Oleh: Syekh Abdurraheem Green
Bagaimana caranya kita tahu
Al-Qur'an merupakan kitab suci yang tidak pernah berubah dan rusak? Ini
merupakan pertanyaan yang sangat penting karena jika kita mengakui bahwa
Al-Qur'an memang berasal dari Allah, maka kita harus bisa membuktikannyan Jadi
saya ingin membahas bukti-bukti keaslian Al-Qur'an. Sebenarnya keaslian
Al-Qur'an itu sendiri merupakan suatu mukjizat, merupakan suatu bukti bahwa
Al-Qur'an berasal dari Allah S.W.T.
Jadi mari kita bahas tentang sejarah
pengawetan ayat-ayat Al-Qur'an. Salah satu cara menjaga keaslian Al-Qur'an
adalah dengan penulisan.
Dan saya ingin membacakan sebuah
ayat dari Al-Qur'an:
"Sesungguhnya
kami telah mewahyukan dhikr (pengingat)", dan sesungguhnya Kami akan
menjaga keasliannya."
Inilah janji dalam Al’Quran bahwa
Allah akan menjaga keaslian Al-Qur'an. Keaslian Al-Qur'an adalah salah satu
mukjizat dan salah satu bukti bahwa kitab ini berasal dari Allah.
Sebenarnya ini adalah bukti yang
sangat kuat terhadap orang-orang yang menuduh bahwa Al-Qur'an telah diubah
layaknya Bible. Tapi tidak ada seorangpun yang dapat membuktikannya dengan
bukti-bukti yang kuat. Karena ada banyak naskah-naskah Al-Qur'an kuno di banyak
negara, misalnya manuskrip Tashkent, manuskrip Kairo, dan manuskrip Yaman.
Sekarang, mari kita bahas bagaimana
caranya Al-Qur'an bisa tetap utuh hingga sekarang. Tentu saja selama Rasulullah
S.A.W. masih hidup, Al-Qur'an tidak dibukukan. Alasannya karena selama
Rasulullah S.A.W. masih hidup, masih ada beberapa ayat Al-Qur'an yang
diwahyukan Allah. Tapi sudah menjadi kebiasaan Rasulullah S.A.W. membaca
Al-Qur'an dari awal sampai akhir di setiap bulan Ramadhan bersama malaikat
Jibril (Gabriel). Bahkan di bulan Ramadan sebelum dia meninggal, Rasulullah S.A.W.
membaca Al’Quran dua kali bersama malaikat Jibril. Al-Qur’an itu terdiri dari
Surat Al Fatihah hingga surah An Nas. Namun pada masa itu, Al-Qur'an tidak
pernah ditulis dalam bentuk mushaf. Mereka menuliskan Al-Qur’an dalam potongan
kulit binatang & pelepah kurma.
Kita akan membahas hal itu nanti
pada seri berikutnya tentang "Metode Penghafalan Al-Qur'an." Jadi banyak para hafiz yang tewas dalam
pertempuran. Kejadian ini dikabarkan kepada Abu Bakar (Khalifah pertama dan
salah satu sahabat Rasulullah). Beberapa orang berkata kepadanya: “Kenapa
kau tidak membukukan Al-Qur'an untuk memastikan supaya kita tidak mengalami
penderitaan seperti umat sebelum kita (Yahudi dan Kristen), karena kita takut
jika Hufaz terus terbunuh, maka kemungkinan besar keaslian Al-Qur'an tidak
dapat dipertahankan."
Jadi ada perselisihan tentang hal
ini karena Rasulullah S.A.W. sendiri belum pernah melakukannya. Tapi setelah
saling berdiskusi, Umar, Abu Bakar, dan para sahabat akhirnya setuju. Jadi
mereka memanggil Zaid Ibn Tsabit dan para hafiz yang masih hidup untuk
membukukan Al-Qur'an dalam bentuk mushaf. Dan mereka sepakat bahwa pada setiap
ayat yang ditulis, minimal dua orang harus setuju dengan bunyi ayat itu dan
letaknya.
Jadi mushaf pertama ini diberikan
kepada Abu Bakar. Ketika Abu Bakar meninggal, diberikan kepada Umar. Ketika
Umar meninggal, dia memberikannya kepada Hafsa (putri Umar yang merupakan salah
satu istri Rasulullah S.A.W.). Dan setelah kematian Umar, Islam telah tersebar
ke banyak negara & ada begitu banyak orang menjadi muslim.
Jadi seorang utusan datang kepada
Utsman bin Affan: “Ini masalah besar. Kita harus menyatukan
orang-orang dalam satu dialek saja." Kemudian Ustman berkata: "Baiklah,
pendapatmu benar. Kita akan menyatukan orang-orang di bawah pembacaan dialek
Quraisy.” Dan Rasulullah sendiri membaca Al-Qur'an menggunakan dialek
Quraisy.
Jadi Al-Qur'an disatukan dalam satu
dialek saja. Dan siapa yang disuruh? Lagi-lagi Zaid Ibn Tsabit. Mereka
menyuruhnya dan sekali lagi dari setiap ayatnya, minimal dua orang harus setuju
tentang bunyi dan penempatan ayat tersebut. Mereka kemudian membandingkan
kompilasi mushaf yang baru ini dengan kompilasi mushaf yang dulu pernah
diberikan kepada Abu Bakar, dan ternyata keduanya persis sama.
Kemudian Ustman memerintahkan agar
setiap salinan yang telah dibuat orang lain agar dimusnahkan dengan cara
dibakar. Jadi setiap Al-Qur'an yang ada dibakar, termasuk juga mushaf yang
diberikan pada Abu Bakar, kemudian ke Umar, dan terakhir ke Hafsa.
Yang tidak dibakar hanyalah Naskah
Imam, sebuah naskah yang tadi disusun oleh Ustman di bawah pengawasan Zaid Ibn
Tsabit. Dan dari naskah ini, dibuatlah antara tujuh hingga sembilan Al-Qur'an.
Kemudian salinan ini didistribusikan di seluruh negeri Muslim pada saat itu.
Dan setiap salinan yang disebar itu persis sama dengan Naskah Imam.
Dan seperti yang saya katakan, semua
Al-Qur'an yang beredar saat ini, baik itu di Maroko, Mesir, Rusia, Cina,
Indonesia, atau Amerika, semuanya persis sama. Bahkan jika anda
membandingkannya dengan naskah kuno Al-Qur'an, tidak ada satu huruf pun yang
berbeda.
Jadi ini sebuah mukjizat yang mengagumkan.
Allah S.W.T. berfirman "Sesungguhnya Kami telah mewahyukan pengingat
& Kami akan menjaga keasliannya." Jadi Allah S.W.T. sendiri yang
menjaga keaslian Al’Quran.
Referensi: www.lampuislam.org
Facebook Page: www.facebook.com/riska.pratama.ardi
Tidak ada komentar:
Posting Komentar