemudian datanglah Nabi Muhammad shalallahu ‘alaihi wassalam kepada mereka dan bersabda,
Kalian yang telah mengatakan begini dan begitu? Ketahuilah, demi Allah aku orang yang paling bertakwa di antara kalian, akan tetapi aku berpuasa dan berbuka, aku shalat dan tidur, dan aku menikah. Maka barangsiapa yang tidak setuju dengan sunnahku maka dia bukan dari golonganku.” (Muttafaq ‘alaih).

Referensi:  www.lampuislam.blogspot.com
Facebook Page: www.facebook.com/riska.pratama.ardi

Keberanian Rasulullah dalam Berdakwah



Dalam diri Rasulullah shalallahu ‘alaihi wassalam terdapat keberanian yang luar biasa sebagai sarana utama untuk memperjuangkan agama dan menjunjung tinggi kalimat Allah. Rasulullah menjadikan segala nikmat yang diperolehnya untuk ditempatkan dan disalurkan pada tempat yang benar. Aisyah radiyallahu ‘anhu berkata, “Belum pernah Rasulullah memukul seseorang dengan tangannya kecuali dalam peperangan dan belum pernah beliau memukul seorang pembantu atau seorang wanita.” (H.R. Muslim)

Contoh paling nyata dari keberanian Nabi Muhammad adalah ketika beliau seorang diri menyeru kaumnya yang terdiri dari pemimpin dan tokoh-tokoh kaum kafir Quraisy serta mengajak mereka untuk masuk ke dalam ajaran Islam. Dan beliau percaya bahwa Allah akan menolongnya karena sejak semula beliau percaya kepada Allah dan bertawakal dalam melaksanakan tugas dakwahnya.

Dalam peperangan, Nabi Muhammad adalah orang yang paling berani. Ketika orang-orang lari ketakutan, Nabi Muhammad tetap berdiri tegak seorang diri melawan musuh-musuhnya.
Beliau beribadah dalam kesunyian Gua Hira selama bertahun-tahun tanpa mendapatkan rintangan dan permusuhan dari kaum Quraisy. Namun ketika beliau mulai mengajak kaumnya untuk bertauhid kepada Allah, pada saat itulah kaum Quraisy mulai menentangnya.
Allah berfirman,
Katakanlah, ‘Siapakah yang memberi rezeki kepadamu dari langit dan bumi, atau siapakah yang menciptakan pendengaran dan penglihatan, dan siapakah yang mengeluarkan yang hidup dari yang mati dan mengeluarkan yang mati dari yang hidup, dan siapakah yang mengatur segala urusanmu?’ Maka mereka akan menjawab, ‘Allah.’ Maka katakanlah, ‘Mengapa kamu tidak bertakwa?’” (Qs. Yunus: 31)
Orang-orang Quraisy itu menjadikan berhala-berhala sebagai perantara antara mereka dengan Allah sebagaimana ditegaskan oleh Allah dalam Al-Qur’an,
Dan orang-orang yang mengambil pelindung selain Allah (berhala), ‘Kami tidak menyembah mereka, melainkan supaya mereka mendekatkan kami kepada Allah dengan sedekat-dekatnya.’” (Qs. az-Zumar: 3)
Seandainya mereka tidak begitu, niscaya mereka telah mengakui Allah sebagai tuhan mereka. Allah berfirman,
Katakanlah, siapakah yang memberi rezeki kepadamu dari langit dan bumi? Katakanlah, ‘Allah.’” (Qs. Saba’: 24)
Cobalah kita renungkan, betapa syirik sudah merajalela di tengah-tengah kaum Muslim; meminta kepada orang leluhur, bernazar, takut kualat, dan berharap kepada mereka. Dengan begitu, tali-tali penghubung kepada Allah telah putus disebabkan syirik dan meminta-minta kepada berhala atau orang yang telah mati.
Allah berfirman,
“Sesungguhnya orang-orang yang menyekutukan Allah maka pasti Allah mengharamkan kepadanya surga dan tempatnya adalah neraka.” (Qs. Al-Maa’idah: 72)
Dari rumah Nabi Muhammad, kita layangkan pandangan ke arah utara pada sebuah gunung yang bernama Uhud, sebagai saksi bisu atas keberanian dan kesabaran serta keteguhan beliau. Nabi Muhammad mengalami luka yang cukup parah dalam peperangan yang terjadi di kaki gunung Uhud. Wajahnya berdarah, gigi geraham beliau pecah, serta kepalanya berdarah-darah.

Sahal bin Sa’ad menceritakan tentang luka-luka beliau dan berkata, “Ketahuilah demi Allah, aku mengetahui siapa yang membersihkan luka Rasulullah dan siapa yang menyirami dengan air dan dengan apa beliau diobati. Yang membersihkan adalah Fatimah sedangkan yang menyirami dengan air adalah Ali bin Abi Thalib. Ketika Fatimah melihat darah semakin banyak keluar, dia menyobek sepotong tikar, membakarnya dan membalutkannya, dan kemudian darah berhenti mengalir. Namun, gigi geraham dan bagian atas kepala beliau serta wajah beliau tampak terluka cukup parah.” (H.R. Bukhari)
Al-Abbas bin Abdul Muthalib menceritakan keteguhan Nabi Muhammad dalam perang Hunain, “Ketika pasukan Muslim mundur, Rasulullah tetap mengarahkan kudanya ke arah musuh dan aku memegang tali kekangnya supaya tidak berlari cepat. Waktu itu kudengar Rasulullah berkata, ‘Aku nabi bukan seorang pembohong, aku cucu Abdul Muthalib.’” (H.R. Muslim)
Seorang pahlawan muda yang tangguh dan pemberani serta penunggang kuda yang handal dan teruji ketangguhannya di segala medan tempur, Ali bin Abi Thalib, menceritakan keberanian Rasulullah sebagai berikut, “Ketika perang sedang berkecamuk dan dua pasukan telah saling membunuh, kami para sahabat berlindung dibalik Rasulullah dan tidak ada seorang pun yang lebih dekat kepada musuh kecuali beliau.” (H.R. al-Baghawi dan Muslim)
Karena kesabaran Rasulullah dalam berdakwah, Allah menjadikan agama Islam ini tersebar luas sampai ke negara-negara Asia Tengah bahkan sampai timur jauh. Pasukan berkuda umat Muslim sudah terbiasa mengelilingi Jazirah Arab dan negara Syam, sehingga tidak ada satu tempat pun yang tidak mereka jamah.
Rasulullah bersabda,
Sesungguhnya aku takut kepada Allah dan tidak takut kepada siapapun selain Dia. Aku ditakuti karena Allah dan tidak ada seorang pun yang ditakuti karena Allah selain aku. Dan aku telah disakiti di jalan Allah dan tidak seorang pun disakiti selain aku. Aku telah mengalami selama tiga puluh hari siang dan malam, sedangkan aku ataupun Bilal sama-sama tidak punya apa-apa untuk dimakan kecuali apa yang menutupi ketiak Bilal (sangat sedikit).” (H.R. Tirmidzi dan Ahmad)
Walaupun beliau berkuasa dan menaklukkan berbagai negeri, harta rampasan perang melimpah, dan zakat menggunung, beliau tidak mewariskan apa-apa kecuali agama dan ajaran Islam. Itulah yang disebut warisan Rasulullah. Maka, siapapun yang belajar agama, dia telah memperoleh warisan dari Rasulullah.
Diriwayatkan oleh Aisyah,
Rasulullah tidak meninggalkan warisan dinar atau dirham, kambing atau unta, dan tidak mewasiatkan sesuatu.” (H.R. Muslim).

Referensi: www.lampuislam.blogspot.com
Facebook Page: www.facebook.com/riska.pratama.ardi 

Kelembutan Rasulullah Pada Anak-Anak


 

Hati yang keras yang tidak mengenal kasih sayang dan cinta adalah batu karang. Hati yang lembut adalah hati penuh cinta, penuh kasih sayang, dan pengertian kepada siapapun. Hati yang keras bisa dilatih agar menjadi lembut. Kelembutan hati adalah hati idaman setiap manusia, dambaan setiap makhluk yang penuh rindu. Seseorang dengan pribadi yang lembut senantiasa menunjukkan cinta kasih kepada sesama. Anas berkata,
Rasulullah selalu mengambil dan merangkul putranya, Ibrahim, lalu mengecup dan menciumnya.” (H.R. Muslim)

Kasih sayang beliau tidak terbatas pada keluarganya saja, melainkan pada semua orang, termasuk anak-anak tetangga dan seluruh Sahabat. Berkata Asma binti Umais istri ja’far bin Abi Thalib yang tewas di perang Mut’ah, “Rasulullah shalallahu ‘alaihi wassalam masuk ke dalam rumahku dan memanggil anak-anak Ja’far. Aku melihat beliau mencium mereka. Lalu air matanya berjatuhan. Aku bertanya, ‘Apakah ada kabar tentang Ja’far suamiku?’ Beliau menjawab, ‘Ya, dia gugur pada hari ini.’ Lalu kami pun menangis. Lalu beliau pulang dan berkata pada orang-orang, ‘Buatlah makanan untuk kelarga Ja’far karena mereka ditimpa sesuatu.’” (H.R. Ibnu Said, Tirmidzi, dan Ibnu Majah) Dan ketika air mata beliau masih meleleh karena kematian sahabatnya, ditanya oleh Sa’ad bin Ubadah, ‘Apa ini wahai Rasulullah?’ Beliau berkata, ‘Air mata ini adalah rahmat yang diberikan Allah ke dalam hati hamba-Nya. Allah hanya mengasihi orang yang mengasihi orang lain.’” (H.R. Bukhari)
Ketika air mata Rasulullah berjatuhan di waktu putranya, Ibrahim meninggal dunia, Abdur Rahman bin Auf heran, “Anda menangis wahai Rasulullah?” Beliau berkata, “Wahai bin Auf, ini adalah rahmat bagi orang yang mengikutinya dengan yang lain. Sesungguhnya mata bisa menangis, hati berduka, dan kita tidak berkata kecuali yang diridhai Allah, sungguh kami sangat sedih ditinggalkan olehmu wahai Ibrahim.” (Muttafaq ‘alaih)
Di zaman sekarang, sulit kita mengasihi anak kecil, padahal mereka adalah generasi penerus kita. Kita berikan pada mereka segala sesuatu kecuali kasih sayang dan kemesraan. Kita buang kunci hati kita terhadap mereka.
Anas bin Malik, kalau kebetulan lewat dan bertemu dengan anak-anak kecil, mengucap salam kepada mereka. Dia berkata, “Ini selalu dilakukan oleh Rasulullah.” (H.R. Bukhari) Anak-anak kecil memang nakal dan manja. Ini hal yang biasa. Namun, Rasulullah tidak pernah marah kepada mereka atau membentak atau menghardik mereka.
Aisyah radiyallahu ‘anha berkata, “Sekelompok anak kecil dibawa ke hadapan Rasulullah, lalu beliau berdo’a dan menggendong anak kecil itu. Lalu anak itu pipis membasahi baju beliau. Lalu beliau minta air dan disiramkan ke bajunya.” (H.R. Bukhari)
Abu Hurairah meriwayatkan bahwa Rasulullah bercanda dengan cucunya, Hasan bin Ali sambil menjulurkan lidahnya sehingga kelihatan merahnya. Hasan pun tertawa. [1]
Anas berkata,
Rasulullah mencandai anak kecil, Zainab putri Ummi Salamah, sambil berkata manja, ‘Wahai Zuwainab, Zuwainab, wahai Zuwainab (panggilan sayang).[2]
Sampai-sampai walaupun di waktu shalat, beliau masih memperhatikan kasih sayang terhadap anak kecil. Pernah beliau shalat sambil menggendong Umamah putri Zainab (cucu beliau). Dan pada saat beliau bersujud, Umamah didudukkan di sampingnya. (H.R. Bukhari)
Mahmud ibnur Rabi meriwayatkan, “Ketika aku masih berumur 5 tahun, aku ingat Rasulullah menyemburkan air ke wajahku dari sebuah sumur di rumahku.” (H.R. Muslim)
Beliau juga suka memberi pelajaran kepada anak kecil. Ibnu Abbas berkata, “Suatu hari aku berada di belakang Rasulullah. Lalu Rasulullah berkata, ‘Hai anak, kuajarkan kamu beberapa kalimat, jagalah Allah maka Dia akan menjagamu. Jagalah Allah maka Dia berada di depanmu. Kalau kamu minta sesuatu, mintalah kepada Allah. Dan jika kamu minta tolong, minta tolonglah kepada Allah.’” (H.R. Tirmidzi)
Mari kita sayangi anak kecil karena ini adalah teladan dari Rasulullah, mari jadikan rumah kita sebagai tempat bermain dan belajar bagi mereka, sebagai tempat yang teduh bagi mereka sehingga mereka kelak bisa menjadi pemimpin-pemimpin yang shaleh.

Referensi: www.lampuislam.blogspot.com 
Facebook Page: www.facebook.com/riska.pratama.ardi