Segala puji bagi Allah yang telah mengutus rasul-Nya dengan membawa petunjuk dan agama yang benar. Kesejahteraan dan keselamatan semoga tercurah kepada Nabi Muhammad shalallahu ‘alaihi wassalam yang merupakan imam bagi para nabi, yang diutus sebagai rahmat bagi seluruh alam semesta.
Sebagian
besar manusia di masa sekarang ini terbagi menjadi dua kelompok besar, yaitu
yang ekstrim dan yang apatis. Kelompok yang ekstrim adalah mereka yang sampai
mengkultuskan Nabi Muhammad shalallahu ‘alaihi wassalam, bahkan ada yang sampai
memuja beliau shalallahu ‘alaihi wassalam sampai mengantarkannya pada tingkat
kemusyrikan, dengan jalan berdo’a dan memohon pertolongan kepada beliau
(memposisikan beliau sebagai Tuhan). Sedangkan golongan yang apatis adalah
golongan orang-orang yang lupa dan tidak mengacuhkan, bahkan mencampakkan
tradisi agung Nabi Muhammad berupa akhlaqnya yang mulia. Kelompok ini tidak
menjadikan beliau sebagai panutan, pelita, sekaligus petunjuk jalan hidup.
Seharusnya
kita sebagai umat Muslim harus merealisasikan rasa cinta dan kasih sayang kita
kepada beliau serta meneladani sisi-sisi kehidupan beliau sebagai manusia
utusan Allah, baik dalam kehidupan rumah tangga maupun kemasyarakatan. Dan juga
tidak bisa kita pungkiri bahwa kehidupan Nabi Muhammad adalah cerminan dakwah
dan kehidupan umat yang sejati. Allah sendiri memuji beliau, “Sesungguhnya
engkau (Muhammad) memiliki akhlaq yang agung.”
Kita
sebagai umat Muslim menempatkan Nabi Muhammad dalam posisi yang seharusnya,
sebagaimana Allah memposisikan beliau dalam posisi yang tertinggi (maqaaman mahmuuda). Nabi Muhammad adalah
seorang hamba Allah dan rasul-Nya. Tidak lebih dan tidak kurang, tidak
dikultuskan seperti Tuhan dan tidak menyanjung-nyanjung beliau secara
berlebihan. Sikap kita jelas, tidak merayakan maulid (hari kelahiran
Rasulullah) sebagai ibadah, melainkan sekadar memperingati karena kecintaan
kita terhadap beliau. Al-Bushiri dalam syair Burdahnya, dengan indah melukiskan
kedudukan Rasulullah,
“Muara segala
pengetahuan kita
Tentang beliau sebagai
manusia
dan sebaik-baik
makhluk Allah
Cahaya putih penutup
segala nabi
Bersinar melambai
penuh saksi
Sandingan namanya
dengan nama Tuhan
Tak cukupkah itu
sebagai bukti?
Kesaksian lima waktu
shalat dan adzan
Separuh nama penuh
cinta
separuh lagi terpatri
di atas ‘Arasy
Yang terpuji dan
dialah Ahmad”
Walaupun
kita tidak bisa melihat Nabi Muhammad secara langsung karena jarak historis,
kita masih berharap mempunyai kesempatan menjadi saudara beliau. Sebagaimana
sabda beliau, “Aku ingin sekali seandainya aku melihat saudara-saudaraku.” Para
Sahabat bertanya, “Bukankah kami ini saudara-saudaramu wahai Rasulullah?”
Beliau menjawab, “Kalian adalah para sahabatku, sedangkan yang datang
(generasi) setelah kalian adalah saudara-saudaraku.” Para sahabat kian bingung,
“Bagaimana engkau bisa tahu tentang orang yang datang setelah kita, dari umatmu
ya Rasulullah?” Nabi Muhammad berkata, “Kalau ada kuda yang bertanda putih
cemerlang di mukanya dan berada di antara kuda-kuda hitam, tidakkah pemilik
kuda itu akan mengenalinya? Begitu juga dengan umatu. Mereka akan datang dengan
wajah cerah karena wudhu’. Dan aku akan berada di tengah-tengah mereka di
telaga (surga) nanti.” (H.R. Muslim)
Mari kita berdo’a semoga Allah berkenan menjadikan kita sebagai orang yang mengikuti dan
“menyisir” jejak langkah serta menjalankan Sunnah beliau. Dan, semoga kita bisa
berkumpul bersama beliau di surga nanti. Semoga Allah membalas dengan sempurna
apa yang telah beliau perjuangkan. Shalawat dan salam bagimu ya Rasulullah,
bagi sahabatmu, dan seluruh keluargamu.
Saya menyarankan agar para membaca juga melihat artikel-artikel lainnya tentang Nabi Muhammad shalallahu 'alaihi wassalam. Hal ini dimaksudkan agar kita lebih mengenal pribadi beliau sehingga tumbuhlah rasa cinta kepada beliau.
Referensi: Referensi: Abdul Malik Ibnu M. al-Qasim
(2000). Sehari di Rumah Rasulullah. Jakarta: Gema Insani
referensi blogg: www.lampuislam.blogspot.com
facebook page: www.facebook.com/riska.pratama.ardi
Tidak ada komentar:
Posting Komentar