Kamis, 27 Oktober 2016

Bukti Keaslian Al-Qur'an (Metode Pembukuan dan Penyatuan Dalam Satu Dialek)

 



Oleh: Syekh Abdurraheem Green
Bagaimana caranya kita tahu Al-Qur'an merupakan kitab suci yang tidak pernah berubah dan rusak? Ini merupakan pertanyaan yang sangat penting karena jika kita mengakui bahwa Al-Qur'an memang berasal dari Allah, maka kita harus bisa membuktikannyan Jadi saya ingin membahas bukti-bukti keaslian Al-Qur'an. Sebenarnya keaslian Al-Qur'an itu sendiri merupakan suatu mukjizat, merupakan suatu bukti bahwa Al-Qur'an berasal dari Allah S.W.T.
Jadi mari kita bahas tentang sejarah pengawetan ayat-ayat Al-Qur'an. Salah satu cara menjaga keaslian Al-Qur'an adalah dengan penulisan.

Dan saya ingin membacakan sebuah ayat dari Al-Qur'an:
"Sesungguhnya kami telah mewahyukan dhikr (pengingat)", dan sesungguhnya Kami akan menjaga keasliannya.
Inilah janji dalam Al’Quran bahwa Allah akan menjaga keaslian Al-Qur'an. Keaslian Al-Qur'an adalah salah satu mukjizat dan salah satu bukti bahwa kitab ini berasal dari Allah. 
Bahkan hampir semua buku dan tulisan seiring berjalannya waktu mengalami banyak perubahan dan kerusakan. Mungkin ini tidak terlalu sering terjadi pada zaman modern, karena adanya mesin cetak. Namun di zaman kuno, ketika sebagian besar buku ditulis tangan oleh penulis, dengan begitu resiko adanya kerusakan sangat besar. Namun dalam kurun waktu 1.400 tahun, Al-Qur'an tetap utuh.  Jadi misalnya anda mempunyai Al-Qur'an di Indonesia dan anda membandingkannya dengan Al-Qur'an yang ada di di Rusia, bahkan jika kita membandingkannya dengan Al-Qur'an yang paling kuno, tertanggal hampir sama dengan zaman Rasulullah S.A.W., maka anda akan menemukan bahwa ayat-ayatnya tertulis persis sama. Memang gaya penulisan dan sebagian tanda bacanya mungkin berbeda, tapi kata-katanya persis sama
Sebenarnya ini adalah bukti yang sangat kuat terhadap orang-orang yang menuduh bahwa Al-Qur'an telah diubah layaknya Bible. Tapi tidak ada seorangpun yang dapat membuktikannya dengan bukti-bukti yang kuat. Karena ada banyak naskah-naskah Al-Qur'an kuno di banyak negara, misalnya manuskrip Tashkent, manuskrip Kairo, dan manuskrip Yaman.
Sekarang, mari kita bahas bagaimana caranya Al-Qur'an bisa tetap utuh hingga sekarang. Tentu saja selama Rasulullah S.A.W. masih hidup, Al-Qur'an tidak dibukukan. Alasannya karena selama Rasulullah S.A.W. masih hidup, masih ada beberapa ayat Al-Qur'an yang diwahyukan Allah. Tapi sudah menjadi kebiasaan Rasulullah S.A.W. membaca Al-Qur'an dari awal sampai akhir di setiap bulan Ramadhan bersama malaikat Jibril (Gabriel). Bahkan di bulan Ramadan sebelum dia meninggal, Rasulullah S.A.W. membaca Al’Quran dua kali bersama malaikat Jibril. Al-Qur’an itu terdiri dari Surat Al Fatihah hingga surah An Nas. Namun pada masa itu, Al-Qur'an tidak pernah ditulis dalam bentuk mushaf. Mereka menuliskan Al-Qur’an dalam potongan kulit binatang & pelepah kurma.
Namun, setelah Rasulullah S.A.W. meninggal, terjadi Perang Ridda yang merupakan perang melawan orang-orang yang murtad. Dalam perang itu banyak orang yang telah hafal Al-Qur'an (hafiz) terbunuh dalam perang ini.
Kita akan membahas hal itu nanti pada seri berikutnya tentang "Metode Penghafalan Al-Qur'an." Jadi banyak para hafiz yang tewas dalam pertempuran. Kejadian ini dikabarkan kepada Abu Bakar (Khalifah pertama dan salah satu sahabat Rasulullah). Beberapa orang berkata kepadanya: “Kenapa kau tidak membukukan Al-Qur'an untuk memastikan supaya kita tidak mengalami penderitaan seperti umat sebelum kita (Yahudi dan Kristen), karena kita takut jika Hufaz terus terbunuh, maka kemungkinan besar keaslian Al-Qur'an tidak dapat dipertahankan."
Jadi ada perselisihan tentang hal ini karena Rasulullah S.A.W. sendiri belum pernah melakukannya. Tapi setelah saling berdiskusi, Umar, Abu Bakar, dan para sahabat akhirnya setuju. Jadi mereka memanggil Zaid Ibn Tsabit dan para hafiz yang masih hidup untuk membukukan Al-Qur'an dalam bentuk mushaf. Dan mereka sepakat bahwa pada setiap ayat yang ditulis, minimal dua orang harus setuju dengan bunyi ayat itu dan letaknya.
Jadi mushaf pertama ini diberikan kepada Abu Bakar. Ketika Abu Bakar meninggal, diberikan kepada Umar. Ketika Umar meninggal, dia memberikannya kepada Hafsa (putri Umar yang merupakan salah satu istri Rasulullah S.A.W.). Dan setelah kematian Umar, Islam telah tersebar ke banyak negara & ada begitu banyak orang menjadi muslim. 
Pada masa ini, beberapa orang mulai berdebat tentang bacaan Al-Qur'an. Penyebabnya karena Rasulullah S.A.W. membolehkan Al-Qur'an dibaca dalam tujuh dialek bahasa Arab. Jadi di masa ini, beberapa orang yang membacanya dalam satu dialek mulai berdebat dengan orang-orang yang membacanya dalam dialek lain. Mereka berkata: "Bacaan kami adalah bacaan yang tepat & bacaanmu yang salah.” Mereka hampir bertengkar karena masalah ini.
Jadi seorang utusan datang kepada Utsman bin Affan:  “Ini masalah besar. Kita harus menyatukan orang-orang dalam satu dialek saja." Kemudian Ustman berkata: "Baiklah, pendapatmu benar. Kita akan menyatukan orang-orang di bawah pembacaan dialek Quraisy.” Dan Rasulullah sendiri membaca Al-Qur'an menggunakan dialek Quraisy.
Jadi Al-Qur'an disatukan dalam satu dialek saja. Dan siapa yang disuruh? Lagi-lagi Zaid Ibn Tsabit. Mereka menyuruhnya dan sekali lagi dari setiap ayatnya, minimal dua orang harus setuju tentang bunyi dan penempatan ayat tersebut. Mereka kemudian membandingkan kompilasi mushaf yang baru ini dengan kompilasi mushaf yang dulu pernah diberikan kepada Abu Bakar, dan ternyata keduanya persis sama.
Kemudian Ustman memerintahkan agar setiap salinan yang telah dibuat orang lain agar dimusnahkan dengan cara dibakar. Jadi setiap Al-Qur'an yang ada dibakar, termasuk juga mushaf yang diberikan pada Abu Bakar, kemudian ke Umar, dan terakhir ke Hafsa.
Yang tidak dibakar hanyalah Naskah Imam, sebuah naskah yang tadi disusun oleh Ustman di bawah pengawasan Zaid Ibn Tsabit. Dan dari naskah ini, dibuatlah antara tujuh hingga sembilan Al-Qur'an. Kemudian salinan ini didistribusikan di seluruh negeri Muslim pada saat itu. Dan setiap salinan yang disebar itu persis sama dengan Naskah Imam.
Dan hingga pada zaman sekarang, masih ada dua atau tiga dari naskah asli yang disusun pada masa Utsman Ibn Affan yang hanya berusia sekitar 20 tahun setelah kematian Nabi Muhammad S.A.W. 
Dan seperti yang saya katakan, semua Al-Qur'an yang beredar saat ini, baik itu di Maroko, Mesir, Rusia, Cina, Indonesia, atau Amerika, semuanya persis sama. Bahkan jika anda membandingkannya dengan naskah kuno Al-Qur'an, tidak ada satu huruf pun yang berbeda.
Jadi ini sebuah mukjizat yang mengagumkan. Allah S.W.T. berfirman "Sesungguhnya Kami telah mewahyukan pengingat & Kami akan menjaga keasliannya." Jadi Allah S.W.T. sendiri yang menjaga keaslian Al’Quran.
Silahkan baca artikel berikutnya: Bukti Keaslian Al-Qur'an (Metode Penghafalan dan Konsep Mutawir) 

Referensi: www.lampuislam.org 
Facebook Page: www.facebook.com/riska.pratama.ardi 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar