Seorang Kristen Menuduh:
1) Kalau dia mengada-adakan perkataan awlohnya, maka biarlah urat nadinya terpotong
Qs. 69:44-47
(44) Seandainya dia (Muhammad) mengada-adakan sebagian perkataan atas (nama) Kami,
[45] Niscaya benar-benar kami pegang dia pada tangan kanannya.
[46] Kemudian benar-benar Kami potong urat tali jantungnya.
[47] Maka sekali-kali tidak ada seorang pun dari kamu yang dapat menghalangi (Kami), dari pemotongan urat nadi itu.
Dan ini pengakuan Muhammad di akhir hidupnya:
Hadis Sahih Bukhari Volume 5, Book 59, Number 713:
Dikisahkan oleh Aisha:
Pada waktu sakitnya sebelum dia mati, sang Nabi sering mengatakan, "Wahai Aisha! Aku masih merasa kesakitan karena daging yang kumakan di Khaybar, dan sekarang aku merasa urat nadiku dipotong oleh racun itu."
Tabaqat Ibn Sa'd, halaman 252
Rasul Allah hidup sampai tiga tahun setelah itu sampai racun itu menyebabkan rasa sakit sehingga ia wafat. Selama sakitnya dia biasa berkata, “Aku tidak pernah berhenti mengamati akibat dari daging (beracun) yang kumakan di Khaibar dan aku menderita beberapa kali (dari akibat racun itu) tapi sekarang kurasa tiba saatnya batang nadiku terputus.”
Itu adalah pengakuan paling jujur yang pernah Muhammad sampaikan kepada Aisyah, bahwa dirinya adalah seorang nabi palsu yang suka mengada-adakan perkataan awlohnya (mengarang ayat palsu untuk kepentingan dirinya) sesuai dengan sesumbarnya sendiri lewat QS 69:44-47.
Jawaban :
Anda seolah-olah ingin mengkorelasi dalil
tersebut, padahal ayat (qur’an), hadist, dan sirah di atas tidak ada
hubungannya sama sekali dengan tuduhan yang mengatakan bahwa Muhammad
nabi palsu.
Akan tetapi ayat tersebut (69:44-47),
menegaskan bahwa Alqur’an itu adalah benar-benar wahyu Allah, bukan
sebuah syair, dan bukan pula perkataan tukang tenung (sihir), apalagi
perkataan nabi Muhammad sendiri.
Dalil itu menjadi penegasan buat beliau
(Muhammad SAW), bahwa dirinya tidak punya kuasa untuk menambah,
mengurangi, maupun mengubah kandungan risalah Allah SWT selain
mengikuti dan menyampaikan apa yang telah diwahyukan kepadanya.
” …dan tiadalah yang
diucapkannya itu (Al-Quran) menurut kemauan hawa nafsunya. Ucapannya
itu tiada lain hanyalah wahyu yang diwahyukan (kepadanya). “(QS.53: 3-4)
Bahwa yang menjadi azbabun nuzul ayat
tersebut juga diterangkan dalam tafsir Ibnu Katsir, disitu dijelaskan
bahwa, orang-orang musyrik tidak percaya bahwa kitab yang datang kepada
Muhammad itu adalah datangnya dari Allah.
Nabi SAW bersabda: Seandainya saya berdusta atas-Nya, niscaya Dia akan mengutukku sebagaimana firman Allah: (Lebih detailnya adalah sebagai berikut, dimulai dari ayat 38 hingga ayat 52.)
Surah Al-Haqqah:
38. Maka Aku bersumpah dengan apa yang kamu lihat.
39. Dan dengan apa yang tidak kamu lihat.
40. Sesungguhnya Al Quran itu adalah benar-benar wahyu (Allah yang diturunkan kepada) Rasul yang mulia,
41. dan Al Quran itu bukanlah perkataan seorang penyair. Sedikit sekali kamu beriman kepadanya.
42. Dan bukan pula perkataan tukang tenung. Sedikit sekali kamu mengambil pelajaran daripadanya.
43. Ia adalah wahyu yang diturunkan dari Tuhan semesta alam.
44. Seandainya dia (Muhammad) mengadakan sebagian perkataan atas (nama) Kami,
45. niscaya benar-benar Kami pegang dia pada tangan kanannya.
46. Kemudian benar-benar Kami potong urat tali jantungnya.
47. Maka sekali-kali tidak ada seorangpun dari kamu yang dapat menghalangi (Kami), dari pemotongan urat nadi itu.
48. Dan sesungguhnya Al Quran itu benar-benar suatu pelajaran bagi orang-orang yang bertakwa.
49. Dan sesungguhnya Kami benar-benar mengetahui bahwa di antara kamu ada orang yang mendustakan(nya).
50. Dan sesungguhnya Al Quran itu benar-benar menjadi penyesalan bagi orang-orang kafir (di akhirat).
51. Dan sesungguhnya Al Quran itu benar-benar kebenaran yang diyakini.
52. Maka bertasbihlah dengan (menyebut) nama Tuhanmu Yang Maha Besar.
38. Maka Aku bersumpah dengan apa yang kamu lihat.
39. Dan dengan apa yang tidak kamu lihat.
40. Sesungguhnya Al Quran itu adalah benar-benar wahyu (Allah yang diturunkan kepada) Rasul yang mulia,
41. dan Al Quran itu bukanlah perkataan seorang penyair. Sedikit sekali kamu beriman kepadanya.
42. Dan bukan pula perkataan tukang tenung. Sedikit sekali kamu mengambil pelajaran daripadanya.
43. Ia adalah wahyu yang diturunkan dari Tuhan semesta alam.
44. Seandainya dia (Muhammad) mengadakan sebagian perkataan atas (nama) Kami,
45. niscaya benar-benar Kami pegang dia pada tangan kanannya.
46. Kemudian benar-benar Kami potong urat tali jantungnya.
47. Maka sekali-kali tidak ada seorangpun dari kamu yang dapat menghalangi (Kami), dari pemotongan urat nadi itu.
48. Dan sesungguhnya Al Quran itu benar-benar suatu pelajaran bagi orang-orang yang bertakwa.
49. Dan sesungguhnya Kami benar-benar mengetahui bahwa di antara kamu ada orang yang mendustakan(nya).
50. Dan sesungguhnya Al Quran itu benar-benar menjadi penyesalan bagi orang-orang kafir (di akhirat).
51. Dan sesungguhnya Al Quran itu benar-benar kebenaran yang diyakini.
52. Maka bertasbihlah dengan (menyebut) nama Tuhanmu Yang Maha Besar.
Pada riwayat lain, tatkala Nabi SAW
menerima usul dari seorang ketua musryikin Quraisy supaya beliau menukar
bunyi ayat-ayat Alqur’an, lalu Allah menurunkan firmanNya kepada beliau
yang berbunyi:
Dan apabila dibacakan kepada
mereka ayat-ayat Kami yang nyata, orang-orang yang tidak mengharapkan
pertemuan dengan Kami berkata: “Datangkanlah Al Quran yang lain dari ini
atau gantilah dia”. Katakanlah: “Tidaklah patut bagiku menggantinya
dari pihak diriku sendiri. Aku tidak mengikut kecuali apa yang
diwahyukan kepadaku. Sesungguhnya aku takut jika mendurhakai Tuhanku
kepada siksa hari yang besar (kiamat)”. (Yunus: 15)
Dengan ayat-ayat tersebut, jelaslah bahwa
Nabi SAW tidak pernah mengatakan apa yang tidak diwahyukan oleh Allah.
Jadi, apa-apa yang beliau katakan (bacakan) kepada para pengikutnya itu
sekali-kali bukan dari kemauan beliau sendiri, tetapi wahyu dari Allah
semata. Dan jika Nabi SAW membuat perkataan-perkatan yang dilakukan atas
nama Allah, niscaya Allah memurkai beliau dan sudah tentu pada waktu
itu juga beliau dipotong urat leher atau urat jantungnya hingga mati
dalam kebinasaan.
Sampai detik ini bahkan hingga akhir
zaman nanti, tidak ada yang bisa membuktikan Muhammad bukan seorang
Nabi, kecuali hanya berdasarkan pada asumsi, kedengkian serta
kebenciannya alan kebenaran Islam sebagai jalan jalan yang lurus.
Sebaliknya, sampai detik ini bahkan
hingga akhir zaman nanti, sosok seorang Isa Al-Masih/Yesus, hanyalah
sosok yang kontroversial di kalangan umat Kristen itu sendiri, apakah ia
seorang Tuhan atau hanyalah seorang hamba saja. Dan turunnya ia di
akhir zaman nanti, adalah sebagai penjelasan kepada mereka bahwa umat
yang menuhankannya selama ini telah keliru, ditipu Paulus, dan
melestarikan kebodohan itu sejak 2000 tahun lalu.
Adapun perihal makanan beracun
dengan merujuk pada Tabaqat Ibn Sa’d halaman 249 yang mana tuduhan anda
mengatakan “Muhammad nabi Palsu karena mati akibat diracuni
wanitaYahudi”, adalah juga tuduhan yang mengada-ngada dan sangat sarat
dengan kebencian ajaran anda akan Islam sebagai agama yang diridhai oleh
Tuhan Semesta Alam.
Dan riwayat yang dikutip tersebut–oleh
penuduh– tidak dicantumkan secara lengkap dimana ia hanya mengutipnya
pada bagian-bagian kalimat yang tertentu saja. Bahwa dari kejadian
tersebut, Nabi SAW memang benar-benar TERBUKTI sebagai SEORANG NABI,
yakni, Rasulullah SAW tahu bahwa daging tersebut disusupi racun.
“Sesungguhnya, tulang daging ini memberitahukan kepadaku bahwa ia beracun.”
Cerita ini agak panjang, tapi ringkasnya
adalah wanita yang mencoba menyusupi racun tersebut, yakni Zainab binti
Harits (Istri Sallam bin Misykam-pahlawan kaum yahudi yang mati dibunuh
oleh tentara kaum muslimin) akhirnya masuk Islam karena kebenaran
tersebut. Ia (Zainab binti Harits) berkata dalam pengakuannya;
“Sayalah yang melakukan itu,
sebab aku ingin tahu apakah kamu benar-benar seorang nabi, yang jika
memang benar maka racun ini tidak akan mengganggumu, dan jika kamu
ternyata seorang nabi palsu, maka aku akan dapat membebaskan masyarakat
dari dirimu.” (Cuma sampai disini yang anda kutip),
Berikut lanjutannya:
“…Dan ternyata MEMANG BENAR
engkau seorang nabi, daging tersebut memberi kabar kepadamu bahwa ia
beracun, maka dengarlah bahwa saya bersaksi ‘Tiada Tuhan Selain Allah,
dan Engkau Muhammad benar-benar utusan Tuhan”. Zainab binti Harist pun masuk Islam karena kebenaran itu dan juga berdasarkan kemauannya sendiri.
Secara logika:
Racun yang dibubuhi termasuk sangat ganas, terbukti sahabat nabi, Bisyr ibnul Barra bin Ma’ruf yang ikut makan pada waktu itu, meninggal seketika. Sedangkan nabi SAW tidak jadi memakannya, malah memuntahkannya kembali. Bahkan dalam kitab tarikh, Umar r.a berkata kepada beliau:
“Demi ibu-bapakku wahai
Rasul! Sungguh, andaikan Isa putra Maryam telah dikarunai oleh Allah
kemampuan untuk dapat menghidupkan kembali orang mati, namun apakah hal
itu lebih menakjubkan ketimbang DAGING KAMBING YANG DIRACUNI dan telah
digoreng, KETIKA IA BERBICARA DENGANMU LEWAT PAHANYA, “JANGANLAH ENGKAU
MEMAKANKU, KARENA AKU BERACUN!”
Selain itu beliau juga masih tetap
berdakwah seperti biasanya ± empat tahun lamanya (628 M/ 7 H – 632 M /9 H
) pasca percobaan peracunan makanan beliau oleh wanita Yahudi tersebut.
Apakah masuk akal jika beliau wafat karena racun tersebut yang
jangkanya terpaut empat tahun lamanya?
Oleh Surya Yaya dari faithfreedom.muslim-menjawab.com
Oleh Surya Yaya dari faithfreedom.muslim-menjawab.com