Ditulis Oleh: Dr. Zakir Naik
Berkenalan dengan Islam
Islam adalah
agama Semit, yang memiliki lebih dari satu miliar penganut di seluruh dunia.
Islam artinya "menundukkan diri kepada kehendak Tuhan." Umat Muslim menganggap
Qur'an sebagai firman Tuhan yang diturunkan kepada nabi terakhir dan penutup,
Muhammad (saw). Dalam perspektif Islam, Tuhan mengutus para nabi di sepanjang
zaman untuk menyebarkan pesan tentang Keesaan Tuhan dan pertanggungjawaban
manusia di akhirat. Islam dengan demikian mewajibkan para pengikutnya untuk mengimani
semua nabi yang diutus di muka bumi, dimulai dari Adam, Nuh, Abram (Ibrahim), Ishmael
(Ismail), Ishak, Yakub, Musa, Daud, Yohanes Pembaptis (Yahya a.s), Yesus (Isa
a.s), dan banyak lagi yang lainnya (semoga Tuhan merahmati mereka semua).
Definisi Tuhan
“Katakanlah: "Dia-lah Allah, Yang Maha
Esa. Allah adalah Tuhan yang bergantung kepada-Nya segala sesuatu. Dia tiada
beranak dan tidak pula diperanakkan, dan tidak ada seorangpun yang serupa
dengan-Nya." [Al-Qur'an 112:
1-4]
Kata 'As-Samad'
dalam surat Al-Ikhlas[112]: 2 sulit diterjemahkan. Ia berarti ‘eksistensi yang mutlak',
yang hanya menjadi sifat dari Allah (swt), sementara eksistensi makhluk atau
ciptaan lainnya bersifat sementara. Ini juga berarti bahwa Allah (swt) tidak bergantung
pada makhluk atau hal apapun, tapi semua makhluk dan semua hal bergantung
pada-Nya.
Surat
Al-Ikhlas – pondasi penting teologi:
Surat Al-Ikhlas
(surat ke-112) Al-qur’an, adalah pondasi penting teologi. 'Theo' dalam bahasa
Yunani berarti Tuhan dan 'logi' berarti studi. Jadi Teologi berarti studi
tentang Tuhan, dan umat Islam menganggap empat ayat tentang Tuhan dalam surat
Al-Ikhlas berfungsi sebagai pondasi penting untuk mengenal Tuhan. Setiap kandidat
keilahian harus diuji dengan tes ini. Karena sifat Allah yang digambarkan dalam
surat ini begitu unik, tuhan-tuhan palsu dan orang yang berpura-pura sebagai
tuhan dapat dengan mudah dieliminasi dengan menggunakan ayat-ayat dari Surat
Al-Ikhlas ini.
Bagaimana
pandangn Islam tentang “tuhan berwujud manusia?”
India sering
disebut sebagai negerinya para tuhan berwujud manusia. Hal ini disebabkan
banyaknya orang-orang yang bergelar master keruhanian di India. Banyak dari para
‘orang suci’ ini memiliki banyak pengikut di banyak negara, dimana para
pengikut mereka menganggap mereka memiliki sifat ketuhanan/sifat ilahi. Islam menentang
setiap manusia yang mengaku-ngaku sebagai Tuhan. Untuk memahami bagaimana
pandangan Islam terhadap orang yang berpura-pura memiliki sifat ketuhanan, mari
kita analisis seseorang yang mengaku punya sifat ilahi, yaitu Osho Rajneesh.
Mari kita menguji
kandidat ini, 'Bhagwan' Rajneesh, dengan tes Surat Al-Ikhlas sebagai pondasi
penting teologi:
1. Persyaratan
pertama adalah "Dia-lah Allah, Yang Maha Esa." Apakah Rajneesh bersifat
maha esa (hanya satu-satunya)? Tidak! Rajneesh adalah salah satu di antara
banyak 'guru spiritual' yang ada di India. Meski begitu, murid dari Rajneesh
mungkin masih berpendapat bahwa Rajneesh adalah satu-satunya.
2. Persyaratan kedua
adalah, “Allah adalah Tuhan yang bergantung kepada-Nya segala sesuatu.” Kita
tahu dari biografi Rajneesh bahwa ia menderita diabetes, asma, dan sakit
punggung kronis. Dia menuduh bahwa Pemerintah AS memberinya racun dalam
penjara. Bayangkanlah Tuhan diracuni! Dengan demikian, segala sesuatunya tidak
bergantung pada Rajneesh karena dia membutuhkan bantuan orang lain untuk keluar
dari kesulitan-kesulitan yang dialaminya.
3. Persyaratan ketiga
adalah 'Dia tidak beranak, tidak pula diperanakkan'. Kita tahu bahwa Rajneesh
lahir di Jabalpur di India dan memiliki seorang ibu serta ayah yang kemudian
menjadi muridnya.
Pada bulan Mei
1981 ia pergi ke Amerika Serikat dan mendirikan sebuah komunitas yang disebut
'Rajneeshpuram'. Dia kemudian menjadi buronan di Amerika Serikat dan akhirnya tertangkap
dan diminta untuk meninggalkan negara itu. Dia kembali ke India dan menciptakan
sebuah komunitas di Pune yang sekarang dikenal sebagai komunitas 'Osho'. Dia
meninggal pada tahun 1990. Para pengikut Osho Rajneesh percaya bahwa dia adalah
Tuhan Yang Maha Esa. Pada kuburannya di Pune seseorang dapat menemukan tulisan
berikut tercetak pada batu nisannya:
"Osho -
tidak pernah lahir, tidak pernah mati, melainkan hanya mengunjungi planet Bumi pada
tanggal 11 Desember 1931 hingga 19 Januari 1990."
Mereka lupa
untuk menyebutkan bahwa ia tidak diberikan visa untuk masuk ke 21 negara di
dunia. Dapatkah anda membayangkan bahwa ‘Tuhan’ mengunjungi bumi, dan
membutuhkan visa untuk memasuki sebuah negara!? Uskup Agung Yunani mengatakan
bahwa jika Rajneesh belum dideportasi, mereka akan membakar rumahnya dan rumah
murid-muridnya.
4. Tes keempat,
yang merupakan tes paling ketat adalah, "Tidak ada yang serupa dengan-Nya".
Tepat pada momen Anda bisa membayangkan atau membandingkan ‘Tuhan’ dengan
apapun, maka ia (kandidat tersebut) bukanlah Tuhan. Hal ini dikarenakan tidak
mungkin manusia bisa membayangkan gambaran dari Tuhan Yang Sejati. Kita tahu
bahwa Rajneesh adalah seorang manusia, memiliki dua mata, dua telinga, hidung,
mulut dan memiliki janggut putih. Foto-foto dan poster Rajneesh tersedia di
banyak tempat. Tepat pada momen Anda bisa membayangkan atau mengilustrasikan
suatu entitas, maka entitas itu bukanlah Tuhan.
Banyak yang
tergoda untuk membuat perbandingan antropomorfik dari Tuhan. Ambil contoh,
Arnold Schwarzenegger, binaragawan dan aktor Hollywood terkenal, yang memenangkan
gelar 'Mr. Universe ' atau ‘orang terkuat di dunia.’ Mari kita anggap bahwa
seseorang mengatakan bahwa Tuhan berkekuatan seribu kali lebih kuat daripada
Arnold Schwarzenegger. Tepat pada saat Anda dapat membandingkan entitas apapun dengan
Tuhan, entah membandingkannya dengan Schwarzenegger atau King Kong, entah itu
seribu kali atau sejuta kali lebih kuat, maka ia telah gugur dalam tes Al-Qur’an,
"Tidak ada yang serupa dengan-Nya".
Dengan demikian,
‘tes’ ini tidak bisa dilalui oleh siapapun kecuali Tuhan Yang Sejati. Ayat Al-Qur’an
berikut menyampaikan pesan yang serupa:
"Dia tidak dapat dicapai oleh penglihatan
mata, sedang Dia dapat melihat segalanya; dan Dialah Yang Maha Halus lagi Maha
Mengetahui." [Al-Qur'an 6: 103]
Dengan
nama apa kita menyebut Tuhan?
Jika Anda menambahkan 's' pada kata ‘God’, ia menjadi 'Gods', yang merupakan bentuk jamak dari kata Tuhan. Allah itu satu dan esa, tidak ada bentuk jamak dari Allah.
Jika Anda menambahkan 'Dess' pada kata ‘God’, ia menjadi ‘Goddess’ yang berarti Tuhan perempuan. Tidak ada yang namanya Allah laki-laki atau Allah perempuan. Allah tidak memiliki gender.
Jika Anda menambahkan kata 'father' pada kata 'God' ia menjadi 'God-father'. God-father berarti seorang wali. Tidak ada yang namanya 'Allah-Abba' atau 'Allah-ayah'.
Jika Anda menambahkan kata 'mother' pada 'God', ia menjadi 'God-mother.’ Tidak ada yang namanya 'Allah-ummi' atau 'Allah-ibu’ dalam Islam. Allah adalah kata yang unik.
Jika Anda memberi awalan ‘tin’ sebelum kata ‘God’, ia menjadi ‘tin-God’, yang berarti Tuhan palsu.
Umat Islam
lebih suka memanggil Sang Pencipta, dengan kata Allah, daripada menggunakan
kata bahasa Inggris ‘God’ atau kata bahasa Indonesia 'Tuhan.' Hal ini
dikarenakan kata Arab 'Allah' bersifat murni dan unik, tidak seperti kata
bahasa Inggris ‘God’, yang dapat dimain-mainkan (dipelesetkan).
Jika Anda menambahkan 's' pada kata ‘God’, ia menjadi 'Gods', yang merupakan bentuk jamak dari kata Tuhan. Allah itu satu dan esa, tidak ada bentuk jamak dari Allah.
Jika Anda menambahkan 'Dess' pada kata ‘God’, ia menjadi ‘Goddess’ yang berarti Tuhan perempuan. Tidak ada yang namanya Allah laki-laki atau Allah perempuan. Allah tidak memiliki gender.
Jika Anda menambahkan kata 'father' pada kata 'God' ia menjadi 'God-father'. God-father berarti seorang wali. Tidak ada yang namanya 'Allah-Abba' atau 'Allah-ayah'.
Jika Anda menambahkan kata 'mother' pada 'God', ia menjadi 'God-mother.’ Tidak ada yang namanya 'Allah-ummi' atau 'Allah-ibu’ dalam Islam. Allah adalah kata yang unik.
Jika Anda memberi awalan ‘tin’ sebelum kata ‘God’, ia menjadi ‘tin-God’, yang berarti Tuhan palsu.
Allah adalah
kata yang unik, yang tidak membuat seseorang membayangkan gambaran mental
apapun juga tidak bisa dimain-mainkan. Oleh karena itu umat Islam lebih memilih
menggunakan kata Arab 'Allah' untuk Sang Pencipta. Kadang-kadang, bagaimanapun,
ketika berbicara dengan non-Muslim kita perlu menggunakan kata yang kurang
tepat untuk Allah, yaitu dengan menyebutnya “Tuhan.” Karena pembaca dari
artikel ini terdiri baik dari Muslim maupun non-Muslim, saya menggunakan kata Tuhan
di beberapa tempat dalam artikel ini.
Tuhan
tidak berwujud manusia:
Beberapa orang
mungkin berpendapat bahwa Tuhan tidak menjadi manusia tetapi hanya menyamar
menjadi wujud manusia. Jika Tuhan hanya mengambil bentuk manusia tetapi tidak
menjadi manusia, Dia harusnya tidak memiliki sifat manusia apapun. Kita tahu
bahwa semua 'Tuhan berwujud manusia' yang ada dalam kitab suci agama-agama
besar di dunia, memiliki sifat seperti manusia dan kelemahan-kelemahan manusia.
Mereka mempunyai semua kebutuhan manusia seperti kebutuhan untuk makan, tidur,
dll.
Oleh karena itu
menyembah Tuhan dalam bentuk manusia adalah kesalahan logis dan harus ditentang
dalam segala bentuk dan manifestasinya.
Itulah alasan
mengapa Al-Qur'an berbicara menentang segala bentuk antropomorfisme. Allah berfirman
dalam ayat berikut:
"Tidak ada sesuatu pun yang serupa dengan Dia."
[Al-Qur'an 42:11]
Tuhan
tidak melakukan tindakan yang tidak ilahi:
Sifat-sifat Tuhan
menghalangi-Nya melakukan kejahatan apapun karena Tuhan adalah sumber keadilan,
kasih, dan kebenaran. Tuhan tidak mungkin melakukan tindakan yang tidak
mencerminkan keilahian-Nya. Oleh karena itu kita tidak bisa membayangkan Tuhan
berbohong, bersikap tidak adil, membuat kesalahan, melupakan hal-hal, atau
memiliki kebutuhan layaknya manusia. Tuhan memang dapat melakukan ketidakadilan
jika Dia ingin melakukannya, tetapi Dia tidak akan pernah melakukannya karena
menjadi tidak adil bukanlah sifat ketuhanan.
Allah berfirman:
"Allah tidak pernah tidak adil walau sedikit
pun." [Al-Qur'an 4:40]
Tuhan dapat
menjadi tidak adil jika Dia menghendaki, tapi saat Tuhan melakukan
ketidakadilan, Ia tidak lagi menjadi Tuhan.
Tuhan
tidak berbuat kesalahan
Tuhan bisa melakukan
kesalahan jika Dia ingin, tetapi Dia tidak melakukan kesalahan karena melakukan
kesalahan adalah tindakan yang tidak ilahi. Al-Qur'an berfirman:
"... Tuhan kami tidak pernah melakukan
kesalahan tidak pula lupa." [Al-Qur'an
20:52]
Saat Tuhan melakukan
kesalahan, ia tidak lagi menjadi Tuhan.
Tuhan
tidak melupakan
Tuhan bisa
melupakan jika Dia ingin. Tapi Tuhan tidak melupakan apapun karena lupa adalah
tindakan yang tidak ilahi, yang mencerminkan sifat dan keterbatasan manusia. Al-Qur'an
berfirman:
"... Tuhan kami tidak pernah melakukan
kesalahan tidak pula lupa." [Al-Qur'an
20:52]
Tuhan hanya
melakukan tindakan Ilahi:
Konsep Tuhan
dalam Islam adalah bahwa Tuhan Maha Kuasa atas segala sesuatu. Allah berfirman
di beberapa ayat (Al -Qur'an 2: 106; 2: 109; 2: 284; 3:29; 16:77; dan 35: 1):
"Sesungguhnya Allah Maha Kuasa atas segala
sesuatu"
Selanjutnya, Allah
berfirman:
"Allah Maha Kuasa berbuat apa yang
dikehendaki-Nya." [Al-Qura'n 85:16]
Kita harus paham
bahwa Tuhan hanya melakukan tindakan yang mencerminkan sifat ilahi-Nya dan tidak
melakukan tindakan yang tidak ilahi.
FILOSOFI
dari ANTROPOMORFISME
Banyak agama meyakini
filosofi antropomorfisme baik secara langsung atau tidak langsung. Filosofi ini
mengatakan bahwa Tuhan menjadi manusia. Argumen mereka adalah bahwa Tuhan
begitu murni dan suci sehingga Dia tidak bisa memahami sepenuhnya kesulitan,
kekurangan, dan perasaan manusia. Dalam rangka untuk menetapkan aturan bagi
manusia, Dia turun ke bumi sebagai manusia. Logika yang salah ini telah menipu jutaan
manusia dari sepanjang zaman. Mari kita menganalisis argumen ini dan melihat
apakah itu masuk akal atau tidak.
Pencipta
mempersiapkan instruksi manual
Misalkan saya menciptakan
sebuah DVD player. Apakah saya harus menjadi DVD player untuk mengetahui apa
yang baik atau yang buruk bagi DVD player? Yang akan saya lakukan adalah
menulis sebuah instruksi manual: "Jika anda ingin menonton sebuah film,
masukkan kepingan DVD dan tekan tombol putar. Untuk berhenti, tekan tombol stop.
Jika Anda ingin mempercepatnya tekan tombol FF. Jangan jatuhkan dari tempat
yang tinggi atau ia akan rusak. Jangan direndam dalam air karena dapat
menyebabkan kerusakan." Saya menulis sebuah instruksi manual yang berisi petunjuk
tentang tata cara merawat DVD player tersebut.
Al-Qur'an
adalah instruksi manual bagi manusia:
Demikian pula,
Pencipta kita yaitu Allah (swt) tidak perlu mewujud menjadi manusia untuk
mengetahui apa yang baik atau buruk bagi manusia. Dia memilih untuk mewahyukan
sebuah instruksi manual. Instruksi manual yang terakhir dan penutup bagi
manusia adalah Al-Qur’an. Yang “boleh” dan “tidak boleh dilakukan” manusia
disebutkan dalam Al Qur'an.
Jika kita
membandingkan manusia dengan mesin, tentu saja manusia lebih rumit daripada
mesin yang paling rumit sekalipun di dunia ini. Bahkan komputer yang paling
canggih, yang sangat rumit, jauh sekali bila dibandingkan dengan faktor fisik,
psikologis, genetik, sosial dan segudang faktor lainnya yang mempengaruhi
kehidupan manusia di tingkat individu maupun kolektif. Semakin canggih mesin, semakin
besar kebutuhannya akan instruksi manual. Dengan logika yang sama, bukankah
manusia memerlukan instruksi manual untuk mengatur kehidupan mereka?
Tuhan
memilih para nabi:
Tuhan tidak
perlu turun ke bumi secara pribadi untuk memberikan instruksi manual-Nya. Dia
memilih orang-orang pilihan di antara umat manusia untuk menyampaikan pesan-Nya
dan berkomunikasi dengan-Nya di tingkat yang lebih tinggi melalui medium berupa
wahyu. Orang-orang pilihan ini disebut nabi-nabi Tuhan.
Sebagian
orang 'buta' dan 'tuli':
"Ar-Rahim", Maha Penyayang
"Ar-Rahman", yang Maha Pengasih
"Al-Hakim", yang Maha Bijaksana
Meskipun
filosofi
antropomorfisme tidak masuk akal, banyak pengikut agama-agama yang
mengajarkan antropomorfisme mempercayainya dan mengkhotbahkannya kepada
orang lain. Bukankah
ini menghina kecerdasan manusia dan Sang Pencipta yang telah memberikan
kita
kecerdasan? Orang-orang seperti itu benar-benar 'tuli' dan 'buta'
meskipun
pendengaran dan penglihatan telah diberikan kepada mereka oleh Tuhan.
Allah berfirman:
“Mereka tuli, bisu dan buta, maka tidaklah
mereka akan kembali (ke jalan yang benar)," [Al-Qur'an 02:18]
Bibel memberikan
pesan serupa dalam Injil Matius:
"Sekalipun melihat, mereka tidak melihat dan
sekalipun mendengar, mereka tidak mendengar dan tidak mengerti." [Bibel, Matius 13:13]
Pesan serupa
juga diberikan dalam Kitab Suci Hindu di Rigweda.
"Mungkin ada seseorang yang melihat kata-kata
namun sesungguhnya tidak melihatnya; Mungkin ada orang lain yang mendengar
kata-kata tapi sesungguhnya tidak mendengarnya." [Rigweda 10: 71: 4]
Semua kitab suci
ini memberitahu para pembacanya bahwa meskipun hal-hal itu begitu jelas namun
banyak orang yang berpaling jauh dari kebenaran.
Sifat-sifat
Tuhan:
Untuk kepunyaan
Allah-lah nama yang paling indah. Allah berfirman:
"Katakanlah: "Serulah Allah atau serulah
Ar-Rahman. Dengan nama yang mana saja kamu seru, Dia mempunyai al asmaaul husna
(nama-nama yang terbaik)." [Al-Qur'an
17: 110]
Pesan yang sama tentang
nama-nama/sifat-sifat indah Allah (swt) diulang dalam Al-Qur'an dalam Surat
Al-A'raf[7]: 180, dalam Surat Taha[20]: 8) dan dalam Surat Al-Hasyr[59]:24.
Al-Qur'an menyebutkan
tidak kurang dari sembilan puluh sembilan nama untuk Allah SWT. Al-Qur'an menyebut
Allah sebagai Ar-Rahman (Maha Pengasih), Ar-Rahim (Maha Penyayang) dan Al-Hakim
(Maha Bijaksana) di antara banyak nama lainnya. Anda dapat memanggil Allah
dengan nama apapun tetapi haruslah nama atau sifat-Nya yang indah dan tidak boleh
mendatangkan bayangan mental apapun.
Setiap
nama Tuhan itu unik dan dimiliki oleh-Nya saja:
Tuhan memiliki nama
yang unik, dan juga setiap nama Tuhan sudah cukup agar kita dapat mengenali-Nya.
Saya akan menjelaskan hal ini secara rinci. Mari kita ambil contoh dari seorang
sosok terkenal, misalnya Neil Armstrong. Neil Armstrong adalah seorang astronot.
Pribadinya yang menjadi astronot sudah benar, tetapi tidak dimiliki oleh Neil
Armstrong sendiri. Jadi, ketika seseorang bertanya, “siapakah yang merupakan
astronot?” Jawabannya adalah, ada ratusan orang di dunia yang berprofesi
sebagai astronot. Neil Armstrong adalah orang Amerika. Atribut Amerika yang
dimiliki oleh Neil Armstrong sudah benar, tetapi tidak cukup untuk
mengidentifikasi dirinya. Jadi, ketika seseorang bertanya, “Siapakah orang
Amerika?” Jawabannya adalah, ada ratusan juta orang yang berkebangsaan Amerika.
Untuk mengidentifikasi keunikan seseorang, kita harus mencari sifat unik yang
dimiliki oleh orang itu saja dan tidak dimiliki orang lain. Misalnya, Neil
Armstrong adalah manusia pertama yang menginjakkan kaki di bulan. Jadi, ketika
seseorang bertanya, “Siapa orang pertama yang menginjakkan kaki di bulan?” Jawabannya
hanya satu, yaitu Neil Armstrong. Demikian pula sifat dari Tuhan Yang Maha Esa
harus unik. Jika saya berkata bahwa Tuhan bisa membangun sebuah bangunan, hal ini
benar, tetapi tidak unik. Ribuan orang dapat membangun sebuah bangunan. Tapi
setiap sifat dari Allah itu unik dan tertuju hanya kepada Allah. Misalnya,
Tuhan adalah pencipta alam semesta. Jika seseorang bertanya “Siapakah pencipta
alam semesta?”, jawabannya hanya satu, yaitu Tuhan Yang Maha Esa adalah
Penciptanya. Demikian pula, berikut ini adalah sebagian dari banyak sifat unik
yang hanya dimiliki oleh Pencipta alam semesta, Allah SWT:
"Ar-Rahim", Maha Penyayang
"Ar-Rahman", yang Maha Pengasih
"Al-Hakim", yang Maha Bijaksana
Jadi, ketika
seseorang bertanya, "Siapakah 'Ar-Rahim', (Maha Penyayang)?", Hanya
ada satu jawaban: "Allah SWT".
Salah
satu sifat Tuhan tidak boleh bertentangan dengan sifat lainnya:
Selain sifat
yang unik, sifat-Nya tidak boleh bertentangan dengan sifat lainnya. Melanjutkan
dari contoh sebelumnya, misalkan seseorang mengatakan bahwa Neil Armstrong
adalah astronot Amerika yang merupakan manusia pertama yang menginjakkan kaki
di bulan dan berkebangsaan India. Sifat yang dimiliki oleh Neil Armstrong sebagai
manusia pertama yang menginjakkan kaki di bulan adalah benar. Tapi sifat yang
terkait sebagai seorang India, adalah salah. Demikian pula jika seseorang
mengatakan bahwa Allah adalah Pencipta Alam Semesta yang memiliki satu kepala,
dua tangan, dua kaki, dll, sifat-Nya sebagai Pencipta Alam Semesta sudah benar
tetapi sifat yang terkait dengan wujudnya (berwujud manusia) adalah salah.
Semua
sifat harus menunjuk kepada satu-satunya Tuhan:
Karena hanya ada
satu Tuhan, semua sifat harus merujuk kepada satu-satunya Tuhan. Dengan mengatakan
bahwa Pencipta alam semesta adalah Tuhan yang Maha Esa sementara yang merawat
alam semesta adalah Tuhan yang lain adalah tidak masuk akal karena Tuhan
memiliki semua sifat ini (menciptakan, merawat, menjaga alam semesta, dsb).
Keesaan
Tuhan
Sebagian penyembah
berhala berpendapat bahwa keberadaan lebih dari satu Tuhan itu logis. Logikanya,
jika ada lebih dari satu Tuhan, mereka akan saling bertengkar satu sama lain,
masing-masing Tuhan berusaha untuk memaksakan kehendak-Nya terhadap kehendak Tuhan-tuhan
lainnya. Hal ini dapat dilihat dalam mitologi agama politeistik dan panteistik
(misalnya mitologi Yunani). Jika ada ‘Tuhan’ yang dikalahkan atau tidak mampu
mengalahkan yang lain, dia tentunya bukanlah Tuhan yang benar. Juga populer di
kalangan agama-agama politeistik adalah gagasan tentang banyaknya dewa-dewa, yang
memiliki tanggung jawab masing-masing. Setiap dari mereka bertanggung jawab
untuk menjaga keberlangsungan hidup umat manusia, misalnya ada Dewa Mahatari, Dewa
Hujan, dll. Hal ini menunjukkan bahwa ‘Tuhan’ tidak kompeten untuk melakukan
tindakan-tindakan tertentu dan Dia juga tidak mengetahui tentang kekuatan,
tugas, fungsi, dan tanggung jawab Tuhan/dewa-dewa yang lainnya. Seharusnya
Tuhan Maha Mengetahui dan Maha Melakukan Sesuatu. Jika ada lebih dari satu Tuhan
pastinya akan menimbulkan kekacauan, gangguan, perselisihan, dan kehancuran di
alam semesta. Kenyataannya, alam semesta kita berjalan selaras dan teratur. Allah
berfirman:
"Sekiranya ada di langit dan di bumi
tuhan-tuhan selain Allah, tentulah keduanya itu telah rusak binasa. Maka Maha
Suci Allah yang mempunyai 'Arsy daripada apa yang mereka sifatkan." [Al-Qur'an 21:22]
Jika ada lebih
dari satu Tuhan, mereka akan saling berselisih dan menjatuhkan yang lain. Allah
berfirman:
"Allah sekali-kali tidak mempunyai anak, dan
sekali-kali tidak ada tuhan (yang lain) beserta-Nya, kalau ada tuhan
beserta-Nya, masing-masing tuhan itu akan membawa makhluk yang diciptakannya,
dan sebagian dari tuhan-tuhan itu akan mengalahkan sebagian yang lain. Maha
Suci Allah dari apa yang mereka sifatkan itu." [Al-Qur'an 23:91]
Dengan demikian
keberadaan satu Tuhan yang Maha Benar, Unik, Agung, dan Maha Kuasa, adalah
satu-satunya konsep Tuhan yang logis.
Referensi: www.lampuislam.org
Facebook Page: www.facebook.com/riska.pratama.ardi
Tidak ada komentar:
Posting Komentar