Senin, 12 Desember 2016

Cara Malaikat 'Izrail Mencabut Nyawa Manusia

 

Kematian adalah suatu hal yang pasti akan terjadi pada semua makhluk hidup, bahkan para malaikat pun akan dicabut nyawanya oleh Allah kelak. Dengan demikian, satu-satunya yang kekal dan tidak pernah mati adalah Allah subhanahu wa ta’ala. Mengenai kematian itu sendiri, tidak ada yang mengetahui kapan ajal seseorang akan tiba. Hal ini menjadi rahasia Allah subhanahu wa ta’ala.
Dikisahkan bahwa pada suatu ketika Malaikat ‘Izrail pernah bertanya kepada Allah subhanahu wa ta’ala: “Wahai Tuhanku, kapankah aku mencabut nyawa seorang hamba? Dalam keadaan apa dan bagaimana aku menghilangkannya?” Allah berfirman: “Wahai malaikat ‘Izrail, ini adalah ilmu yang paling rahasia. Siapapun tidak akan mengerti selain Aku. Akan tetapi Aku memberitahukan kepadamu mengenai kedatangan waktunya dari kematian tersebut.”

Disebutkan, bahwa jika seorang hamba sudah waktunya meninggal dunia, maka ada beberapa malaikat yang datang kepada ‘Izrail. Malaikat penjaga jiwa berkata: “Sudah habis masa hidup orang ini.” Selanjutnya datang juga malaikat penjaga rezeki dan amal sambil berkata: “Rezeki dan amalnya telah habis.” 
 

Disebutkan, bahwa malaikat Mikail turun dengan membawa lembaran kepada malaikat ‘Izrail yang didapatkan dari Allah. Dalam lembaran itu tertulis nama orang yang diperintah untuk dicabut nyawanya, tempat pencabutan, dan sebab-sebab pencabutan nyawanya.
Sedang Ka’bil Akhbar menerangkan: “Bahwasanya Allah subhanahu wa ta’ala menciptakan pohon di bawah ‘Arasy. Jumlah pohon tersebut sama dengan bilangan makhluk yang ada di dunia. Maka ketika ajal seseorang telah tiba, dan umurnya tinggal 40 hari, maka secara otomatis daun pohon ‘Arasy itu juga gugur, dan jatuh di tempat malaikat ‘Izrail. Dengan demikian maka ‘Izrail dapat mengetahui bahwasanya ia diperintahkan untuk mencabut nyawa seseorang sesuai dengan identitas daun tersebut. Dan setelah itu para malaikat menyebut orang yang akan dicabut nyawanya tersebut sebagai “mayat hidup.” Ha ini karena orang tersebut masih dapat merasakan kehidupan dunia selama empat puluh hari lagi.”
Disebutkan, Abu Laits mengemukakan bahwa akan turun dari bawah ‘Arasy dua tetesan yang akan menggambarkan nama pemiliknya. Bila satu tetesan itu berwarna hijau, maka pertanda bahwa pemiliknya termasuk orang yang celaka. Tetapi jika tetesan tersebut berwarna putih, maka hal itu menandakan bahwa pemiliknya termasuk orang beruntung / bahagia.
Sedangkan untuk mengetahui dimanakah tempat seseorang akan meninggal di akhir hayatnya, maka Allah memerintahkan malaikat untuk memasukkan ke dalam air mani yang berada di rahim ibunya dengan mencampur debu bumi dari tempat dimana nantinya ia akan meninggal. Maka debu tersebut akan terus berputar-putar untuk mencari tempat yang dikehendaki. Kendati demikian, orang yang bersangkutan akan meninggal sesuai dengan tempat asal dimana debu itu diambil. Lebih lanjut mengenai kematian, Allah telah berfirman dalam Al-Qur’an:
Katakanlah (Muhammad), ‘Sekiranya kamu berada di rumahmu, niscaya orang-orang yang ditakdirkan akan mati terbunuh di medan pertempuran itu, keluar juga ke tempat mereka menghadang kematian.” (Qs. Ali Imran: 154).
 
Referensi: Saifulloh dan Abu Shofia (2003). Menyingkap Tabir Alam Malaikat. Surabaya: Karya Agung
 - www.lampuislam.org

Tidak ada komentar:

Posting Komentar