Selasa, 20 September 2016

Ahli Kubur Menangis Karena Pernah Tidak Berwudhu saat Shalat Shubuh

Siksa kubur itu memang benar adanya, tak diragukan lagi. Dan salah satunya adalah yang diceritakan oleh Imam Ghazali ketika dia sedang bermimpi. Kala itu ia sedang melihat seorang pemuda yang disiksa dan dihadang srigala.

Inilah Kisahnya :

Setelah selesai berdakwah di beberapa tempat, Imam Ghazali tiba di rumahnya tengah malam. Ia nampaknya sangat senang sekali karena banyak orang yang tertarik dengan ajaran Agama Islam. "Alhamdulillah...mudah-mudahan dakwahku membuat banyak orang tertarik," kata Imam Ghazali setibanya di rumah.
Beberapa saat kemudian, sebelum tidur, Imam Ghazali mengambil air wudhu untuk mengerjakan shalat Tahajud. Usai shalat, ia berzikir sebagaimana biasa ia kerjakan.
Selepas zikir, sebenarnya ia ingin membaca Al Qur'an, namun tiba-tiba dia merasakan kantuk yang sangat luar biasa. Akhirnya ia tertidur di mushola.
Tak lama kemudian, dia bermimpi yang cukup mengejutkan. "Astaghfirullah ... kenapa aku bermimpi seperti itu?" gumannya dalam hati.
Setelah mimpinya berakhir, ia bangun dari tidurnya. Lalu Imam Ghazali melakukan shalat malam lagi hingga menjelang shalat subuh.
Setelah shalat subuh berjamaah, sebagaimana biasanya, Imam Ghazali memberikan fatwa kepada jamaah subuhnya. Setelah memberikan salam, Imam Ghazali menghentikan pembicaraannya.
Kemudian Imam Ghazali berkata kepada para jamaahnya,
"Tadi malam aku baru saja bermimpi yang cukup mengejutkan. Baru kali ini aku mimpi seperti itu," ujarnya kepada para jamaahnya.
"Segera saja utarakan kepada kami, aku yakin mimpi itu pasti sangat menarik bagi kita semua," kata salah satu jamaahnya.
Setelah mendengarkan dari salah satu jamaah itu, Imam Ghazali mengatakan, dalam mimpi itu ada kejadian yang cukup aneh. Menurut Imam Ghazali, ia bermimpi melihat sebuah kuburan yang terbelah. Lalu keluarlah beberapa orang yan telah mati. Di antara mayat-mayat itu ada seorang pemuda yang disiksa dengan berbagai jenis siksaan.
"Aku kasihan sekali dengan dia, meski dia bukan keluargaku. Karena itulah aku mendekatinya," kata Imam Ghazali.
Kemudian dalam mimpinya Imam Ghazali mendekati pemuda itu. Setelah dekat, Imam Ghazali memberi salam. Usai salam dari Imam Ghazali dijawab, maka ia bertanya dengan nada pelan,
"Hai anak muda penghuni kubur, ada apa denganmu? Mengapa engkau disiksa, sementara temanmu tidak?" tanya Imam Ghazali.
Ahli Kubur Menangis ..
Pertanyaan dari Imam Ghazali membuat anak muda itu menangis. Kemudian pemuda ahli kubur itu menjawab dengan nada pelan juga.
"Hai Imam Ghazali. Demi Allah, bantulah keterasinganku. Mudah-mudahan Allah memberikan jalan keluar bagiku dari siksa ini melaluimu, Siksaan yang sangat pedih ini."
Setelah berbicara demikian, pemuda itu menangis sesenggukan. Lalu Imam Ghazali bertanya lagi,
"Coba kamu ceritakan. Aku ingin mengetahuinya."
Mendapat pertanyaan dari Imam Ghazali, pemuda itu menghentikan tangisnya. kemudian mulailah ia menceritakan apa yang terjadi. Ia berkata bahwa ketika ia masih hidup, pernah meninggalkan wudhu ketika akan melaksanakan shalat.
"Aku pernah tidak wudhu ketika akan shalat subuh, karena aku takut kedinginan," kata pemuda itu.
Mendengar cerita dari pemuda itu, Imam Ghazali sedih sekali, karena itulah ia bertanya,
"Apa hubungannya antara siksaan yang kamu terima yang begitu dahsyat dengan kamu tidak berwudhu ketika shalat subuh?"
Pemuda itu menjelaskan dengan terbata-bata sambil menangis, "Akibat aku tidak wudhu itulah aku disiksa dan dalam kuburku ini aku dihadang oleh serigala yang menakutkan sekali. Keadaanku semakin bertambah buruk."
Begitulah beritanya kawan.
Seorang muslim yang shalat tanpa wudhu sekali saja sudah sangat dahsyat siksaannya, apalagi yang tidak shalat... Mari kita berwudhu terlebih dahulu sebelum melaksanakan shalat.
Subhanallah.....
Semoga ALLAH senantiasa membimbing kita dan menguatkan iman dan ketakwaan islam kepada diri kita sehingga kita bisa istiqomah dalam melaksanakan shalat 5 waktu. Aamiin.
Sumber: Strawberry 
 
Referensi: www.lampuislam.org 

Katanya Allah Maha Penyayang, Kenapa Dia Menciptakan Neraka untuk Mengazab Manusia?

 
Mayoritas penganut agama samawi, yaitu Yahudi, Kristen, dan Muslim beriman pada hari kiamat serta surga dan neraka.

Tidak seperti penganut agama Buddha dan Hindu, yang percaya bahwa orang-orang mati akan bereinkarnasi kepada kehidupan yang lebih baik atau lebih buruk tergantung pada amalnya di kehidupan sebelumnya, umat agama samawi percaya bahwa hanya ada dua kehidupan. Yang pertama, kehidupan di dunia, dan yang kedua, kehidupan setelah kematian dimana seseorang dibangkitkan dari kuburnya dan diadili Allah pada hari kiamat berdasarkan amalannya.

Rahmat vs. Azab

Jadi, pada umumnya, manusia percaya tentang adanya rahmat Tuhan dan azab Tuhan dalam berbagai agama, tapi pemahaman setiap orang berbeda-beda.

Dalam Islam, sama seperti Yudaisme dan Kekristenan, Tuhan bersifat Maha Adil. Kasih sayang-Nya melebihi murka-Nya. Tapi mungkin ada yang bertanya, “Kenapa Tuhan memberikan azab kepada manusia padahal dia adalah Tuhan yang Penyayang?”

Jawabannya tergantung apakah kita beriman pada Allah atau tidak. Jika kita beriman pada-Nya dan kita meyakini bahwa Dia Maha Adil, maka Dia pasti menuntun kita ke jalan yang lurus. Itulah mengapa Allah menurunkan wahyu-Nya kepada para nabi, yang kemudian disampaikan kepada umat manusia.

Di dalam Al-Qur’an, kita bisa melihat bukti-bukti bahwa Allah itu Maha Penyayang. Hal ini bisa kita lihat dalam berbagai ayat dimana Dia memberikan petunjuk-Nya kepada manusia, sehingga manusia selalu berada di jalan yang lurus.

Jadi, untuk orang beriman, rasa takut kepada Tuhan berfungsi untuk memperkuat keimanannya. Orang yang beriman tahu bahwa dia harus mempunyai rasa cinta, takut, dan harapan pada-Nya.

Cinta dan harapan adalah dua hal yang panjang untuk dibahas. Jadi, karena yang dibahas kali ini adalah masalah neraka dan keadilan Sang Pencipta, kita fokus pada sikap seorang Muslim dan rasa takut kepada Allah, yang berguna untuk menyelamatkannya dari neraka.

Cinta dan Harapan Orang Beriman

Orang-orang beriman tahu bahwa ada rahmat dan azab, dan seseorang hanya mendapatkan salah satu darinya (entah itu rahmat atau azab). Jadi, dia berusaha untuk menjauhkan dirinya dari azab Tuhan dan mendekatkan dirinya menuju rahmat dan kasih sayang-Nya, dengan demikian dia mendapatkan kepuasan rohani yang lebih tinggi. Orang yang beriman mematuhi batasan-batasan Allah, menjauhi larangan-Nya, dan mencoba untuk mencari ridha Allah dengan sebaik mungkin. Dia tahu bahwa hal ini akan menyelamatkannya dari azab Allah di akhirat.

{Orang-orang yang menafkahkan hartanya di malam dan di siang hari secara tersembunyi dan terang-terangan, maka mereka mendapat pahala di sisi Tuhannya. Tidak ada kekhawatiran terhadap mereka dan tidak (pula) mereka bersedih hati.} (2: 274)Seperti yang dijelaskan dalam Quran, orang-orang yang beriman dan dengan tulus mengakui kebesaran Allah akan merasakan kekaguman batin terhadap kebesaran dan keagungan Allah. Dengan demikian, kekuatan Allah yang Maha Besar akan menciptakan rasa takut dalam diri orang beriman yang didasari rasa kekaguman kepada-Nya. Sebagai hasil dari ketaatan dan ketulusannya, Allah akan memberikan rahmat kepada mereka berupa ketenangan batin di dunia ini, dan di akhirat berupa surga.

{Dan bagi orang yang takut akan saat menghadap Tuhannya ada dua syurga.} (55:46)

Tapi, mungkin muncul pertanyaan, bagaimana caranya mendapatkan ridho Allah dan menjauhi murka-Nya? Jawabannya sangat jelas. Kita harus mempunyai pengetahuan tentang Sang Pencipta dengan memahami firman-Nya yang diabadikan dalam Quran.

{… Sesungguhnya yang takut kepada Allah di antara hamba-hamba-Nya, hanyalah orang-orang yang berilmu...} (35: 28)

Orang-orang yang seperti itu akan memahami bahwa keadilan Allah tidak tertandingi. Karena itulah mereka mengimani semua yang difirmankan Allah.

{[Orang beriman adalah] orang-orang yang mempercayai hari pembalasan, dan orang-orang yang takut terhadap azab Tuhannya. Karena sesungguhnya azab Tuhan mereka tidak dapat orang merasa aman (dari kedatangannya)} (70: 26-8)

Begitulah keadilan Allah dan orang-orang beriman tidak bergantung kepada siapapun kecuali kepada Allah dengan rasa takut dan pengharapan.

{… mereka selalu berdo'a kepada Rabbnya dengan penuh rasa takut dan harap.} (32:16)

Mengenai masalah ini, Nabi Muhammad s.a.w bersabda:

"Ketika hati seorang mukmin dipenuhi dengan harapan dan takut, Allah s.w.t akan memenuhi harapannya dan menyelamatkannya dari apa yang dia takuti. " (Ibn Majah)Keadilan Allah

Bagaimana nasib orang-orang yang tidak percaya pada hari kiamat, bagaimana ketika mereka bertemu dengan Tuhan mereka dan menyaksikan surga dan neraka?

 {"Sesungguhnya orang-orang yang rugi ialah orang-orang yang merugikan diri mereka sendiri dan keluarganya pada hari kiamat". Ingatlah yang demikian itu adalah kerugian yang nyata. Bagi mereka lapisan-lapisan dari api di atas mereka dan di bawah merekapun lapisan-lapisan (dari api). Demikianlah Allah mempertakuti hamba-hamba-Nya dengan azab itu. Maka bertakwalah kepada-Ku hai hamba-hamba-Ku.} (39: 15-6)

Jadi, adilkah Allah apabila Dia membiarkan manusia begitu saja, melakukan kemaksiatan dan apapun yang mereka mau tanpa adanya pahala atau azab di dunia ini dan di akhirat? Allah memperingatkan:

{kemudian kecelakaanlah bagimu (hai orang kafir) dan kecelakaanlah bagimu. Apakah manusia mengira, bahwa ia akan dibiarkan begitu saja (tanpa pertanggung jawaban)?} (75:34-6)

Mungkin kisah dibawah ini bisa dijadikan contohnya. Ini kisah nyata tentang seorang gadis beragama Islam.

Ceritanya begini, di sebuah negara yang melaksanakan hukum Islam, kadang-kadang pihak pemerintah menjalankan pemeriksaan atau razia mendadak di tempat-tempat perbelanjaan dan terkadang di tempat umum yang ramai lainnya, untuk memastikan para pegawainya menutup aurat.

Mereka yang ketahuan melanggar akan diberi teguran bagi kesalahan pertama, dan didenda jika didapati masih tidak mau mematuhi peraturan yang ditetapkan.

Lazimnya dalam setiap razia tersebut, seorang ustadz ditugaskan bersama dengan para petugas yang merazia. Tugasnya adalah untuk menyampaikan nasihat, karena hukuman dan denda semata-mata tidak mampu memberi kesan yang mendalam.

Dalam satu insiden, ketika operasi razia yang dilaksanakan sekitar tahun 2005, seorang gadis yang bekerja di salah satu toko di Pasaraya Billion telah didapati melakukan kesalahan tidak menutup aurat. Maka dia pun kena denda.

Setelah surat diberikan oleh pegawai, ustadz ini pun memberi gadis itu nasihat, "Setelah ini saya harap saudari insaf dan dapat mematuhi peraturan. Peraturan ini bukan semata-mata peraturan majelis perbandaran, tapi menutup aurat ini termasuk perintah Allah. Ringkasnya, kalau menaati segala perintah-Nya, pasti Dia akan membalas berupa nikmat di surga. Kalau durhaka tak mau patuhi perintah-Nya, takutnya nanti kamu tidak sempat bertaubat dan mendapat azab di neraka. Allah itu Maha Penyayang, Dia sendiri tidak mau kita masuk ke dalam neraka..."

Gadis tersebut yang dari awal berdiam diri dan hanya mendengarkan, tiba-tiba membentak, "KALAU TUHAN ITU MAHA PENYAYANG, KENAPA DIA MENCIPTAKAN NERAKA? Kenapa tidak menyediakan surga saja buat mahluk-mahluk-Nya? Seperti itukah Tuhan yang disebut Maha Penyayang?"

Mungkin dari tadi telinga gadis ini sudah 'panas', tak tahan dengar nasihat sang ustadz. Sudah hatinya panas dinasihati, kena denda pula.

Ustadz itu sempat kaget,  “Bahaya nih. Kalau dibiarkan bisa rusak aqidahnya.”

Setelah gadis itu marah, ustadz pun menjawab: "Adikku, kalau Tuhan tidak menciptakan neraka, saya tidak mau jadi ustadz. Memangnya kamu pikir gaji saya sekarang besar? Lebih baik saya jadi bandar judi, atau bandar narkoba. Hidup di dunia bisa bersenang-senang, dan setelah mati pun tidak akan risau sebab sudah dijamin masuk surga.

Mungkin kamu pun akan saya culik dan jual jadi wanita malam. Kalau kamu melarikan diri, akan saya bunuh saja. Jika neraka tidak ada, saya tidak akan takut berbuat begitu, karena saya tidak akan mendapatkan azab dari Allah. Namun tidak begitu adikku, nanti mudah-mudahan kita berdua bisa bertemu di surga. Bukankah Tuhan itu Maha Penyayang?"

Gadis itu terkejut mendengar sang ustadz berkata seperti itu? Dia terheran-heran dan wajahnya kebingungan.

Ustadz itu pun menjelaskan, "Masalah seperti tadi akan berlaku kalau Tuhan hanya menyediakan surga. Orang baik dan orang jahat, pembunuh dan perampok, semuanya masuk surga. Maka untuk apa jadi orang baik? Jadi orang jahat dan bisa sesukanya berbuat maksiat lebih menyenangkan bukan? Manusia tak perlu lagi diuji sebab semua orang akan 'lulus' dengan cuma-cuma. Pembunuh akan bertemu orang yang dibunuh dalam surga. Pencuri akan bertemu lagi dengan pemilik harta yang dicurinya dalam surga, setelah itu pencuri itu bisa mencuri lagi kalau dia mau. Tidak ada yang akan menerima hukuman. Apakah Tuhan seperti ini yang kita mau? Apakah kamu rasa Tuhan yang seperti itu bertindak adil?" tanya ustadz.

"Ya tidak adil kalau seperti itu. Orang jahat tidak bisa terlepas dari kesalahannya seperti itu saja." Gerutu si gadis.

Sang ustadz tersenyum dan bertanya lagi: "Bila Tuhan yang seperti itu kamu katakan tidak adil, apakah Tuhan seperti itu dianggap baik?" Ditanya seperti itu, gadis itu hanya bisa terdiam.

Ustadz pun mengakhiri kata-katanya: "Adik, saya memberi nasihat ini karena kamu sebagai rasa peduli sesama Muslim. Allah itu Maha Penyayang, tapi Dia juga Maha Adil. Itulah sebabnya neraka itu diperlukan. Neraka digunakan untuk menghukum hamba-hamba-Nya yang durhaka, yang mendzalimi diri sendiri dan juga orang lain.

Saya rasa kamu sudah paham sekarang. Kita sedang diuji di dunia ini, siapakah diantara kita yang baik amalnya. Jasad kita bahkan segala-galanya milik Allah, maka bukan HAK kita untuk berpakaian sesuka hati kita. Ingatlah; semuanya dipinjamkan oleh-Nya, sebagai amanah dan ujian. Semoga kita dapat bersabar dalam mentaati segala perintahNya, untuk kebaikan diri kita juga."Allah Yang Maha Adil juga telah memberikan peringatan tegas di sepanjang zaman melalui nabi-nabi-Nya kepada mereka yang kafir kepada-Nya. Dia dengan jelas memberikan janji berupa surga bagi mereka yang beriman kepada-Nya dan neraka bagi mereka yang kafir kepada-Nya selagi mereka hidup di muka bumi. Mereka tidak percaya kepada tanda-tanda-Nya, peringatan dan firman-Nya. Allah berfirman kepada orang-orang kafir:

{Orang-orang kafir dibawa ke neraka Jahannam berombong-rombongan. Sehingga apabila mereka sampai ke neraka itu dibukakanlah pintu-pintunya dan berkatalah kepada mereka penjaga-penjaganya: "Apakah belum pernah datang kepadamu rasul-rasul di antaramu yang membacakan kepadamu ayat-ayat Tuhanmu dan memperingatkan kepadamu akan pertemuan dengan hari ini?" Mereka menjawab: "Benar (telah datang)". Tetapi telah pasti berlaku ketetapan azab terhadap orang-orang yang kafir. Dikatakan (kepada mereka): "Masukilah pintu-pintu neraka Jahannam itu, sedang kamu kekal di dalamnya" Maka neraka Jahannam itulah seburuk-buruk tempat bagi orang-orang yang menyombongkan diri.} (39: 71-2)

Apakah orang-orang kafir itu pernah memikirkan bahwa azab yang menanti mereka amat pedih? Begitu pedihnya sehingga mereka lebih memilih kematian daripada mernerima azab.

 {Mereka (penduduk neraka) berseru: "Hai Malik biarlah Tuhanmu membunuh kami saja". Dia menjawab: "Kamu akan tetap tinggal (di neraka ini)"} (43:77)

Inilah alasan mengapa orang-orang beriman takut kepada azab neraka dan berdo’a kepada Allah agar melindungi mereka dari siksaan semacam itu:

 {[hamba-hamba Allah Yang Maha Penyayang adalah] orang-orang yang berkata: "Ya Tuhan kami, jauhkan azab jahannam dari kami, sesungguhnya azabnya itu adalah kebinasaan yang kekal"} (25: 65)

Rasulullah memberikan kabar baik kepada mereka yang beriman kepada Allah, tapi pernah membuat Allah murka karena dosa-dosa yang mereka lakukan. Rasulullah bersabda bahwa mereka pada akhirnya akan dimasukkan ke dalam surga. Dia bersabda:neraka.” (Muslim, 91)

Abu Said berkata:

"Siapapun yang ragu-ragu (berkenaan dengan masalah ini) haruslah membaca ayat berikut: {Sesungguhnya Allah tidak menganiaya seseorang walaupun sebesar zarrah.} (4:40)

Namun, bagi mereka yang kafir terhadap peringatan Allah, yang mencela keberadaan surga, neraka, dan hari kiamat, baik dari umat zaman sekarang maupun dari umat terdahulu, Allah memberitahu tentang apa yang terjadi kepada mereka:

 {Dan apakah mereka tidak mengadakan perjalanan di muka bumi dan memperhatikan bagaimana akibat (yang diderita) oleh orang-orang sebelum mereka? orang-orang itu adalah lebih kuat dari mereka (sendiri) dan telah mengolah bumi (tanah) serta memakmurkannya lebih banyak dari apa yang telah mereka makmurkan....} (30: 9)

{… apakah ia tidak mengetahui, bahwasanya Allah sungguh telah membinasakan umat-umat sebelumnya yang lebih kuat daripadanya, dan lebih banyak mengumpulkan harta?} (28:78)

{Berapa banyak umat yang telah Kami binasakan sebelum mereka, sedang mereka adalah lebih bagus alat rumah tangganya dan lebih sedap di pandang mata!} (19:74)

Sebagai penutup, mereka yang mengatakan bahwa neraka seharusnya tidak ada jika Tuhan itu Maha Adil, dan tidak peduli dengan peringatan dari Tuhan mereka, sesungguhnya mereka akan mengetahui betapa adilnya Tuhan, tapi tentu sudah terlambat bagi mereka untuk berubah ketika mereka sudah menemui ajal dan dibangkitkan kembali oleh Tuhan mereka. Orang-orang seperti itu dijelaskan Quran sebagai berikut:

{apakah kamu merasa aman (dari hukuman Tuhan) yang menjungkir balikkan sebagian daratan bersama kamu atau Dia meniupkan (angin keras yang membawa) batu-batu kecil? dan kamu tidak akan mendapat seorang pelindungpun bagi kamu, atau apakah kamumerasa aman dari dikembalikan-Nya kamu ke laut sekali lagi, lalu Dia meniupkan atas kamu angin taupan dan ditenggelamkan-Nya kamu disebabkan kekafiranmu. Dan kamu tidak akan mendapat seorang penolongpun dalam hal ini terhadap (siksaan) Kami. } (17: 68-9)

Lebih jauh Dia memperingatkan:

{Dan belanjakanlah sebagian dari apa yang telah Kami berikan kepadamu sebelum datang kematian kepada salah seorang di antara kamu; lalu ia berkata: "Ya Rabb-ku, mengapa Engkau tidak menangguhkan (kematian)ku sampai waktu yang dekat, yang menyebabkan aku dapat bersedekah dan aku termasuk orang-orang yang saleh?" Dan Allah sekali-kali tidak akan menangguhkan (kematian) seseorang apabila telah datang waktu kematiannya. Dan Allah Maha Mengenal apa yang kamu kerjakan.} (63: 10-11)

Mari kita berlomba-lomba untuk menjadi orang-orang saleh yang difirmankan Allah dalam ayat di atas. Siapakah orang-orang itu?

{Bertasbih kepada Allah di masjid-masjid yang telah diperintahkan untuk dimuliakan dan disebut nama-Nya di dalamnya, pada waktu pagi dan waktu petang, laki-laki yang tidak dilalaikan oleh perniagaan dan tidak (pula) oleh jual beli dari mengingati Allah, dan (dari) mendirikan sembahyang, dan (dari) membayarkan zakat. Mereka takut kepada suatu hari yang (di hari itu) hati dan penglihatan menjadi goncang.} (24: 36-7)
              : www.lampuislam.org

Kisah Dr. Laurence Brown: Seorang Ateis yang Menjadi Muslim.

 

Sebagian orang menghampiriku dan bertanya bagaimana aku menjadi muslim. Jadi aku ingin menceritakannya untuk menjawab pertanyaan orang-orang dan membuat orang-orang tahu bagaimana aku membuat perubahan besar dalam hidupku. Kisahnya membawa kita kembali pada tahun 1990. Sebelum tahun 1990, aku seperti orang Amerika pada umumnya. Aku mengikuti filosofi hidup bahwa seseorang yang mati dengan kekayaan terbanyak berarti telah menang. Aku menghabiskan hidupku untuk mencari kekayaan dan hanya itulah satu-satunya tujuan hidupku. 

Pada tahun 1990, anak perempuanku lahir, yaitu Christina. Dia bisa melakukan sesuatu yang tidak pernah dilakukan anak lain sebelumnya. Jika aku mendirikannya, dia bisa berdiri sendiri. Dan aku seorang dokter di bidang medis, aku mengerti bahwa itu tidak mungkin bisa dilakukan bayi yang baru lahir, tapi aku tidak menganggapnya sebagai sebuah mukjizat. Aku menganggapnya hanya sebagai sesuatu yang menarik, tapi kurasa aku tidak paham pesan dibaliknya. Kurasa pesannya harus datang kepadaku untuk kedua kalinya. Dan kedua kalinya pesan Tuhan datang dalam cara yang lebih dramatis.



Jadi 10 bulan kemudian, pada tahun 1990, anak perempuan keduaku, Hannah terlahir. Dan Hannah dipindahkan langsung dari ruang bersalin di rumah sakit ke bagian Neonatal Intensive Care Unit (NICU) dan mereka tidak memberitahuku apa alasannya. Aku seorang dokter yang bekerja di rumah sakit George Washington University, yang merupakan salah satu rumah sakit paling terkenal di Amerika Serikat. Itulah rumah sakit dimana Presiden Ronald Reagan dirawat ketika dia tertembak. Perawatan medis di rumah sakit itu mempunyai standar yang tinggi.


Jadi ketika aku tahu bahwa anak perempuan keduaku membiru, aku sangat khawatir. Aku melihatnya dalam Intensive Care Unit (ICU), mulai dari dadanya hingga ke ujung kakinya, dia begitu lebam, dia berwarna biru gelap. Dan untukmu yang bekerja di bidang medis tentunya tahu apa artinya itu. Tapi untuk kalian yang tidak tahu, ketika kalian melihat urat-urat kalian di tangan, pada tangan orang kulit putih, urat itu berwarna biru. Alasannya adalah ketika darah membawa oksigen maka warnanya merah. Ketika darah tidak membawa oksigen maka warnanya berubah biru dan seperti itulah warna tubuh anakku.
Kami melakukan Cardiac Ultrasound dan ternyata dia mengalami penyempitan pembuluh darah. Sedangkan pembuluh darah adalah alat transportasi utama yang membawa darah dari jantung ke seluruh tubuh. Dan penyempitan pembuluh darah adalah mengecilnya jalur pembuluh darah. Kau dapat melihat pembuluh darah berada dalam ukuran normal pada sisi lain, tapi di tengah-tengahnya ada penyempitan dimana pembuluh darah menjadi kecil hingga hampir tertutup. 


Jadi itulah kondisi anakku, dia sedang sekarat, tubuhnya lemas. Dan sebagai seorang dokter, aku mengerti apa artinya ini. Aku sering terlibat dalam operasi bedah jantung, aku tahu bahwa hampir pasti anak ini harus menjalani operasi bedah jantung, mereka akan membedah jantungnya, menggantikan pembuluh darahnya dengan sebuah graft (saluran buatan) dan anak ini sedang sekarat.


Berdasarkan teknologi saat itu, yakni 20 tahun yang lalu, harapanku adalah bahwa anak perempuanku sehabis menjalani operasi ini, berhasil hidup hanya sampai beberapa tahun, lalu harus menjalani operasi lagi untuk mengganti graft-nya (saluran buatan) seiring dia tumbuh dewasa. Dan pada akhirnya graft itu tidak akan mampu lagi menghidupinya sehingga dia akan mati. 


Dan itulah kecemasanku waktu itu, itulah kecemasan para dokter di ICU yang menangani anakku waktu itu. Jadi kami semua memandangi bayi yang bahkan belum genap berumur satu hari, tubuhnya sedang sekarat karena kekurangan oksigen, dan kami hanya mengamati dia perlahan-lahan mati.


Mereka memanggil seorang ahli bedah jantung dari rumah sakit anak-anak di Washington D.C. Ketika dia datang untuk melihat anakku, aku tidak diperbolehkan masuk karena aku begitu emosional.


Aku meninggalkan ruang Intensive Care Unit (ICU). Di samping ruang Intensive Care Unit (ICU) ada tempat berdo’a. Dan aku masih ingat dengan jelas ketika aku berjalan ke dalam ruangan itu dan berdo’a dengan tulus untuk pertama kalinya seumur hidupku. Aku tidak pernah berdo’a dengan tulus sebelumnya.


Di sepanjang hidupku, aku selalu berkuasa. Jika ada sesuatu yang aku inginkan, aku tahu bagaimana cara mendapatkannya. Aku tidak pernah sekali pun dalam hidupku menghadapi situasi dimana aku tidak bisa mengatasinya, situasi dimana aku tahu bahwa aku sudah tidak punya harapan lagi.
Dan banyak orang berpikir bahwa aku masuk Islam dari agama Kristen. Tapi aku tidak pernah sekalipun seumur hidupku seorang Kristen. Aku pada saat itu seorang ateis, faktanya aku mencoba untuk mendebat orang-orang agar mereka tidak percaya pada Tuhan.


Ketika aku memasuki ruangan do’a itu, aku mengingat satu hal yang membuatku terkejut adalah bahwa ruangan itu hanyalah ruangan do’a biasa, tidak ada salib, tidak ada patung, tidak ada simbol-simbol keagamaan sama sekali. Dan hal itu membuatku merasa nyaman.


Tapi karena aku seorang ateis, do'aku sangat sederhana tapi do’a ini punya kekuatannya sendiri. Aku menghabiskan seluruh hidupku menolak adanya Tuhan, tapi pada saat itu aku sadar bahwa tidak ada daya untukku menolong anak yang malang ini. Satu-satunya kekuatan, jika Dia memang ada, yang dapat menolong anakku hanyalah Sang Maha Kuasa.


Jadi satu-satunya do’a yang bisa kulakukan adalah “Ya Tuhan, jika Kau memang ada.” Dan aku akui, sebenarnya dalam hati aku mengatakan “Aku tidak tahu apakah Kau ada atau tidak, tapi jika Kau ada, maka aku butuh pertolongan.” Dan aku berjanji, jika Tuhan menyelamatkan putriku, maka aku mohon petunjuk-Nya untuk mencari agama yang paling menyenangkan-Nya dan aku berjanji akan mengikuti agama itu. Dan aku mengingat kata-kata itu dengan sungguh-sungguh.


Sehabis berdo’a selama kurang lebih 15 menit, kemudian aku kembali ke Intensive Care Unit (ICU), ketika aku memasukinya, para dokter mengerubungi putriku. Ketika aku berjalan ke arah mereka, dokter ahli bedah jantungnya menatap mataku dan berkata bahwa putriku akan baik-baik saja.


Para dokter di sekelilingku tidak mengerti apa yang sedang terjadi. Dia kemudian memberiku penjelasan tentang istilah medis dan caranya menjelaskan padaku bahwa putriku akan baik-baik saja, dan aku melihat pada dokter-dokter spesialis yang lain, dan kusadari bahwa aku bukanlah satu-satunya orang yang merasa penjelasan itu tidak masuk akal. Dan kusadari meskipun penjelasan itu masuk akal baginya tapi terasa tidak masuk akal bagiku. 

Aku berdo’a dengan tulus untuk pertama kalinya dalam hidupku dan aku hanya dapat percaya bahwa ini pasti karena campur tangan Sang Pencipta. Kami melakukan tes ultrasound sebelumnya yang menunjukkan kondisi kehidupannya yang sekarat, lalu kami melakukan tes ultrasound lagi dan ternyataputriku benar-benar normal. Dia tidak perlu dioperasi, dia benar-benar seperti anak normal lainnya, bahkan dia masuk perguruan tinggi tahun ini.

Ketika aku melihat keajaiban ini, kusadari bahwa aku telah berjanji. Dan kusadari jika aku tidak memenuhi janji itu, maka aku akan merasa bersalah. Aku berjanji pada Penciptaku semoga dia menuntunku kepada agama yang paling menyenangkan-Nya yang kemudian akan kuikuti, dan hal yang paling tidak kuinginkan adalah meninggal dunia sebelum memenuhi janji itu.


Jadi aku mulai membaca kitab suci berbagai agama, aku mulai mempelajari Buddha, Taoisme, Shinto, Bhagavadgita, Hindu, mulai mempelajari agama monoteisme, yaitu Yudaisme dan Kristen.


Dari setiap agama yang kutemui, aku pada dasarnya hanya mengambil kesimpulan Tidak, bukan yang itu.” Tidak terlalu lama bagiku untuk meninggalkan Buddha, Taoisme, Hindu, dan itulah mengapa aku akhirnya mempelajari Yudaisme. Dan ketika aku mempelajari Yudaisme akhirnya aku merasa seperti “Ini baru suatu kebenaran.”


Tapi juga ada beberapa hal yang tidak aku percaya. Aku melihat beberapa pertentangan dalam Perjanjian Lama yang akan kita bicarakan dalam tulisan berikutnya, Insya Allah. Aku menemukan prediksi tentang 3 nabi terakhir dan tentunya itu menimbulkan pertanyaan, jika nabi itu bukanlah Yohanes Pembabtis (Nabi Yahya A.S.) dan Yesus Kristus (Nabi Isa A.S), jadi siapa nabi itu? Jadi aku mulai mempelajari Kristen. Ketika aku mempelajari Kristen, aku mencari ke segala tempat untuk jawabannya. Aku mempelajari Baptis Selatan, Quakers, Orthodox, Katolik Roma, Mormon, Seven Day Adventists, kepalaku merasa pusing karena banyaknya sekte Kristen yang kuikuti baik sebentar atau lama, dan pada akhirnya aku belum mendapatkan jawabanku. 


Aku pergi kepada pendeta dan sesuatu yang jarang dilakukan umat Kristen adalah membaca Bible dan menanyakan kebenaran ayat-ayatnya. Dan tolong mengerti aku mengatakan ini bukan untuk menjatuhkan umat Kristen, aku tidak bermaksud mengkritik umat, maksudku bahwa sebagian besar uamt Kristen menerima iman mereka tanpa syarat, tanpa benar-benar menganalisisnya. 


Aku lihat bahwa Yesus Kristus menyebut dirinya sebagai anak manusia, jadi aku ingin pendeta untuk menjelaskan padaku, kenapa para Kristen menyebutnya sebagai anak Tuhan sedangkan dia menyebut dirinya sendiri sebagai anak manusia. Aku menemukan bahwa Yesus Kristus ditanya apakah perintah
Tuhan yang paling penting dalam 3 ayat yang berbeda, Dan dia berkata “Ketahuilah wahai Bani Israel, Tuhanmu adalah Tuhan yang satu.”
Dan aku tidak dapat menemukan trinitas dimanapun. Jikalau kata trinitas tidak ada dalam Bible, mengapa umat Kristen mengajarkannya, mengapa umat Kristen mempercayainya,? Dan mereka mengatakan itu berdasarkan I Yohanes 4:7 tapi ternyata itu ayat palsu. Ayat itu tidak ada dalam manuskrip yang asli dan mengapa ayat itu telah dimodifikasi dalam Bible yang lebih modern? Itulah mengapa kau tidak akan menemukannya dalam Red Letter Bible yang dipublikasikan pada zaman modern, kau tidak akan menemukannya membicarakan tentang hubungan Bapa, anak, dan Roh Kudus dan ketiganya adalah satu, kau tidak akan menemukannya lagi karena para sarjana zaman ini telah menemukan bahwa itu adalah sisipan yang menyesatkan.


Seperti disebutkan dalam referensi Bible Schorfield bahwa ayat itu adalah ayat yang ditambah-tambahkan, ayat itu adalah penyisipan yang menyesatkan, dan aku ingin para pendeta menjawab pertanyaan ini tapi tidak satupun pendeta dari sekte apapun dimanapun yang bisa menjawabnya.


Jadi aku merasa lebih kehilangan arah daripada sebelumnya. Aku percaya pada ajaran Yesus Kristus, aku percaya bahwa dia adalah seorang nabi, aku percaya bahwa Tuhan itu satu, aku percaya bahwa hubungan manusia dengan Tuhan adalah langsung tanpa perlu perantara, aku percaya bahwa masing-masing kita bertanggung jawab atas perbuatan kita sendiri, aku tidak percaya bahwa kita membawa noda dari dosa warisan, sebuah dosa yang tidak pernah kita lakukan. Aku merasa aneh dengan teologi trinitarian, tapi aku setuju dengan segala sesuatu yang Yesus Kristus ajarkan dan keduanya adalah hal yang berbeda dan tak ada pendeta yang dapat menjelaskan hal ini padaku.


Untuk beberapa tahun, aku terus mencari tapi tak menemukan apapun, karena di Amerika, agama terakhir yang orang-orang pertimbangkan adalah Islam.
Ketika aku mempelajari Islam, tentang Nabi Muhammad, maka segala sesuatunya menjadi jelas. Perjanjian Lama menjelaskan 3 orang nabi yang akan datang, Yohanes Pembabtis (Yahya A.S.), Yesus Kristus (Isa A.S.), lalu siapa yang ketiga? Yang ketiga adalah nabi dari Islam, Muhammad S.A.W. Semua ajaran Yesus Kristus mengajarkan bahwa Tuhan hanya satu dan para Nabi termasuk dirinya sendiri adalah manusia biasa. Dia mengajarkan bahwa kita bertanggung jawab langsung dengan Tuhan tanpa seorang perantara, tidak perlu lewat pastor, tidak perlu lewat pendeta dimana kau mengakui dosa-dosamu atau meminta pengampunan darinya. Dan aku merasakan rantai wahyu dalam Islam bersifat konsisten.


Inilah alasanku masuk Islam. Aku sekarang mengerti bahwa Islam adalah agama penutup dari rantai wahyu Tuhan.


Dan itulah kisahku yang paling pribadi. Tuhan akan menuntun siapapun yang Dia mau. Jika kau jujur, maka Dia akan menuntunmu dalam jalan yang lurus ini. Tapi jika kau punya penyakit hati, jika kau tidak jujur, jika kau mempunyai hasrat duniawi dimana kau tidak menempatkan Tuhan sebagai tujuan utamamu, dengan mudah kau terjatuh dalam jebakan ini. Kau memulainya dengan bersyukur pada Tuhan namun kau berakhir menyembah salah satu ciptaannya dan bukannya menyembah Sang Pencipta.


Beberapa tahun kemudian, sebagai seorang dokter, aku mempunyai seorang pasien yang mempunyai anak laki-laki yang terlahir dengan penyakit jantung yang berbahaya dan tampaknya dia akan mati. Dia berdo’a kepada Tuhan agar anaknya diselamatkan dan dia juga berjanji sama sepertiku. Kemudian anaknya sembuh sama seperti putriku, tapi dia tidak menepati janjinya, dia kembali menjadi ateis.


Dan hal ini menyimpulkan kisahku, karena ketika aku menyaksikan hal itu, aku sadar bahwa aku tidak menjadi muslim karena aku sangat pintar, bukan karena aku dapat menemukan kebenaran di dalamnya, sementara orang lain tidak dapat menemukan kebenaran Islam. Wanita ini berada pada situasi yang sama denganku. Dia berdo’a untuk keselamatan putranya yang mengalami gangguan jantung yang fatal, sama seperti putriku yang mengalami gangguan jantung. Dan apa perbedaan diantara kami berdua? Perbedaannya adalah, Allah menuntunku kepada Islam dan membuatku jujur. Sedangkan wanita itu, entah mengapa dia tidak jujur. Dia gagal dalam ujiannya. 

Jika ada satu pesan yang ingin kusampaikan kepada kalian adalah, kita datang kepada agama kebenaran bukan karena kuasa kita kecuali jika kita memintanya. Allah menuntun orang yang Dia kehendaki. Berdo’alah kepada Tuhan dengan ketulusan hati, minta kepada-Nya untuk menuntun hati dan pikiranmu kepada agama kebenaran dan agar dia membuatmu senang dengan agama itu. Dan jika kau memang tulus dan jika Allah menjawab do’amu, Insya Allah, maka kau akan merasakan kedamaian ketika agama kebenaran memasuki hatimu. Dan Insya Allah kau akan bergabung sebagai seorang saudara muslim kami
Terima kasih telah membaca tulisan ini, kita akan melanjutkan lagi di lain waktu, Insya Allah, dan aku berharap dapat bertemu lagi denganmu. Salam damai dan semoga Tuhan menuntun kita semua.
Referensi: www.lampuislam.org 

Senin, 19 September 2016

Dr.Zakir Naik Menjawab Pertanyaan Cerdas pemuda Ateis.


 

Siapa yang tidak kenal dengan Dr. Zakir Naik? Ulama perbandingan agama asal India ini lagi-lagi memukau penonton dengan pengetahuannya yang luar biasa tentang ilmu sains. seorang pemuda ateis bernama Rahul menguji kecerdasan Dr. Zakir Naik perihal seseorang yang terlahir dengan kondisi homoseksual. Pemuda ateis ini adalah lulusan teknik sipil dari universitas di Inggris. Dia berpendapat bahwa Islam seharusnya tidak menghukum seseorang yang dilahirkan dengan kondisi homoseksual, karena bukan keinginan orang tersebut untuk menjadi seorang homoseksual. Namun karena Dr. Zakir Naik juga menguasai ilmu sains dan beliau adalah lulusan fakultas kedokteran dari Universitas Maharasthra, beliau berhasil menjawab pertanyaan cerdas yang diajukan oleh Rahul. Berikut ini percakapan antara Dr. Zakir Naik dengan pemuda ateis bernama Rahul tersebut:


 
Rahul: Baru-baru ini di India, aku membaca di koran bahwa pernikahan sesama jenis dibolehkan di India. Dan di dalam koran tersebut, tertulis bahwa kondisi homoseksual memang sudah bawaan genetik dari orang itu sejak lahir. Jadi orang itu tidak punya pilihan lain. Sementara itu, aku sepenuhnya paham bahwa Islam sepenuhnya melarang homoseksual.
Tapi jika seseorang punya kecendrungan homoseks karena memang sudah bawaan sejak lahir, dan ini bukan pilihannya, kenapa Islam malah menghukumnya? 
 
Dr. Zakir Naik: Aku setuju denganmu. Ini seakan-akan tak masuk akal.
Rahul: Ya, tidak masuk akal. Jadi kenapa Tuhan menciptakan seseorang dalam kondisi seperti itu dan Tuhan menghukumnya karena hal itu juga?
Dr. Zakir Naik: Saudara ini berkata bahwa baru-baru ini di India, homoseksualitas diperbolehkan. Aku koreksi pernyataanmu, bukannya India memperbolehkan, melainkan undang-undang di India menyatakan bahwa homoseksual bukanlah sebuah kejahatan besar dalam konstitusi India. Jadi mereka membuatnya lebih ringan sekarang. Dan ini adalah aturan yang ditegakkan di New Delhi, tapi belum disahkan menjadi hukum.
  
Selain itu, juga banyak organisasi di India yang menentang homoseksual sehingga ini belum jadi hukum. Homoseksual baru disahkan di Kanada, AS, dan Inggris. Sedangkan di India sendiri belum disahkan. Dan sekarang, ada teori ilmiah yang mengatakan bahwa homoseksualitas bersifat genetik. Dan seperti yang kau katakan, jika homoseksual itu bersifat genetik (bawaan dari lahir), maka kenapa orang yang mengidap homoseksual tersebut yang disalahkan? Kenapa Islam menganggap ini sebagai dosa? Itu adalah pertanyaan yang sangat bagus.
Sebenarnya, teori yang mengatakan bahwa homoseksual bersifat genetik dinyatakan beberapa tahun yang lalu. Akhirnya diketahui bahwa teori ini benar-benar salah. Dan orang yang mengemukakan teori ini ternyata seorang homoseksual. Jadi belum ada bukti ilmiahnya, melainkan baru asumsi. Ilmu sains belum membuktikan bahwa homoseksualitas itu genetik.
Bahkan Quran berfirman dalam surat Al A’raaf[7]:81
Sesungguhnya kamu mendatangi lelaki untuk melepaskan nafsumu (kepada mereka), bukan kepada wanita, malah kamu ini adalah kaum yang melampaui batas.” (Qs. Al-A’raaf[7]: 81)
Ayat di atas membicarakan tentang perilaku homoseksual yang dilakukan kaum Nabi Luth. Di ayat tersebut Allah melarang perbuatan homoseksual. Dan homoseksual juga dilarang dalam Bible, di dalam kisah yang sama yang menceritakan kaum Nabi Luth. Intinya homoseksual benar-benar dilarang. Dan teori yang mengatakan bahwa homoseksual bersifat genetik masih berupa asumsi (masih dugaan). Faktanya, homoseksual tidak bersifat genetik.
Kalau begitu, bagaimana homoseksual bisa terjadi? Jawabannya adalah, ilmu psikologi telah mengungkap fakta bahwa ketika kita melakukan sesuatu terlampau sering, maka kita lama-kelamaan merasa bosan dan tidak lagi senang melakukannya.
Sementara itu, yang Tuhan izinkan adalah hubungan seks (dengan suami/istri) secara normal. Namun apabila kau melakukannya terlalu sering atau melakukan sesuatu yang tidak normal, di saat itulah kau mulai bosan. Pada akhirnya, kau mulai mencoba-coba melakukan sesuatu yang tidak normal dan dilarang agama.
  
Rahul: Ya, tapi perilaku homoseksual juga ditemukan pada anak-anak, padahal mereka belum menikah (belum berhubungan seks).
Dr. Zakir Naik: Aku akan menjelaskan mengapa hal ini juga terjadi pada anak-anak setelah ini. Jadi sekarang kita bicarakan orang dewasa dulu.
Kembali ke topik. Jadi ketika kau sudah keseringan melakukannya, kau ingin mencoba sesuatu yang baru dan yang lebih lagi. Kau sudah bosan dengan hubungan seks yang normal dan kau tidak lagi merasa senang melakukannya. Saat itulah kau mulai melakukan hal-hal yang tak alami. Jadi perilaku homoseksual ini bukan karena bawaan genetik.
  
Berkenaan dengan anak-anak. Bagaimana anak-anak bisa melakukan perbuatan homoseksual? Ini bukanlah sifat bawaan sejak lahir. Anak-anak tidak lahir dalam keadaan homoseksual. Hal ini dikarenakan mereka sering menonton film porno. Padahal kita tahu bahwa film porno itu haram. Channel-channel TV sekarang banyak menampilkan adegan vulgar dan pornografi. Ini dikarenakan adegan-adegan seperti itu menjual dan memikat para penonton sehingga mudah meraup keuntungan. Karena mereka terlalu sering menonton TV disertai adegan-adegan seperti itu, lama-lama mereka mulai mencoba-coba melakukannya dan akhirnya mereka menyimpang. Jadi siapa yang salah disini? (Yang salah) adalah channel-channel TV itu dan juga para orangtua yang membolehkan dan tidak mengawasi anak-anaknya. Merekalah yang bertanggung jawab. Selain itu, bagaimana orangtua mendidik dan memperlakukan anak-anak mereka juga mempunyai dampak psikologis terhadap perkembangan anak-anak. Hal-hal inilah yang menjadi faktor terhadap perilaku homoseksual pada anak-anak.
Jadi jangan beranggapan bahwa orang yang baru lahir sudah jadi homoseks, karena faktanya sama sekali tidak begitu. Ini adalah sebuah kesalahpahaman dan tidak ada penelitian ilmiah yang membuktikan itu. Kesimpulannya, ini disebabkan anak-anak keseringan menonton film porno.

Referensi: www.lampuislam.org 

Kenapa Allah Tidak Membuat semua Manusia Menjadi Muslim? Dr.Zakir Naik Menjawab



 

Melanjutkan pertanyaan Yoko kepada Dr. Zakir Naik yang telah ditulis pada artikel sebelumnya (baca: Apakah Perjalanan Isra' Mi'raj Adalah Kisah Bohong?), wanita Jepang ateis tersebut bertanya lagi kepada Dr. Zakir Naik. Berikut Ini adalah pertanyannya (Bagi yang mau menonton video percakapan antara Yoko dengan Dr. Zakir Naik, bisa klik link berikut: Dr. Zakir Naik Diserang Argumen Wanita Jepang Ateis).


Yoko: Jika Tuhanmu begitu hebat, kenapa Tuhanmu tidak menjentikkan jari-Nya saja dan mengubah seluruh dunia menjadi Muslim, sehingga kau tidak perlu bekerja keras dan berdakwah untuk meyakinkan orang lain agar masuk Islam?
Dr. Zakir Naik: Saudari, itu adalah pertanyaan yang sangat bagus. Jawabannya sudah ada dalam Quran. Tuhan tahu bahwa kau akan bertanya seperti ini.

  

Yoko:  Aku pikir tidak begitu.
Dr. Zakir: Kalau begitu bagaimana mungkin jawabannya sudah ada dalam Quran? Inilah yang disebut mukjizat!
Yoko: Ini hanya kebetulan!
Dr. Zakir: Bukan kebetulan, dan banyak orang yang telah bertanya seperti ini sebelummu. Jadi Tuhan tahu bahwa ada sebagian manusia yang akan bertanya seperti ini. Tuhan berfiman di surat Yunus[10]: 99, bahwa jika Tuhan berkehendak, Dia bisa membuat semua orang di dunia menjadi Muslim. Itulah alasan kami tidak boleh memaksa siapapun untuk masuk lslam kecuali dari hati mereka sendiri.
Tuhan telah menciptakan berbagai makhluk. Semua makhluk Tuhan selain manusia dan jin, seperti binatang, malaikat, dan tumbuhan tidak mempunyai kehendak bebas. Jika Tuhan menjadikan manusia menjadi Muslim semua, maka apa bedanya dengan malaikat? Ini dikarenakan malaikat tidak punya kehendak bebas. Apapun yang difirmankan Tuhan pasti mereka ikuti seratus persen. Jadi Tuhan menciptakan makhluk lain yang disebut manusia. Keistimewaan dari manusia adalah dia mempunyai kehendak bebas untuk patuh atau menentang Tuhan. Jika Tuhan menjadikan kita semua (manusia) untuk mematuhi-Nya, maka kita sama saja seperti para malaikat. Maka apa apa bedanya manusia dengan malaikat dan dimana ujiannya?

Sebagai contoh, seorang guru mengajari murid-muridnya di suatu sekolah. Lalu pekan ujian pun tiba dan murid itu datang untuk ujian. Seperti yang kita ketahui, dalam ujian, kita dilarang membuka buku, karena ujian adalah untuk mengetahui kemampuan dari seorang murid, apakah mereka ingat akan pelajaran yang telah diberikan dan apakah mereka mengikuti ajaran gurunya atau tidak. Jika murid itu membuka buku pelajaran kemudian menuliskan jawabannya dari buku itu, maka dimanakah ujiannya? Jadi hidup ini seperti yang disebutkan dalam Quran di surat Mulk[67]: 2, “Tuhan menjadikan mati dan hidup, untuk menguji siapa di antara kamu yang lebih baik amalnya.”
Kesimpulannya, kehidupan yang sedang kau jalani ini adalah ujian untuk akhirat. Tuhan berfirman dalam surat Al-Baqarah[2]: 155, "Akan Kami berikan cobaan kepadamu, dengan ketakutan, kelaparan, kurangnya harta, jiwa dan barang-barang yang kamu dapatkan." Tuhan juga berfirman bahwa anak-anakmu, istrimu, dan kekayaanmu adalah ujian untukmu.” Jadi semua ini adalah ujian untuk kita. Semoga itu menjawab pertanyaanmu.
Yoko: Ya, terima kasih banyak. Tapi aku melihat faktanya bahwa...
Dr. Zakir Naik: Saudari, kau bisa mengantri lagi ke belakang barisan, dan menunggu untuk kesempatan bertanya lagi. Kau sudah bertanya dua kali, sekarang giliran non-Muslim yang lain.
Percakapan antara Yoko dan Dr. Zakir Naik pun selesai sampai disini. Sayangnya sampai akhir sesi tanya-jawab berakhir, Yoko tidak mendapatkan kesempatan bertanya lagi kepada Dr. Zakir Naik karena sangat banyak non-Muslim lain yang ingin bertanya kepada beliau.
Referensi: www.lampuislam.org 

Konsep Ketuhanan dalam Islam

 
 
https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjQ0HteBHEBw4_pSuR0Kq-qTh-L3UCg-b2dJTa0P5Yh67IYhzKSsHgSIHFzTC2ubQJ_tr1WgYbtBHIzxDciLKBZbxQAVqqARH8yvRZ7Kb7fW8rsh9S_Auc0PZ8qmpptkhw7D1lZbKtZ1h9h/s1600/Wallpaper+Allah.jpg

Oleh: Akmal Sjafril || Twitter: twitter.com/malakmalakmal
 
Dalam The Worldview of Islam, konsep Tuhan adalah masalah yang paling sentral. Secara sederhana, The Worldview of Islam adalah pandangan hidup berdasarkan Islam. Ajaran Islam yang komprehensif membuat setiap Muslim memiliki pandangan hidup yang khas. Karena Islam melahirkan sebuah worldview/pandangan hidup, maka seorang Muslim merespon masalah dengan cara yang unik. ‘Unik’ di sini berarti bahwa seorang Muslim berpikir dengan cara yang berbeda dengan orang kafir.
The Worldview of Islam lebih dikenal dengan istilah Islamic Worldview, tapi sebenarnya istilah ini kurang pas. Islamic Worldview secara harfiah berarti “worldview yang Islami”, seolah-olah dimungkinkan ada yang Islami di luar Islam. The Worldview of Islam artinya “worldview-nya Islam”. Ini bersifat definitif. Artinya ia cuma milik Islam.

Mengapa konsep Tuhan itu penting dalam membentuk pandangan hidup? Pertama, kita harus tahu bahwa kata “Tuhan” dipahami dengan cara yang berbeda oleh masing-masing agama. Kedua, konsep Tuhan itulah yang akan membentuk cara kita memahami tujuan hidup kita. Umat Kristiani, misalnya, ketika menyebut kata “Tuhan”, membayangkan sebuah konsep unik dalam benak mereka. “Tuhan” dalam bayangan mereka adalah subyek trinitas, mengirimkan “anaknya” untuk disalib untuk menebus dosa manusia. Konsep Tuhan dalam Islam lain lagi. Demikian pula dengan agama-agama lainnya, saling berlainan.
Beberapa filsuf Yunani kuno berpendapat bahwa tuhan itu ada dan mencipta, namun setelah mencipta, tuhan diam saja. Artinya, dalam pandangan mereka, tuhan tidak terlibat dalam kehidupan di alam semesta setelah ia menciptakannya. Oleh karena itu, dalam segala hal, mereka berfilsafat. Sebab tuhan mereka tidak membimbing dengan wahyu. Tuhan mereka hanya diam.
Ketika Nabi Ibrahim a.s menghancurkan berhala-berhala kaumnya, secara tidak langsung ia “menggugat” konsep Tuhan mereka. Mengapa tuhan-tuhan mereka terbuat dari batu, kayu, dan sebagainya? Kenapa tuhan mereka hanya bisa diam, lalu kenapa tuhan seperti itu disembah? Itukah konsep Tuhan yang benar?
Dalam Islam, ada 1 surah di juz 30 yang sangat ringkas, tapi efektif menjelaskan konsep Tuhan, yaitu Surah Al-Ikhlash: Qul huwallaahu ahad (Allah itu hanya satu). Allaahush-shamad, (Allah tempat bergantung segala sesuatu). Lam yalid wa lam yuulad, (Allah tidak beranak dan tidak diperanakkan). Wa lam yaqun lahuu kufuwan ahad, (Tidak ada sesuatu pun yang serupa dengan-Nya).”
Ayat pertama langsung memperkenalkan konsep tauhidullaah, yaitu keesaan Allah. Allah itu satu. Apanya yang satu? Dzat-Nya sudah pasti cuma satu. Dia-lah satu-satunya Dzat yang bernama Allah. Para ulama berpendapat bahwa tauhidullah jauh lebih dalam daripada sekedar menjelaskan tunggalnya Dzat Allah. Selain tunggal Dzat-Nya, Allah pun tunggal dari segi sifat dan perbuatan-Nya. Artinya, sifat Allah hanya milik Allah, dan perbuatan Allah hanya milik Allah. Tidak ada makhluk yang memiliki sifat seperti Allah, dan tak ada makhluk yang mampu berbuat seperti Allah.
Lihat perbuatan Nabi Ibrahim a.s. Berhala-berhala itu sifatnya sama seperti benda mati, bahkan tak mampu berbuat apa-apa. Itukah konsep Tuhan yang benar? Maka, ayat pertama dalam Surah Al-Ikhlash telah secara jitu menjelaskan konsep tauhidullaah. Inilah konsep Tuhan yang khas milik Islam. Bukan milik yang lain.
Ayat kedua menjelaskan apa “pekerjaan” Allah. Kepada Allah-lah tempat bergantung segala sesuatu. Tidak seperti orang Yunani kuno yang percaya bahwa tuhan cuma diam, Islam percaya bahwa Allah senantiasa dalam kesibukan. Allah-lah yang membuat keputusan atas segala sesuatunya di dunia ini. Karena itu, kita meminta kepada-Nya. Kita beribadah pada-Nya dan meminta pertolongan pada-Nya. Iyyaaka na’buduu wa iyyaaka nasta’iin. Di sini, kita dapat melihat perbedaan pandangan antara Islam dan kepercayaan Yunani kuno tadi. “Tuhan” yang diam versi para filsuf Yunani itu tidak bisa dimintakan pertolongan. Sebab maunya cuma diam. Dalam kepercayaan dewa-dewi ala Yunani yang lebih kuno lagi, “tuhan” malah perlu disogok dan dirayu. Kalau tidak diadakan pemujaan dan persembahan macam-macam, dewa-dewi Yunani tidak peduli pada manusia.
Dalam Islam, kita diajarkan untuk berdo’a dan meminta pada Allah. Sebab semuanya bergantung pada Allah. Kalau kita menganggap bahwa prestasi kita adalah hasil kerja keras kita sendiri, maka itulah hamba Allah yang sombong. Jangankan kita, para Nabi dan Rasul saja berdo’a. Siapa yang lebih saleh daripada mereka?
Setelah menegaskan ketunggalan Allah, ayat ketiga menjelaskan bahwa Allah itu tak punya keturunan dan bukan anak siapa-siapa. Sebab, bisa jadi orang menyangka bahwa Allah itu memang satu, tapi Dia punya anak yang mewarisi kehebatannya. Jika kita katakan bahwa “Hanya ada 1 orang yang bernama X”, maka bisa jadi si X punya anak bernama si Y. Dan Y sejenis dengan X. Sebagaimana Zeus itu cuma 1, tapi anaknya banyak. Ini bukan konsep Tuhan ala Islam. Dalam kepercayaan dewa-dewi Yunani, Zeus jadi dewa terkuat setelah menggulingkan ayahnya, Kronos. Kronos pun sebelumnya telah menggulingkan ayah kandungnya sendiri.
Dengan demikian, jelaslah bahwa Allah hanya 1 dan takkan ada “pesaing” yang sejenis dengan-Nya. Tapi, kalau berhenti di sini, bisa jadi ada orang berpikir bahwa Allah hanya ada satu, tapi ada pengganti yang mirip. Sama saja seperti kita punya pisau, tapi juga punya cutter yang bisa menjalankan fungsi yang
mirip dengan pisau.
Ayat terakhir menuntaskan konsep tauhidullaah. Allah hanya satu, dan tak ada yang serupa dengan-Nya. Ayat terakhir ini juga penting untuk menjelaskan dua konsep tauhidullaah, yaitu ketunggalan sifat dan perbuatan-Nya. Apa pun yang bisa kita bayangkan, itu bukanlah Allah. Karena Allah berbeda dari segalanya. Karena itu, Islam tidak mengenal penggambaran Dzat Allah. Jika umat Kristiani dan Hindu menggambarkan sosok tuhan mereka, maka Islam tidak menggambarkan sosok Allah. Allah Maha Melihat, kita pun dapat melihat. Tapi penglihatan kita berbeda dengan Allah. Tidak ada yang serupa dengan-Nya. Burung dan lalat bisa terbang, pesawat pun bisa. Tapi burung dan lalat itu berbeda dengan pesawat.
Allah ciptakan segalanya dari ketiadaan, sedangkan manusia hanya bisa menciptakan benda-benda dari bahan baku yang Allah sediakan. Sifat Allah pun berbeda dengan manusia dan makhluk-makhluk lainnya. Manusia, misalnya, marah jika kepentingannya dilanggar. Allah murka bukan karena alasan yang sama, karena Allah tak butuh apa-apa dari kita. Dia tidak pernah merasa dirugikan. Jadi, kemurkaan Allah berbeda dengan kemarahan manusia. Maka, “ekspresinya” pun berbeda. Adakalanya, Allah murka pada seorang hamba yang durhaka, lantas ia malah dibiarkan hidup bergelimang kenikmatan. Semua itu hanya menambah kedurhakaannya, dan kelak ia akan disiksa di neraka. Itulah salah 1 bentuk murka Allah. Apa manusia bisa melakukan hal yang sama? Marah kepada orang lain, lantas malah menyenangkannya? Tidak!
Allah murka bukan karena merasa rugi. Allah melarang bukan karena takut. Kita melarang orang masuk ke pekarangan kita tanpa izin karena takut akan disakiti orang tak dikenal atau takut orang tersebut merampok rumah kita. Tapi Allah melarang manusia untuk memikirkan Dzat-Nya bukan karena takut. Memang manusia bisa apa?
Dengan konsep Tuhan yang demikian, kita terbebas dari materialisme. Kebenaran tidak diukur dari kenikmatan duniawi. Sebaliknya, kita justru memandang kenikmatan duniawi sebagai cobaan. Itu konsekuensi dari konsep Tuhan ala Islam.
Di cerita-cerita vampir ala Barat, banyak yang memperlihatkan konsep Tuhan seolah-olah Tuhan sedang berperang dengan Iblis. Dalam Islam, Allah tidak berperang melawan siapa-siapa. Memang siapa yang bisa memerangi Allah?
Ada seorang non-Muslim yang pernah berkata bahwa semakin banyak berdo’a, iman kita makin lemah. Inilah tandanya konsep Tuhan kita berbeda. Dalam Islam, Allah-lah yang memerintahkan manusia untuk berdo’a. Jika ada orang tidak berdo’a itu tandanya orang tersebut tak beriman. Hanya hamba yang angkuh yang tidak meminta kepada-Nya. Dengan tidak berdo’a, seolah-olah kita mampu berdiri sendiri tanpa Allah. Hal ini bertentangan dengan Surah Al-Ikhlash dan Al-Fatihah.
Non-Muslim tersebut kemudian mengatakan bahwa yang banyak berdo’a itu rewel kepada Tuhan. Konsep Tuhan-nya memang beda. Dalam Islam, Allah tidak keberatan kalau manusia banyak berdo’a. Mungkin, dalam pandangan non-Muslim tersebut, Tuhan akan jengkel dan merasa direpotkan. Dalam Islam, Allah tak pernah merasa kerepotan. Mintalah apa saja pada-Nya, Dia sanggup mengabulkannya dan senantiasa mendengarkan do’a-do’a kita.
Non-Muslim tersebut berkata lagi bahwa yang bersatu dengan Tuhan tak bicara pada-Nya. Konsep “bersatu dengan Tuhan” (wihdatul wujud) memang berbahaya. Karena merasa bersatu dengan Tuhan, lantas merasa dirinya sudah sama dengan Tuhan. Lama-lama, ia pun merasa tak perlu beribadah lagi. Padahal, manusia paling saleh yaitu Rasulullah s.a.w saja selalu berdo’a. Siapa lagi yang lebih dekat dengan Allah selain dirinya? Berdoa mengajarkan kita untuk memahami posisi kita di hadapan Allah. konsep Tuhan yang diutarakan non-Muslim tersebut memang berbeda. Beda agama, beda konsep Tuhan-nya. Beda konsep Tuhan, tentu berbeda pula pandangan hidupnya. Biarkanlah non-Muslim tersebut dengan agamanya, itu urusan dia. Tapi seorang Muslim tidak semestinya mengikutinya. Untuk sementara cukup sampai disini artikel kali ini. Semoga kita semakin mengenal Allah, sesuai konsep Tuhan dalam ajaran Islam. Aamiin.
 
Sumber:  chirpstory.com
Referensi: www.lampuislam.org