Sejak
saat itu mulailah terjadi gelombang demi gelombang kaum Muslimin dari
segenap penjuru dunia untuk berbai’at dan bergabung dengan pasukan Imam
Mahd
oleh: Lutfi
TULISAN soal fenomena Daulah Islamiyah Iraq wa Syam (DAIS) atau ISIS/ISIL saya tulis semua untuk menjawab pertanyaan anak saya. “Katanya mereka mau bikin negara Iraq dan Syam, kok berjuangnya di sini pa?”
Semua saya tidak bisa menjawab pertanyaan
yang seolah sepele. Saya terpaksa bertanya kanan-kiri dan terpaksa
membuka-buka literatur.
Mengapa ISIS yang memakai atribut Iraq dan
Syam, tetapi mengapa seolah-olah Indonesia kena imbasnya? Atau dengan
kata lain, mengapa aparat dan pejabat negeri ini seolah jadi repot?
Ya, pada akhirnya semua jadi repot. Karena
kita menjadi tidak nyaman, karena tiba-tiba kalimat tauhid “La
Illahaillalah” menjadi barang terlarang.
Saya termasuk dalam selemah-lemahnya iman,
karena tidak mampu menentang kampanye global ini. Bahkan di Indonesia
pun, tidak ada lembaga agama yang mencoba melakukan klarifikasi dan
memberikan tuntunan soal ini secara adil.
Dari beberapa diskusi dan bacaan yang saya
temukan, saya peroleh; Mengapa ISIS memakai Iraq dan Syam sebagai
difinisi atribut mereka? Bahkan sekarang berbagai media tak lagi
menyebut ISIS namun hanya IS alias Islamic State? Dari sini makin
kelihatan dan makin memang menimbulkan banyak pertanyaan.
Mengapa Iraq dan Syam?
Syam merupakan istilah untuk beberapa negara yang terbentang dari; Palestina, Yodania, Libanon dan Suriah.
Selain Makkah, Madinah, Al-Quds
(Palestina), salah negeri lain yang mendapat kestimewaan dan sering
disebut dalam Al-Quran dan hadits-hadits Nabi adalam Syam (sekarang
Suriah).
Secara khusus, Allah mengutip beberapa kali tentang Syam dan keberkahannya;
وَلِسُلَيمٰنَ الرّيحَ عاصِفَةً تَجرى بِأَمرِهِ إِلَى الأَرضِ الَّتى بٰرَكنا فيها ۚ وَكُنّا بِكُلِّ شَيءٍ عٰلِمينَ
“Dan (telah Kami tundukkan) untuk
Sulaiman angin yang sangat kencang tiupannya yang berhembus dengan
perintahnya ke negeri (Syam) yang Kami telah memberkatinya. Dan adalah
Kami Maha Mengetahui segala sesuatu”. [QS: al-Anbiyaa’/21:81].
وَجَعَلنا بَينَهُم وَبَينَ القُرَى الَّتى
بٰرَكنا فيها قُرًى ظٰهِرَةً وَقَدَّرنا فيهَا السَّيرَ ۖ سيروا فيها
لَيالِىَ وَأَيّامًا ءامِنينَ
“Dan kami jadikan antara mereka dan
antara negeri-negeri (Syam) yang Kami limpahkan berkat kepadanya,
beberapa negeri yang berdekatan dan Kami tetapkan antara negeri-negeri
itu (jarak-jarak) perjalanan. Berjalanlah kamu di kota-kota itu pada
malam dan siang hari dengan aman”. [QS: Sabaa’/34:18].
Negeri yang disebut Syam ini memang istimewa sejak awal. Rasulullah membaca ayat, “Dan kami tempatkan mereka di dataran tinggi yang mendatar dan yang menyimpan air” (QS. Al-Mu’minun: 50). Beliau bertanya, “Apakah
kalian mengetahui dimana tempat itu?” Para sahabat menjawab, “Allah dan
Rasul-Nya yang lebih mengetahui.” Beliau melanjutkan, “Tempat itu di
negeri Syam, bumi yang dinamakan Ghuthah, di sebuah kota yang disebut
Damaskus. Ia adalah kota yang terbaik di negeri Syam.” (HR. Tamam Rozi no. 915)
Juga salah seorang sahabat Rasulullah berkata bahwa Rasulullah bersabda, “Syam
akan terbuka untuk kamu. Jika kamu diberi pilihan tempat tinggal, maka
pilihlah tempat tinggal di kota yang bernama Damaskus. Ia adalah benteng
Muslimin dari pertempuran dan kekuatan mereka bersumber dari sana di
tempat yang bernama Ghuthah.” (HR. Ahmad no. 17470)
Imam Hasan Basri dan Qotadah Sadusi
menafsirkan kata bumi dalam surah Al-A’raf ayat 137 dengan bagian timur
dan bagian barat bumi adalah Syam.
Sebagian ulama menafsirkan keberkahan yang
terdapat di negeri ini disebabkan para rasul dan para nabi. Sebagian
lain menyatakan bahwa keberkahan negeri ini dengan keberkahan
buah-buahan dan sumber-sumber air yang ada.
Bayangkan betapa dahsyatnya doa Rasulullah untuk negeri Syam. Ibnu Umar berkata, Rasulullah bersabda, “Ya Allah, berkahilah kami dalam negeri Syam
dan negeri Yaman.” Sebagian sahabat berkata, “Dan negeri Najd (dalam
riwayat lain: Iraq)?” Beliau berkata, “Ya Allah, berkahilah kami dalam
negeri Syam dan negeri Yaman.” Sebagian sahabat berkata, “Dan negeri
Najd?” Beliau menjawab, “Di sana terdapat gempa, fitnah dan keluarnya
tanduk syaitan.” (HR. Bukhari no. 990)
Dalam kisah akhir dunia, dalam banyak
riwayat disebutkan Islam harus melewati lima fase periode waktu. Dan
pada periode kelima, saat Islam akan jaya, setelah luluh lantak,
kedatangannya (periode itu) ditandai dengan munculnya tiga peristiwa
yaitu; wafatnya seorang pemimpin sehingga menimbulkan kekacauan
berkepanjangan setelah wafatnya pemimpin itu, terjadinya pembaiatan
paksa seorang lelaki di depan Ka’bah dan dibenamkannya ke dalam bumi
suatu pasukan yang berangkat dari arah utara utuk menangkap Imam Mahdi
dan orang-orang yang berbai’at dengannya itu.
Sebagaimana disebutkan oleh Nabi dalam hadits sebagai berikut: ”Akan
terjadi perselisihan (kekacauan) setelah wafatnya seorang pemimpin,
maka keluarlah seorang lelaki dari ahli Madinah mencari perlindungan
menuju ke Makkah, lalu lelaki itu didatangi oleh sekumpulan manusia dari
ahli Makkah, maka mereka membai’at paksa lelaki itu di antara Rukun
dan Maqom (Ibrahim) padahal ia tidak suka dengan hal itu, kemudian suatu
pasukan diutus dari ahli Syam (untuk menangkap orang-orang yang
berbai’at itu), maka mereka dibenamkan ke dalam bumi di suatu tempat
bernama Al-Baida antara Mekkah dan Madinah.” (HR Abu Dawud)
Maka setelah terbenamnya pasukan itu
tinggalah satu atau dua orang dibiarkan hidup oleh Allah untuk
menceritakan apa yang dialami oleh pasukan tersebut sehingga tersiarlah
ke seluruh dunia berita menggemparkan itu.
Dan setiap mukmin yang faham hadits ini
pasti langsung faham bahwa Imam Mahdi telah diutus. Maka sejak saat itu
mulailah terjadi gelombang demi gelombang kaum Muslimin dari segenap
penjuru dunia untuk berbai’at dan bergabung dengan pasukan Imam Mahdi.
Mulailah pasukan Al-Mahdi menjalankan
proyek pengalihan kondisi dunia di mana ummat Islam hidup di babak
keempat di bawah kepemimpinan Mulkan Jabbriyyan (penguasa-penguasa yang memaksakan kehendak sambil mengabaikan kehendak Allah dan RasulNya) menuju babak kelima yaitu tegaknya Khilafah ’ala minhaj An-Nubuwwah (kekhalifahan mengikuti metode Kenabian).
Mulailah proyek peralihan keadaan zaman
dari kondisi penuh kezaliman menuju kondisi penuh keadilan. Sebagaimana
Nabi shollallahu ’alaih wa sallam sinyalir sebagai berikut:
“Sedangkan Al-Mahdi ia akan penuhi bumi dengan keadilan sebagaimana sebelumnya dipenuhi dengan kezaliman.” (HR Al-Hakim 8714).*/bersambung “Kenapa yang Disebut Nabi Bumi Syam, bukan Indonesia?”
Penulis tertarik pada fenome Syam dan Akhir Zaman
Tidak ada komentar:
Posting Komentar