Jumat, 28 Oktober 2016

Fakta Sejarah dalam Al-Qur'an

 

Pada artikel kali ini kita akan membicarakan tentang fakta sejarah dalam Al-Qur’an.

Pertama-tama, ada kisah tentang Nabi Noah (Nuh A.S.) di dalam Al-Qur’an. Nabi Noah juga diceritakan dalam Bible. Kita semua pasti tahu tentang kisah Noah (Nuh A.S.), dimana Tuhan mengutus Noah kepada kaumnya tetapi 7 kaum Noah (Nuh A.S.) tidak mau beriman kepada Tuhan. Oleh karena itu, Tuhan mengirimkan banjir pada mereka. Sebelum banjir, Tuhan menyuruh Noah untuk membangun sebuah bahtera.

Dalam Al-Qur’an surat Hud ayat 44 disebutkan bahwa bahtera Noah terdampar di atas gunung Istawa Judi yang berada di Turki. Berikut ayatnya:
Dan difirmankan: "Hai bumi telanlah airmu, dan hai langit (hujan) berhentilah," dan airpun disurutkan, perintahpun diselesaikan dan bahtera itupun berlabuh di atas bukit Judi, dan dikatakan: "Binasalah orang-orang yang zalim ." (Q.S. Hud:44)
Dan menurut penelitian arkeologi di sekitar kawasan Gunung Istawa Judi, ada sebuah benda berbentuk perahu dengan ukuran yang sama seperti gambaran bahtera Noah. Berikut ini gambarnya: 

 

Tapi Bible mengatakan bahtera Noah terdampar di Gunung Arafat yang berjarak 20 mil jauhnya dari gunung Istawa Judi. Dan ada masalah dengan penjelasan Bible. Gunung Arafat merupakan formasi geologi yang relatif baru. Pada masa Nabi Noah (Nuh A.S.), Gunung Arafat belum ada. Bible juga mengatakan bahwa seluruh dunia terkena bencana banjir. Tapi ini tidak sesuai dengan ilmu arkeologi dan ilmiah.
Secara ilmiah, tidak mungkin hujan turun selama 40 hari dan 40 malam secara terus-menerus. Ketika seluruh permukaan bumi menjadi berawan karena hujan, maka bagaimana mungkin matahari dapat mengeluarkan panasnya sehingga menguapkan air laut untuk menghasilkan lebih banyak hujan?
Menurut Bible, setiap puncak gunung tergenang air. Namun tidak cukup air di bumi untuk membuat permukaan air laut naik menutupi semua puncak gunung di bumi. Karena pegunungan Everest adalah gunung tertinggi, maka harus ada lebih banyak air di bumi untuk membuat permukaan laut menutupinya. Jadi, menurut pengetahuan ilmiah hal ini tidak mungkin.
Tapi Al-Qur’an Al-Qur’an mengatakan bahwa banjir ini hanya meliputi kaum Noah. Dan memang banyak bukti geologi yang menandakan pernah terjadinya banjir dashyat di area itu.
Jadi sangat menarik bagaimana Al-Qur’an dengan akurat menunjukkan bahwa bahtera Nabi Noah terdampar di gunung Judi. Dan memang sebuah objek berbentuk bahtera yang sangat besar telah ditemukan di daerah itu. Adapun orang-orang yang mencari bahtera Noah di Gunung Ararat selama bertahun-tahun tidak menemukan apa-apa selama ini. Jadi Al-Qur’an sesuai dengan data arkeologi dan ilmiah.
Sekarang, mari kita bahas fakta sejarah lainnya. Al-Qur’an berfirman bahwa Joseph (Yusuf A.S.) memanggil pemimpin rakyat Mesir pada masanya dengan sebutan "raja." Gelar Fir’aun atau Far'aun yang tidak digunakan oleh Joseph (Yusuf A.S.) pada saat dia menyebut penguasa Mesir pada masanya. Gelar Fir'aun baru digunakan pada zaman Musa. Jadi Musa menyebut penguasa Mesir dengan sebutan Far'aun, tapi Yusuf tidak menyebut peguasa Mesir dengan sebutan itu. Dia menyebutnya "raja."
Dinasti Mesir pada saat zaman Joseph (Yusuf A.S.) disebut dinasti Hicos. Dinasti Hicos sebenarnya adalah dinasti Semit dan mereka tidak memiliki kebudayaan seperti kerajaan Mesir. Dengan kata lain, mereka tidak menyebut penguasa mereka dengan sebutan Fir'aun.
Namun, pada saat zaman Musa, dinasti Hicos yang berasal dari Semit telah lenyap dan digantikan oleh penguasa Mesir yang asli. Dan orang Mesir asli  menyebut penguasa mereka dengan sebutan  Fir’aun/Far'aun tepat seperti yang disebutkan dalam Al-Qur’an.
Jadi ini adalah akurasi yang sangat-sangat jitu dan menakjubkan karena hal ini tidak disebutkan dalam Bible.
Sekarang kita akan lanjut ke zaman Musa ketika dia berhadapan dengan Fir'aun.
Tongkat Nabi Musa bisa berubah menjadi ular. Nabi Musa juga bisa mengeluarkan cahaya putih dari tangannya. Dalam perdebatan di antara mereka, Fir’aun berkata dengan begitu sombong:
"Wahai Haman, bangunlah sebuah menara yang tinggi sehingga aku dapat melihat Tuhannya Musa."
Sekarang mari kita teliti hal ini. Disini Fir'aun berbicara kepada Haman. Dan beberapa sarjana Kristen mengatakan bahwa Haman adalah sebuah nama yang diberikan kepada penguasa Persia pada masa sekitar 1.200 tahun setelah zaman Musa.
Jadi orang-orang Kristen berkata:  Lihatlah, Muhammad bahkan menyalinnya dari Bible. Dia mengambil nama Haman dari Bible dan kemudian memasukkannya ke dalam zaman Musa.”
Tapi masalahnya adalah, tidak ada Bible dalam bahasa Arab di zaman Nabi Muhammad S.A.W. dan Nabi Muhammad S.A.W. juga buta huruf. Darimana ia menerima pengetahuan ini? Dan bagaimana mungkin Nabi Muhammad tidak ikut menyalin kesalahan dalam Bible? Ini tidak masuk akal.
Dan saya sendiri ingat ketika sekelompok mahasiswa di Cambridge University mencoba untuk menganalisis pemahaman para orientalis. Para orientalis mengatakan bahwa beberapa bagian Al-Qur’an disalin dari Bible dan  para mahasiswa itu berusaha membantahnya.
Jadi mereka mengambil salah satu kamus istilah hieroglyphical (huruf Mesir kuno) dan mencari tahu apakah ada seseorang bernama Haman pada zaman Mesir kuno. Meskipun mereka tidak menemukan buku berbahasa Inggris, tapi mereka menemukan sebuah buku dalam bahasa Jerman. Dan melalui buku ini mereka menemukan sebuah temuan yang luar biasa. Ternyata Haman adalah nama jabatan dan bukanlah nama seseorang. Haman adalah nama jabatan dalam masyarakat Mesir.
Haman adalah mandor dari orang-orang yang membangun bangunan dari batu. Ini sesuatu yang sangat luar biasa. Jadi sebenarnya Fir’aun berkata: "Wahai tuan dari orang-orang yang membangun batu, dirikanlah buatku sebuah menara yang tinggi sehingga aku dapat melihat Tuhannya Musa."
Anda tidak akan menemukan hal ini dalam Bible, anda hanya akan menemukannya di dalam Al-Qur’an.

Kesimpulannya, semua ini membuktikan bahwa Al-Qur’an bukanlah salinan dari Bible karena ada sebagian orang yang mengatakan bahwa Nabi Muhammad-lah yang mengarang Al-Qur'an dan dia menyalinnya dari Bible. Dan ada tiga poin penting disini:
  1. Darimana Nabi Muhammad mendapatkan informasi yang begitu akurat kalau bukan dari Allah?
  2. Tidak mungkin Nabi Muhammad menyalinnya dari Bible, karena dia pasti juga akan menyalin kesalahan di dalam Bible.
  3. Pengetahuan membaca hieroglif telah hilang ratusan tahun sebelum masa Nabi Muhammad S.A.W., namun Al-Qur’an menggambarkan sejarah Fir’aun dengan begitu akurat. 
 Jadi ini semua membuktikan bahwa memang Al-Qur’an adalah wahyu dari Allah.
 
Referensi: www.lampuislam.org 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar