Kamis, 30 November 2017

Demokrasi: Sebuah Perspektif

Oleh: Akmal Sjafril || Twitter: twitter.com/malakmalakmal
Demokrasi selalu menjadi topik bahasan yang menarik. Sebagian orang malah bersikap seolah-olah topik di dunia cuma satu ini saja. Ada yang bilang, demokrasi itu buatan Barat. Menerimanya berarti membebek pada Barat. Tapi coba tebak? Nama ‘resmi’ Korea Utara adalah The Democratic People’s Republic of Korea. Korea utara kok demokratis? Katanya demokrasi itu membebek Barat? Hmmm… kayaknya ada yang salah ya. Hal ini menunjukkan bahwa penggunaan istilah “demokrasi“ bisa dibilang cukup ‘lentur’. Artinya, orang bisa saja gunakan istilah yang sama, tapi maknanya lain-lain. A.S dan negara-negara Barat juga mengaku menjalankan demokrasi. Apa benar?

Konon, dalam demokrasi, suara rakyat adalah suara Tuhan. Apa iya? Prinsip ini jadi senjata bagi para penentang demokrasi di antara umat Muslim. Padahal kenyataannya tidak demikian. Suara rakyat adalah suara Tuhan, misalnya, tidak diterapkan di Mesir ketika rezim sekuler berkuasa. Rakyatnya ingin bela Palestina, tapi rezim sekuler menutup pintu perbatasan. Jadi, tidak tepat juga bila demokrasi diidentikkan dengan ‘suara rakyat adalah suara Tuhan.’ Apalagi, pelaksanaannya berbeda-beda. Memang demokrasi tak terkendali bisa berujung liberalisme. Tapi tidak semua demokrasi begitu.
Sekarang kita beralih ke Indonesia. Mengikuti pemikiran Buya Hamka, kita harus menengok dulu dasar negara kita. Apa sila pertama? ‘Ketuhanan Yang Maha Esa’. Itulah akar tunggang Pancasila. Semua mengakar ke sana. ‘Kemanusiaan’ yang dibicarakan di Sila kedua bukan humanisme versi sekuler, tapi kemanusiaan yang berdasarkan ketuhanan. Demikian juga demokrasi yang diterapkan di Indonesia (semestinya) adalah sebuah sistem berlandaskan ketuhanan. Jadi, MPR/DPR (lagi-lagi semestinya) tidak berhak menentukan hal-hal yang melanggar agama. Idealnya begitu. Meski begitu, di Indonesia masih banyak ide-ide sekuler-liberal yang tak bisa diterima padahal demokrasi ditegakkan.
Lalu, mengapa kenyataannya tidak ideal? Ya, itulah cerminan bangsa kita. Jangan marah-marah saja kalau sistem di negeri ini tidak Islami. Itu tandanya, masyarakat kita masih ‘buta syariat’. Orang buta jangan dimarahi karena kebutaannya. Tapi bantu ia agar bisa melihat. Carikan donor mata, kalau perlu. Apa masalah selesai dengan mengutuki sistem? Tentu tidak. Sistem sebaik apa pun perlu perbaikan. Sementara sistem belum Islami, apa yang bisa diperbuat? Masak sih tidak ada yang bisa diperbuat selain membicarakan kecacatan sistem?
Saya ingat Ustad Adian Husaini pernah memberi retorika yang cerdas. “Kalau tanah kita diserobot orang, apa kita tunggu syariat ditegakkan, atau kita tempuh jalur hukum sekarang juga?” Tentu saja kita tidak diam. Lawan dong. Sistem belum islami, bukan berarti tak bisa berbuat apa-apa. Sistem belum Islami karena rakyat belum Islami. Maka, proyek jangka panjangnya adalah pendidikan. Sudah berapa banyak sekolah-sekolah dan perguruan-perguruan tinggi yang Islami didirikan? Itu cerminan kesiapan umat. Banyak sekolah Islam tapi guru dan siswanya masih jauh dari Islami. Perguruan tinggi apalagi! Kalau sudah Islami akhlaqnya, apa prestasinya sudah sehebat sekolah-sekolah ‘sekuler’? Ini pekerjaan lainnya yang harus dibenahi.
Islam tidak bisa ditegakkan hanya dengan belajar nahwu, sharaf, fiqih, syariat dan lain-lain. Islam tidak mengenal dikotomi ilmu, tapi kategorisasi. Ada ilmu yang fardhu ‘ain, ada yang fardhu kifayah. Di antara umat Muslim harus ada yang memiliki spesialisasi-spesialisasi ilmu yang beragam. Ini wajib. Kalau tidak ada yang jadi dokter, misalnya, maka umat Muslim bersalah. Semuanya kebagian dosa. Jadi, kita harus evaluasi gerakan dakwah kita juga. Apakah gerakan-gerakan dakwah sudah melahirkan kaum spesialis? Kaum generalis juga perlu. Tapi kaum spesialis jangan dilupakan. Umat Muslim tidak bisa menang kalau mereka tak ada.
Misalnya, di media Islam dihajar terus. Tapi media Islam kemana? Sudah jumlahnya sedikit, yang ada pun kualitasnya memprihatinkan. Wartawannya gak oke, redaktur payah, desain seadanya, dan lain-lain. Kalau begitu kondisinya, kapan kita mau meruntuhkan dominasi TIME, CNN, dan semacamnya?
Itulah gambaran betapa kompleksnya permasalahan umat. Maka, jangan disederhanakan secara berlebihan. Saat mengisi kajian di Universitas Institut Teknologi Sepuluh November belum lama ini, saya mendapat sebuah pertanyaan menarik. Seorang ikhwah bertanya, “Bukankah Islam liberal ini lahir karena demokrasi?” Menurutnya, demokrasi-lah yang memberikan hak kebebasan berpendapat sehingga orang-orang sesat pun bebas bicara. Mari kita gunakan perspektif yang lebih menguntungkan bagi kita semua. Memang benar, demokrasi membuka kebebasan berpendapat. Dan kebebasan ini ada potensi buruknya. Tapi, apa iya yang bebas bicara hanya yang sesat-sesat? Bukankah pada saat yang sama, para pembela kebenaran pun bebas bicara? Nah, jika para pembela kebatilan bisa memanfaatkan hak-haknya, mengapa para pembela kebenaran tidak bisa? Jangan-jangan, para pembela kebenaranlah yang lemah dalam argumen, lemah beretorika, dan sebagainya. Kita harus evaluasi.
Para Nabi dan Rasul berdakwah dengan argumen. Mereka susun argumennya dengan baik. Mereka tidak ‘menyalahkan’ para pembela kebatilan yang bicara. Sebaliknya, mereka lawan argumen dengan argumen. Maka, pandanglah demokrasi dan kebebasan yang dibawanya sebagai semacam ‘arena tanding’. Jangan salahkan orang awam yang memilih jadi sekuler, kalau memang kaum anti-sekulernya yang argumennya lemah. Oleh karena itu, para aktivis dakwah harus melengkapi dirinya dengan berbagai keahlian seperti berbicara di hadapan publik, menulis, dan sebagainya. Para aktivis dakwah juga tidak boleh ‘lari’ dari persaingan sains dan teknologi. Harus jadi pemenang di segala lini.
Bagaimana dengan masalah fisik? Harus juga! Orang Barat rajin minum susu, masak orang Islam gak suka. Sunnah, lho! Orang Barat rajin berenang, masak kita kalah? Itu juga sunnah! Tiket kolam renang mahal? Makanya penghasilan dilebihkan demi sunnah, supaya kita bisa jadi pemenang. Bayangkan kalau mau jihad, musuh-musuh kita kekar, kita kurus-kurus semua. Pernah lihat mujahidin Palestina? Besar, tegap, berotot. Seperti itu tuh yang mengikuti sunnah.
Ibnu Mas’ud r.a pernah ditertawakan karena betisnya kecil. Ini perlu jadi catatan khusus. Memang menertawakan fisik orang bukan akhlaq yang baik, makanya ditegur oleh Nabi s.a.w. Lagipula yang diejek Ibnu Mas’ud r.a, padahal beliau adalah salah satu sahabat paling utama, spesialis Al-Qur’an. Tapi kita juga perlu menyadari bahwa di antara sahabat Nabi s.a.w ternyata betis kecil itu minoritas. Artinya, mayoritas badannya kekar2. Ya wajar satu mujahid bisa kalahkan sepuluh musuh. Memang ada unsur ‘pertolongan Allah’ dalam jihad. Tapi pertolongan Allah kan tergantung usaha kita juga. Jika jihadnya asal-asalan, jangan harap turun 1.000 malaikat. Harus berusaha dan penuh persiapan.
Sekali lagi, pandanglah demokrasi sebagai ‘arena tanding’. Memang demokrasi tidak 100% sejalan dengan Islam. Tapi jangan sampai kondisi tidak ideal membuat kita mundur. Gara-gara menghindari demokrasi, akhirnya masalah pendidikan umat diurus oleh orang-orang sekuler. Padahal, pendidikan umat harus diislamisasi. Kalau tidak begitu, kapan sistemnya akan Islami? Yang akan membenahi sistem adalah orang-orang yang punya kompetensi akademis. Berjuang di lini pendidikan itu wajib. Seorang Muslim bisa menyekolahkan, katakanlah, 2-3 orang anak yatim. Sebuah majelis ta’lim bisa sekolahkan berapa? Katakanlah 100 anak. Tapi, seorang Gubernur bisa mendirikan ribuan sekolah. Skalanya sangat berbeda.
Kita tidak bisa lari dari pertarungan politik. Umat Muslim harus buktikan diri bisa memimpin. Sistem Islam itu paling OKE! Tapi harus dibuktikan dalam level pribadi. Susah untuk meyakinkan orang bahwa pendidikan yang Islami itu lebih baik kalau yang bicara bukan seorang pendidik yang hebat. Maka, jadilah pendidik yang hebat sebelum mengislamisasi pendidikan. Itu baru contoh di dunia pendidikan. Di bidang lain juga. Siapa yang larang bikin sekolah Islam? Kalau sekolah-sekolah Islam kurang bagus, salah siapa? Siapa yang larang bikin rumah sakit Islam? Kalau rumah sakit Islam pelayanannya gak bagus, salah siapa? Siapa yang larang bikin TV dan radio Islam? Kalau TV dan radio Islam kalah bersaing, salah siapa? Siapa yang larang berbisnis? Kalau pebisnis Muslim kurang profesional, salah siapa? Kita perlu berhenti menyalahkan keadaan. Keadaan gak sebuntu itu kok. Manfaatkan kebebasan. Musuh-musuh Islam bisa, kenapa kita tidak bisa? Harus bisa lebih baik! Mentalitas ini berlaku di segala bidang.
Selain itu, kita juga harus ‘bersaing’ dengan kaum sekuler di ranah politik. Adu argumen dengan mereka. Orang-orang sekuler tak mungkin mau dibungkam begitu saja. Kita yang harus membungkamnya dengan argumen.  Kalau kita bisa membuat orang-orang sekuler mati kutu dalam debat, maka kita akan sukses perjuangkan misi kita.
Terakhir, demokrasi juga tidak perlu disikapi secara berlebihan. Demokrasi cuma ‘arena tanding’, itu saja. Tidak ideal? Tentu saja! Kurang adil? Mungkin! Oleh karena itu, yang terlibat di jalur demokrasi tidak perlu dituduh ‘menyembah demokrasi.’ Itu tuduhan yang berlebihan. Yang tidak mau bersentuhan sama sekali dengan demokrasi, silakan. Mudah-mudahan bisa berkontribusi maksimal, fastabiqul khairat. Tidak ada orang yang menyembah demokrasi. Lagipula kurang kerjaan amat. Ada gak ya orang yang seperti itu?
Setuju atau tidak dengan demokrasi, marilah kita benahi satu-persatu masalah umat. Masalahnya ribet dan kompleks. Jangan dianalisis dengan terlalu ‘polos’.  Ijtihad yang salah nilainya satu, yang benar nilainya dua. Salah ijtihad, tidak berdosa. Su’uzhan dan fitnah, nah itu baru dosa. Semoga kita tidak terseret oleh demokrasi, tidak pula lari dari permasalahan yang sebenarnya. Aamiin yaa Rabbal alamin.
Referensi: www.lampuislam.id

Senin, 27 November 2017

Kisah Kesalehan Muhammad Al-Fatih | Sang Penakluk Kontantinopel


Dalam sejarah, Islam pernah menaklukkan benua Eropa. Siapa sangka salah satu dari Panglima Perang saat itu adalah seorang pemuda yang sangat saleh, berusia 21 tahun, yang bernama Sultan Muhammad Al Fatih (30 Maret 14323 Mei 1481) . Ia merupakan seorang sultan Turki Utsmani yang menaklukkan Kekaisaran Romawi Timur. Mempunyai kepakaran dalam bidang ketentaraan, sains, matematika & menguasai 6 bahasa saat berumur 21 tahun.
 
Seorang pemimpin yang hebat, pilih tanding, dan tawadhu' setelah Sultan Salahuddin Al-Ayyubi (pahlawan Islam dalam perang Salib) dan Sultan Saifuddin Mahmud Al-Qutuz (pahlawan Islam dalam peperangan di 'Ain Al-Jalut melawan tentara Mongol).


Kejayaannya dalam menaklukkan Konstantinopel menyebabkan banyak kawan dan lawan kagum dengan kepimpinannya serta taktik & strategi peperangannya yang dikatakan mendahului pada zamannya dan juga kaedah pemilihan tenteranya. Ia jugalah yang mengganti nama Konstantinopel menjadi Islambul (Islam keseluruhannya) . Kini nama tersebut telah diganti oleh Mustafa Kemal Ataturk menjadi Istanbul. Untuk memperingati jasanya, Masjid Al Fatih telah dibangun di sebelah makamnya.

 

Diceritakan bahwa tentara Sultan Muhammad Al Fatih tidak pernah meninggalkan solat wajib sejak baligh & separuh dari mereka tidak pernah meninggalkan solat tahajjud sejak baligh. Hanya Sulthan Muhammad Al Fatih saja yang tidak pernah meninggalkan solat wajib, tahajud & rawatib sejak baligh hingga saat kematiannya.

 

Kejayaan dan kesuksesan hidup ia telah raih di usia yang begitu muda. Ia-pun dikenang jutaan manusia sepanjang abad. Harum nama Sultan Al Fatih diperoleh berkat keshalehan, keberanian dan kemuliaan akhlaknya. Sebagai jenderal beliau memimpin laskar islam menaklukkan benteng terkuat imperium Byzantium, Konstantinopel Kota ini diubahnya menjadi kota Istambul. Dari sini beliau menebarkan kasih sayang islam di bumi eropa.

Apa rahasia dibalik semua kesuksesan beliau? Ternyata rahasianya beliau sangat kuat shalat malamnya yaitu tahajud. Bukankah Rasulullah Shalallahu'alaihi wasalam menegakkan shalat tahajud sepanjang malam dan setiap hari? Bukankah beliau Rasulullah Shalallahu'alaihi wasalam shalat tahajud merupakan kewajiban yang tak bisa beliau tinggalkan dalam setiap perjuanganya.

Jika anda bertanya, apakah benar Muhammad Al Fatih sudah melakukan tindakan besar yang megubah sejarah peradaban dunia?
Ya, dalam sejarah, hal ini tidak aneh. Bukankah sahabat Rasulullah Shalallahu'alaihi wasalam bernama Usamah juga menjadi panglima perang dalam usia 18 tahun. Sementara yang menjadi prajuritnya adalah Umar bin Khatab sahabat Rasulullah Shalallahu'alaihi wasalam yang waktu itu sudah tua. Ini menunjukkan betapa kualitas keimanan dan kekuatan ruhani Usamah menjadi salah satu ukuran yang dipertimbangkan Rasulullah Shalallahu'alaihi wasalam ketika menetapkan Usamah memimpin ekspedisi militer menghadapi kekuatan super power Romawi?

Namun Sang Pedang Malam, orang asia bernama Muhammad Al Fatih merontokkan super power Romawi pada 1453, agak unik. Beliau ahli shalat malam (tahajud), ahli qiyamul lail. Beliau selau kontak dengan energi terbesar di alam semesta ini, Allah Subhanahu'wa ta'ala. Beliau selalu taqarrub, mendekatkan diri kepada Allah Subhanahu wa ta'ala, Pemilik dan Penguasa Tunggal Alam semesta.

Sejak kecil  Sultan Muhammad Al Fatih dididik oleh seorang wali. Beliau tumbuh menjadi remaja yang memiliki kepribadian unggul. Beliau jadi Sultan, dalam usia 19 tahun menggantikan sang ayah.

Bagaimana sifat Sultan Muhammad Al Fatih sehingga beliau mampu memetik keberhasilan dalam hidupnya dengan sangat efektif, merebut benteng Konstantinopel yang kokoh itu. “sifatnya tenang, berani, sabar menanggung penderitaan, tegas dalam membuat keputusan dan mempunyai kemampuan mengawasi diri (self control) yang luar biasa. Kemampuanya dalam memimpin dan mengatur pemerintahan sangat menonjol.”

Sultan Muhammad Al Fatih sangat tegas terhadap musuh. Namun, lembut qolbunya bagai selembar sutra dalam menghadapi rakyat yang dipimpinnya. Kebiasaan Sultan Muhammad Al Fatih, unik. Beliau selalu berkeliling di malam hari, memeriksa kondisi teman dan rakyatnya. Sengaja beliau berkeliling untuk memastikan agar rakyat dan kawan-kawanya menegakkan shalat malam dan qiyamullail.

Qiyamul lail, shalat tahajud, inilah senjata utama Muhammad Al Fatih dalam mengarungi kehidupan di dunia yang fana ini. Inilah Pedang Malam, yang selalu diasahnya dengan tulus ikhlas dan khusuk, ditegakkan setiap malam.
Dengan pedang malam ini timbul energi yang luar biasa dari pasukan Muhammad Al Fatih. Sjarah mencatat Muhammad Al Fatih yang baru berusia 21 tahun berhasil menggapai sukses besar, menerobos benteng Konstantinopel, setelah dikepung beberapa bulan maka takluklah Konstantinopel.

Suatu hari timbul soal ketika pasukan islam hendak melaksanakan shalat jum’at yang pertama kali di kota itu.

 

“Siapakah yang layak menjadi imam shalat jum’at?” tak ada jawaban. Tak ada yang berani yang menawarkan diri ! lalu Muhammad Al Fatih tegak berdiri. Beliau meminta kepada seluruh rakyatnya untuk bangun berdiri.

 

Kemudian beliau bertanya. “ Siapakah diantara kalian yang sejak remaja, sejak akhil baligh hingga hari ini pernah meninggalkan meninggalkan shalat wajin lima waktu, silakan duduk!!” Subhanalloh……!!! Maha suci Allah ! tak seorangpun pasukan islam yang duduk. Semua tegak berdiri. Apa artinya? Itu berarti, tentara islam pimpinan Muhammad Al Fatih sejak masa remaja mereka hingga hari ini, tak seorangpun yang meninggalkan shalat fardhu. Tak sekalipun mereka melalaikan shalat fardhu. Luar biasa…..!!!!! !

Lalu Muhammad Al Fatih kembali bertanya: “ Siapa diantara kalian yang sejak baligh dahulu hingga hari ini pernah meninggalkan shalat sunah rawatib? Kalau ada yang pernah meninggalkan shalat sunah sekali saja silakan duduk!!!”. Sebagian lainya segera duduk. Artinya, pasuka islam sejak remaja mereka ada yang teguh hati, tidak pernah meninggalkan shalat sunah setelah maghrib, dua roka’at sebelu shubuh dan shalat rowatib lainaya. Namun ada yang pernah meninggalkanya. Betapa kualitas karakter dan keimanan mereka sebagai muslim sungguh bernilai tinggi, sungguh jujur, pasukan islam Al Fatih.

Dengan mengedarkan matanya ke seluruh rakyat dan pasukanya Muammad Al Fatih kembali berseru lalu bertanya: “ Siapa diantara kalian yang sejak masa akhil baligh sampai hari ini pernah meninggalkan shalat tahajud di kesunyian malam? Yang pernah meninggalkan atau kosong satu malam saja, silakan duduk!!”

 

Apa yang terjadi…???? Terlukislah pemandangan yang menakjubkan sejarawan barat dan timur. Semua yang hadir dengan cepat duduk!!” Hanya ada seorang saja yang tetap tegak berdiri. Siapakah dia??? dialah, Sultan Muhammad Al Fatih, sang penakluk benteng super power Byzantium Konstantinopel. Beliaulah yang pantas menjadi imam shalat jumat hari itu. Karena hanya Al Fatih seorang yang sejak remaja selalu mengisi butir-butir malam sunyinya dengan bersujud kepada Allah SWT, tidak pernah kosong/absen semalampun.

 

Dalam sejarah ditulis, bahwa pasukan Sultan Muhammad Al-Fatih tiba di kota Konstantinopel pada hari Kamis 26 Rabiul Awal 857 H atau 6 April 1453 M. Di hadapan tentaranya, Sulthan Al-Fatih lebih dahulu berkhutbah mengingatkan tentang kelebihan jihad, kepentingan memuliakan niat dan harapan kemenangan di hadapan Allah Subhana Wa Ta'ala. Dia juga membacakan ayat-ayat Al-Qur'an mengenainya serta hadis Nabi Shallallahu 'Alaihi Wasallam tentang pembukaan kota Konstantinopel. Ini semua memberikan semangat yang tinggi pada bala tentera dan lantas mereka menyambutnya dengan zikir, pujian dan doa kepada Allah Subhana Wa Ta'ala.

 

Sultan Muhammad Al-Fatih pun melancarkan serangan besar-besaran ke benteng Bizantium di sana. Takbir "Allahu Akbar, Allahu Akbar!" terus membahana di angkasa Konstantinopel seakan-akan meruntuhkan langit kota itu. Pada 27 Mei 1453, Sultan Muhammad Al-Fatih bersama tentaranya berusaha keras membersihkan diri di hadapan Allah Subhana Wa Ta'ala. Mereka memperbanyak shalat, doa, dan dzikir. Hingga tepat jam 1 pagi hari Selasa 20 Jumadil Awal 857 H atau bertepatan dengan tanggal 29 Mei 1453 M, serangan utama dilancarkan. Para mujahidin diperintahkan supaya meninggikan suara takbir kalimah tauhid sambil menyerang kota. Tentara Utsmaniyyah akhirnya berhasil menembus kota Konstantinopel melalui Pintu Edirne dan mereka mengibarkan bendera Daulah Utsmaniyyah di puncak kota. Kesungguhan dan semangat juang yang tinggi di kalangan tentara Al-Fatih, akhirnya berjaya mengantarkan cita-cita mereka.

 


Sejak abad kedelapan sahabat Rasulullah saw  berusaha merebut benteng ini. Salah satunya Abu Ayyub Al Anshari namun gagal. Baru setelah enam abad kemudian benteng itu berhasil direbut dibawah pimpinan Muhammad Al Fatih.Karena jasanya inilah beliau diberi gelar Al Fatih (sang pembuka) yaitu membuka kota Byzantium yang dulunya adalah Konstantinopel. Beliau adalah seorang pemberani, ahli strategi militer, juga istiqomah dalam shalat tahajudnya.

Itulah sebuah kisah sejarah yang sungguh indah dalam bungkai ketakwaan kepada Allah SWT. Kisah Pedang Malam yang merupakan rahasia sukses dari seorang pribadi penggubah sejarah, bernama Muhammad Al Fatih, orang asia asal Turki, yang baru berusia 21 tahun. Shalat Tahajud merupakan modal yang sangat penting untuk membangun kekuatan ruhiyah dalam kesuksesan Al Fatih dikemudian hari.
Sehingga islam jaya, berpendar-pendar cahayanya selama 500 tahun di bumi eropa sejak abad ke-15. Semuanya berasal dari Pedang Malam Al Fatih yang amat begitu luar biasa.

 

Keberadaan Muhammad Al-Fatih telah diprediksi oleh Rasulullah SAW dalam sabdanya: “Kota Konstantinopel akan jatuh ke tangan Islam. Pemimpin yang menaklukkannya adalah sebaik-baik pemimpin dan pasukan yang berada di bawah komandonya adalah sebaik-baik pasukan.[H.R. Ahmad bin Hanbal Al-Musnad 4/335].

 

Dalam hadist lain diriwayatkan, :”Aku mendengar baginda Rasulullah S.A.W mengatakan seorang lelaki soleh akan dikuburkan di bawah tembok tersebut & aku juga ingin mendengar derapan tapak kaki kuda yang membawa sebaik-baik raja yang mana dia akan memimpin sebaik-baik tentara seperti yang telah diisyaratkan oleh baginda" (Abu Ayyub al-Anshari)

 

Maasyaa Allah, Luar biasa……Sultan Muhammad Al Fatih (Sang Pembuka)……!!!!

 

Ya Allah, aku bermohon pada-Mu agar Engkau jadikan kami dan sahabat kami semua yang membaca artikel ini semua, menjadi ahli Tahajjud, ahli Qiyamul lail, seperti halnya Rasulullah dan Keluarganya, sahabatnya dan seperti Si Pedang Malam, Sultan Muhammad Al Fatih. Amiin.


Referensi: www.lampuislam.id
Facebook Page: www.facebook.com/riska.pratama.ardi

Kisah Ketaqwaan Nabi Danial 'Alaihissalam

 
Suatu saat, Raja Nebukadnezar[1] datang ke Baitul Maqdis dari negeri Syam. Dia membunuh orang-orang Bani Israil dan merebut secara paksa kota Baitul Maqdis serta menawan banyak orang dari mereka. Di antara mereka yang ditawan adalah Nabi Danial
Sebelumnya, Raja ini didatangi oleh para ahli nujum (peramal) dan orang-orang cendekia saat itu. Mereka mengatakan kepadanya, “pada malam ini dan ini, akan dilahirkan seorang bayi yang nantinya akan menghinakan dan menghancurkan kerajaanmu.”
Maka Raja itu bersumpah, “Demi Allah, tak ada seorang bayi pun yang lahir pada malam itu kecuali akan aku bunuh.” (Maka mereka membunuh semua bayi yang lahir) kecuali Danial; mereka membawa dan membuangnya ke hutan yang terdapat singa di dalamnya. Maka (ada) singa jantan dan singa betina (yang mendekatinya, dan keduanya hanya) menjilati Danial dan tidak menyakitinya.
Lalu datanglah ibu Danial, dan dia mendapatkan dua singa itu sedang menjilatinya, lalu Allah pun menyelamatkannya. Para cendekiawan daerah itu berkata, “Maka Danial mengukir pada batu cincinnya gambar dirinya beserta dua singa itu yang sedang menjilatinya, agar dia tidak lupa akan nikmat Allah yang telah diberikan kepadanya itu.” (Diriwayatkan oleh Ibnu Abi ad-Dunya dengan sanad hasan).
Dalam redaksi riwayat lain (disebutkan):
Jauh setelah Nabi Musa meninggal dunia, ada seorang nabi pada masa Bani Israil yang dipanggil Danial ‘alaihissalam. Dia didustakan oleh kaumnya, bahkan akhirnya dia diciduk oleh raja (yang berkuasa saat itu) dan dilemparkan ke hadapan beberapa ekor singa yang sengaja dibuat lapar di dalam sebuah sumur.
Tatkala Allah ta’ala melihat bagusnya tawakalnya dan kesabarannya demi menuntut sesuatu yang ada di sisiNya, maka Allah mencegah mulut-mulut singa itu untuk memangsanya bahkan sampai Danial berdiri dengan kedua kakinya di atas kepala singa-singa yang sudah tunduk dan tidak lagi membahayakan itu. Kemudian Allah ta’ala mengirim Irmiya dari Syam sehingga Danial dapat terbebas dari kesulitan ini dan menumpas orang yang ingin membinasakan Danial.
Dari Abdullah bin Abi al-Hudail, dia berkata, “Nebukadnezar telah melatih dua singa untuk berburu dan meletakkannya di dalam sebuah sumur. Kemudian dia menggiring Danial dan melemparkannya pada binatang tersebut. Tetapi kedua singa itu tidak menerkamnya. Maka Danial tinggal di dalam sumur dalam jangka waktu yang dikehendaki Allah. Lalu dia ingin makan clan minum sebagaimana manusia lainnya. Maka Allah ta’ala memerintahkan melalui wahyu kepada Irmiya[3] yang saat itu berada di Syam, untuk menyediakan makanan dan minuman untuk Danial. Maka dia berkata, ‘Ya Rabbi, aku sekarang berada di tanah suci (Baitul Maqdis), sementara Danial berada di kota Babilonia di tanah Irak.’ Lalu Allah mewahyukan lagi kepadanya, ‘Siapkanlah apa yang telah Aku perintahkan kepadamu; karena Aku akan kirim utusan yang akan membawamu ke sana beserta apa yang kau persiapkan.’ Akhirnya Yeremia pun melaksanakan perintah tersebut dan Allah mengirim utusan yang membawanya serta makanan yang dipersiapkannya, hingga dia sampai di depan mulut sumur tersebut. Lalu Danial berkata, ‘Siapa ini?’
Yeremia menjawab, ‘Aku Irmiya.’
 
Danial berkata, ‘Kenapa kau datang kemari?’
Irmiya menjawab, ‘Aku diutus oleh Tuhanmu untuk menemuimu.’
Danial berkata, “Apakah Dia menyebut namaku?” Irmiya menjawab, ‘Ya.’
Danial berkata, ‘Segala puji bagi Allah yang tidak melupakan orang yang mengingatNya. Segala puji bagi Allah yang tidak pernah mengecewakan orang yang berharap kepadaNya. Segala puji bagi Allah yang barangsiapa bertawakal kepadaNya, niscaya Dia akan memberi kecukupan kepadanya. Segala puji bagi Allah yang barangsiapa menaruh kepercayaan penuh kepadaNya, niscaya tidak akan Dia pasrahkan urusannya pada yang lain. Segala puji bagi Allah yang telah membalas kebaikan dengan kebaikan dan membalas keburukan dengan ampunan. Segala puji bagi Allah yang telah membalas kesabaran dengan keselamatan. Segala puji bagi Allah yang telah menyingkap kesulitan kita setelah ditimpa musibah. Segala puji bagi Allah, Dia-lah yang kami percayai, ketika kami berprasangka buruk atas amalan-amalan kami. Segala puji bagi Allah, Dia-lah harapan kami, ketika semua cara tertutup di hadapan kami.”
Foot Note:
[1] Nebukadnezar (604-561 SM), Raja Babilonia, dia menyerang Mesir, menaklukkan kota Yerussalem (al-Quds), dan membakarnya, serta menampung keluarga Judas di Babilonia (al-Munjid).
[2] Nabi Danial adalah pemilik Kitab Danial, yaitu salah satu kitab Perjanjian Lama. Dia seorang pahlawan kenabian Danial. Catatan Nasrani Wasik menempatkannya sebagai salah seorang dari empat nabi besar. Lihat al-Munjid dan al-Bidayah wa an-Nihayah, 2/36-38. Para sahabat telah menemukan kuburannya dan hal-hal yang berkaitan dengannya pada saat pembebasan negeri-negeri di masa Umar bin al-Khaththab
[3] Irmiya (Yeremia) adalah salah seorang dari empat pembesar Nabi-nabi Bani Israil. Dia mendapatkan kenabian sebelum punahnya kerajaan Judas dan banyak mendapat tekanan dari pihak kerajaan.

Selasa, 21 November 2017

Menjawab tuduhan Nabi Muhammad Meninggal Diracun Wanita Yahudi


Seorang Kristen Menuduh:

1) Kalau dia mengada-adakan perkataan awlohnya, maka biarlah urat nadinya terpotong

    Qs. 69:44-47
    (44) Seandainya dia (Muhammad) mengada-adakan sebagian perkataan atas (nama) Kami,
    [45] Niscaya benar-benar kami pegang dia pada tangan kanannya.
    [46] Kemudian benar-benar Kami potong urat tali jantungnya.
    [47] Maka sekali-kali tidak ada seorang pun dari kamu yang dapat menghalangi (Kami), dari pemotongan urat nadi itu.

Dan ini pengakuan Muhammad di akhir hidupnya:

    Hadis Sahih Bukhari Volume 5, Book 59, Number 713:
    Dikisahkan oleh Aisha:
    Pada waktu sakitnya sebelum dia mati, sang Nabi sering mengatakan, "Wahai Aisha! Aku masih merasa kesakitan karena daging yang kumakan di Khaybar, dan sekarang aku merasa urat nadiku dipotong oleh racun itu."

    Tabaqat Ibn Sa'd, halaman 252
    Rasul Allah hidup sampai tiga tahun setelah itu sampai racun itu menyebabkan rasa sakit sehingga ia wafat. Selama sakitnya dia biasa berkata, “Aku tidak pernah berhenti mengamati akibat dari daging (beracun) yang kumakan di Khaibar dan aku menderita beberapa kali (dari akibat racun itu) tapi sekarang kurasa tiba saatnya batang nadiku terputus.”

Itu adalah pengakuan paling jujur yang pernah Muhammad sampaikan kepada Aisyah, bahwa dirinya adalah seorang nabi palsu yang suka mengada-adakan perkataan awlohnya (mengarang ayat palsu untuk kepentingan dirinya) sesuai dengan sesumbarnya sendiri lewat QS 69:44-47.



Jawaban : 

Anda seolah-olah ingin mengkorelasi dalil tersebut, padahal ayat (qur’an), hadist, dan sirah  di atas tidak ada hubungannya sama sekali dengan tuduhan yang mengatakan bahwa Muhammad nabi palsu.
Akan tetapi ayat tersebut (69:44-47), menegaskan bahwa Alqur’an itu adalah benar-benar wahyu Allah, bukan sebuah syair, dan bukan pula perkataan tukang tenung (sihir), apalagi perkataan nabi Muhammad sendiri.

Dalil itu menjadi penegasan buat beliau (Muhammad SAW), bahwa dirinya tidak punya kuasa untuk menambah, mengurangi, maupun mengubah kandungan risalah Allah SWT selain mengikuti  dan menyampaikan apa yang telah diwahyukan kepadanya.

” …dan tiadalah yang diucapkannya itu (Al-Quran) menurut kemauan hawa nafsunya.  Ucapannya itu tiada lain hanyalah wahyu yang diwahyukan (kepadanya). “(QS.53: 3-4)

Bahwa yang menjadi azbabun nuzul ayat tersebut juga diterangkan dalam tafsir Ibnu Katsir, disitu dijelaskan bahwa, orang-orang musyrik tidak percaya bahwa kitab yang datang kepada Muhammad itu adalah datangnya dari Allah.
Nabi SAW bersabda: Seandainya saya berdusta atas-Nya, niscaya Dia akan mengutukku sebagaimana firman Allah: (Lebih detailnya adalah sebagai berikut, dimulai dari ayat 38 hingga ayat 52.)

Surah Al-Haqqah:


38. Maka Aku bersumpah dengan apa yang kamu lihat.
39. Dan dengan apa yang tidak kamu lihat.
40. Sesungguhnya Al Quran itu adalah benar-benar wahyu (Allah yang diturunkan kepada) Rasul yang mulia,
41. dan Al Quran itu bukanlah perkataan seorang penyair. Sedikit sekali kamu beriman kepadanya.
42. Dan bukan pula perkataan tukang tenung. Sedikit sekali kamu mengambil pelajaran daripadanya.
43. Ia adalah wahyu yang diturunkan dari Tuhan semesta alam.
44. Seandainya dia (Muhammad) mengadakan sebagian perkataan atas (nama) Kami,
45. niscaya benar-benar Kami pegang dia pada tangan kanannya.
46. Kemudian benar-benar Kami potong urat tali jantungnya.
47. Maka sekali-kali tidak ada seorangpun dari kamu yang dapat menghalangi (Kami), dari pemotongan urat nadi itu.
48. Dan sesungguhnya Al Quran itu benar-benar suatu pelajaran bagi orang-orang yang bertakwa.
49. Dan sesungguhnya Kami benar-benar mengetahui bahwa di antara kamu ada orang yang mendustakan(nya).
50. Dan sesungguhnya Al Quran itu benar-benar menjadi penyesalan bagi orang-orang kafir (di akhirat).
51. Dan sesungguhnya Al Quran itu benar-benar kebenaran yang diyakini.
52. Maka bertasbihlah dengan (menyebut) nama Tuhanmu Yang Maha Besar.

Pada riwayat lain, tatkala Nabi SAW menerima usul dari seorang ketua musryikin Quraisy supaya beliau menukar bunyi ayat-ayat Alqur’an, lalu Allah menurunkan firmanNya kepada beliau yang berbunyi:

Dan apabila dibacakan kepada mereka ayat-ayat Kami yang nyata, orang-orang yang tidak mengharapkan pertemuan dengan Kami berkata: “Datangkanlah Al Quran yang lain dari ini atau gantilah dia”. Katakanlah: “Tidaklah patut bagiku menggantinya dari pihak diriku sendiri. Aku tidak mengikut kecuali apa yang diwahyukan kepadaku. Sesungguhnya aku takut jika mendurhakai Tuhanku kepada siksa hari yang besar (kiamat)”. (Yunus: 15)

Dengan ayat-ayat tersebut, jelaslah bahwa Nabi SAW tidak pernah mengatakan apa yang tidak diwahyukan oleh Allah. Jadi, apa-apa yang beliau katakan (bacakan) kepada para pengikutnya itu sekali-kali bukan dari kemauan beliau sendiri, tetapi wahyu dari Allah semata. Dan jika Nabi SAW membuat perkataan-perkatan yang dilakukan atas nama Allah, niscaya Allah memurkai beliau dan sudah tentu pada waktu itu juga beliau dipotong urat leher atau urat jantungnya hingga mati dalam kebinasaan.

Sampai detik ini bahkan hingga akhir zaman nanti, tidak ada yang bisa membuktikan Muhammad bukan seorang Nabi, kecuali hanya berdasarkan pada asumsi, kedengkian serta kebenciannya alan kebenaran Islam sebagai jalan jalan yang lurus.

Sebaliknya, sampai detik ini bahkan hingga akhir zaman nanti, sosok seorang Isa Al-Masih/Yesus, hanyalah sosok yang kontroversial di kalangan umat Kristen itu sendiri, apakah ia seorang Tuhan atau hanyalah seorang hamba saja. Dan turunnya ia di akhir zaman nanti, adalah sebagai penjelasan kepada mereka  bahwa umat yang menuhankannya selama ini telah keliru, ditipu Paulus, dan melestarikan kebodohan itu sejak 2000 tahun lalu.

Adapun perihal makanan beracun dengan merujuk pada Tabaqat Ibn Sa’d halaman 249 yang mana tuduhan anda mengatakan “Muhammad nabi Palsu karena mati akibat diracuni wanitaYahudi”,  adalah juga tuduhan yang mengada-ngada dan sangat sarat dengan kebencian ajaran anda akan Islam sebagai agama yang diridhai oleh Tuhan Semesta Alam.

Dan riwayat yang dikutip tersebut–oleh penuduh– tidak dicantumkan secara lengkap dimana ia hanya mengutipnya pada bagian-bagian kalimat yang tertentu saja. Bahwa dari kejadian tersebut, Nabi SAW memang benar-benar TERBUKTI sebagai SEORANG NABI, yakni,  Rasulullah SAW tahu bahwa daging tersebut disusupi racun.

“Sesungguhnya, tulang daging ini memberitahukan kepadaku bahwa ia beracun.”

Cerita ini agak panjang, tapi ringkasnya adalah wanita yang mencoba menyusupi racun tersebut, yakni Zainab binti Harits (Istri Sallam bin Misykam-pahlawan kaum yahudi yang mati dibunuh oleh tentara kaum muslimin) akhirnya masuk Islam karena kebenaran tersebut.  Ia (Zainab binti Harits) berkata dalam pengakuannya;

“Sayalah yang melakukan itu, sebab aku ingin tahu apakah kamu benar-benar seorang nabi, yang jika memang benar maka racun ini tidak akan mengganggumu, dan jika kamu ternyata seorang nabi palsu, maka aku akan dapat membebaskan masyarakat dari dirimu.” (Cuma sampai disini yang anda kutip),

Berikut lanjutannya:

“…Dan ternyata MEMANG BENAR engkau seorang nabi, daging tersebut memberi kabar kepadamu bahwa ia beracun, maka dengarlah bahwa saya bersaksi ‘Tiada Tuhan Selain Allah, dan Engkau Muhammad benar-benar utusan Tuhan”.  Zainab binti Harist pun masuk Islam karena kebenaran itu dan juga berdasarkan kemauannya sendiri.

Secara logika:

Racun yang dibubuhi termasuk sangat ganas, terbukti sahabat nabi, Bisyr ibnul Barra bin Ma’ruf yang ikut makan pada waktu itu, meninggal seketika. Sedangkan nabi SAW tidak jadi memakannya, malah memuntahkannya kembali. Bahkan dalam kitab tarikh, Umar r.a berkata kepada beliau:

“Demi ibu-bapakku wahai Rasul! Sungguh, andaikan Isa putra Maryam telah dikarunai oleh Allah kemampuan untuk dapat menghidupkan kembali orang mati, namun apakah hal itu lebih menakjubkan ketimbang DAGING KAMBING YANG DIRACUNI dan telah digoreng, KETIKA IA BERBICARA DENGANMU LEWAT PAHANYA, “JANGANLAH ENGKAU MEMAKANKU, KARENA AKU BERACUN!”

Selain itu beliau juga masih tetap berdakwah seperti biasanya ± empat tahun lamanya (628 M/ 7 H – 632 M /9 H ) pasca percobaan peracunan makanan beliau oleh wanita Yahudi tersebut. Apakah masuk akal jika beliau wafat karena racun tersebut yang jangkanya terpaut empat tahun lamanya? 

Oleh Surya Yaya dari faithfreedom.muslim-menjawab.com

Menjawab Tuduhan Allah Menipu Manusia dalam Al-Qur'an

Syubhat yang satu ini memang cukup menyebar luas dikalangan orang-orang non-muslim, mereka mengatakan bahwa Allah swt Adalah tuhan Maha Penipu, dengan mengutip surat dalam Al-Quran,yakni : Qs Al-Imran [3] : 54.

Namun tuduhan dari rujukan para pendeta serta para missioris Kristen ini adalah suatu yang tidak masuk akal, Percayalah tidak ada satupun ayat dalam al-quran dan al-hadist yang menyatakan bahwa allah adalah "Tuhan Maha Penipu/Pembuat tipuan", Marilah kita melihat konteks ayatnya dalam al-quran, Sbb :
Orang-orang kafir itu membuat tipu daya, dan Allah MEMBALAS tipu daya mereka itu. Dan Allah sebaik-baik PEMBALAS tipu daya. (Qs Al-Imran [3] : 54)
Dalam ayat itu sengaja saya besarkan "Pembalas/Membalas" yang berarti Tipuan membalas tipuan, Dalam ayat itu sudah jelas bahwa allah sebaik-baikya pembalas tipu daya orang-orang kafir. lalu bagaimana memahami ayat itu lebih jelas.? Untuk itu marilah kita simak penjelasan Ibnu Katsir dalam Kitab Tafsirannya, Sbb :

Seperti kisah Nabi Isa A.S yang ditolong Allah dalam sergapan segolongan orang-orang terkemuka Bani Israil dalam rencana mereka yang hendak membinasakan Nabi Isa a.s. Mereka bertujuan ingin menimpakan kejahatan terhadapnya dan menyalibnya. Mereka semuanya bergabung untuk menentangnya dan menghasutnya ke hadapan raja di masa itu yang kafir. Mereka menyampaikan berita hasutan kepada si raja bahwa di sana ada seorang lelaki yang menyesatkan orang-orang banyak, menghalang-halangi mereka untuk taat kepada raja, merusak rakyat serta memecah-belah antara seorang ayah dan anaknya; dan hasutan-hasutan lainnya yang biasa mengakibatkan sanksi yang berat bagi pelakunya. Mereka melemparkan tuduhan terhadap Nabi Isa sebagai seorang pendusta, dan bahwa dia adalah anak zina.

Hal tersebut membangkitkan kemarahan si raja, lalu ia mengirimkan orang-orangnya untuk menangkap dan menyalibnya serta menyiksanya. Ketika mereka mengepung rumah Nabi Isa dan mereka menduga pasti dapat menangkapnya, maka Allah menyelamatkan Nabi Isa dari sergapan mereka. Allah mengangkatnya dari atap rumah tersebut ke langit. Kemudian Allah memiripkan rupa seorang lelaki yang ada di dalam rumah tersebut dengan Nabi Isa a.s.

Ketika mereka masuk ke dalam rumah itu, mereka menduga lelaki tersebut sebagai Nabi Isa dalam kegelapan malam, lalu mereka menangkapnya dan menghinanya serta menyalibnya, lalu meletakkan duri di atas kepalanya.Hal tersebut merupakan tipu daya dari Allah terhadap mereka, karena Dia akan menyelamatkan Nabi-Nya dan mengangkatnya dari hadapan mereka ke langit, serta meninggalkan mereka bergelimangan di dalam kesesatan. Mereka menduga bahwa mereka telah berhasil mencapai sasarannya. Dan Allah menempatkan di dalam hati mereka kekerasan dan keingkaran terhadap perkara yang hak. Hal ini melekat di hati mereka, dan Allah menimpakan kepada mereka kehinaan yang tidak pernah lekang dari diri mereka sampai hari kiamat nanti.

Allah Berfirman dalam Al-Quran :
Orang-orang kafir itu membuat tipu daya, dan Allah membalas tipu daya mereka itu. Dan Allah sebaik-baik pembalas tipu daya" (Qs Al-Imran [3] : 54).

Catatan :

Sosok Laki-laki yang dijelaskan oleh ibnu katsir adalah Seorang Murid Nabi isa As yang bernama yudas iskarius yang berkhianat oleh nabi isa as dan telah menjadi pengikut orang-orang kafir dari bani israil. ketika Allah menolong Nabi Isa as dari sergapan orang-orang kafir dari bani israil lalu allah menyerupakan wajah yudas iskarius dan yudas iskariuspun ditangkap oleh bani israil dan menyalibnya.
dan karena ucapan mereka: "Sesungguhnya Kami telah membunuh Al Masih, Isa putra Maryam, Rasul Allah", padahal mereka tidak membunuhnya dan tidak (pula) menyalibnya, tetapi (yang mereka bunuh ialah) orang yang diserupakan dengan 'Isa bagi mereka. Sesungguhnya orang-orang yang berselisih paham tentang (pembunuhan) Isa, benar-benar dalam keragu-raguan tentang yang dibunuh itu. Mereka tidak mempunyai keyakinan tentang siapa yang dibunuh itu, kecuali mengikuti persangkaan belaka, mereka tidak (pula) yakin bahwa yang mereka bunuh itu adalah Isa. (Qs An-Nisa [4] : 157)
 

5 Calon Penyakit Pelaku Penyimpang Sexual (LGBT)

lesbian, gay, biseksual, dan transgender

Allah 'Azza wa Jalla berfirman:
Maha Suci Tuhan yang telah menciptakan pasangan-pasangan semuanya, baik dari apa yang ditumbuhkan oleh bumi dan dari diri mereka maupun dari apa yang tidak mereka ketahui. (QS Yasin:36)
Dilihat dari jenis kelamin, manusia dapat dibagi menjadi dua yaitu laki-laki dan perempuan. Normalnya, pria menyukai wanita begitu juga sebaliknya. Terus LGBT gak normal donk? Ya, tidak normal. Kenapa kok tidak normal? Ya karena bukan pasangannya.
Pernah lihat hewan melakukan hubungan sejenis gak? Gak pernah ya? Kenapa kok gak pernah? Bukannya manusia lebih pinter dari pada hewan?
Terus, buat apa ya Allah menciptakan perempuan untuk kaum homoseksual begitu juga sebaliknya? Padahal, Allah menciptakan sesuatu itu pasti ada manfaatnya.
Oke, kembali ke laptop judul. Pelaku LGBT beresiko besar terkena beberapa penyakit berikut ini:

1. AIDS
Menurut survei yang dilakukan oleh salah satu lembaga Amerika Serikat yang bernama Centers for Diseas Control and Prevention pada tahun 2000 bahwa mayoritas penderita penyakit AIDS adalah mereka yang memiliki orientasi seks homoseksual.
2. Kanker lubang anus
Penyakit ini disebabkan pemakaian cairan pelican pada anus yang dalam jangka tertentu mengakibatkan kanker.
3. Sifilis
Indikasi penyakit ini adalah munculnya luka bernanah di sekitar kemaluan, infeksi pada liver, usus, lambung tenggorokan, paru-paru, dan testis. Ditambah dengan penyakit pada jantung dan saluran pembuluh darah, sehingga keduanya dapat menyebabkan kelumpuhan, penebalan saluran pembuluh darah, kebutaan, rasa nyeri pada dada, kondisi fisik yang terus memburuk, kanker lidah. Penyakit kadang juga dapat menyebabkan penyakit TBC.

4. Gonore
Gonore adalah kencing nanah. Penyakit ini juga disebut penyakit kelamin dengan penderita terbanyak di dunia. Menurut WHO, jumlah penderita penyakit Gonore 250 juta jiwa di tahun 1975. Penyakit ini mengakibatkan infeksi pada kelamin, yaitu luka bernanah yang bercampur dengan darah disertai dengan bau yang tidak enak/busuk.
Penyakit ini juga memiliki efek negatif bagi kesehatan yaitu:
  1. kemandulan
  2. penyempitan saluran kencing
  3. infeksi pada anus
  4. radang mulut (tenggorokan)
Selain keempat hal diatas, penderita juga akan mengalami nyeri dan panas saat buang air kecil. Daerah di sekitar lubang penis menjadi merah akibat peradangan. Lama kelamaan, radang tersebut akan menyebar ke kandung kemih setelah 10-14 hari. Akibatnya, kandung kemih mengalami hal yang sama sehingga penderita merasakan sakit dan panas yang bertambah ketika buang air kecil. Kondisi yang seperti ini juga dapat disertai dengan pusing, demam, dan nyeri disekujur tubuh.
5. Herpes
Laporan Kementerian  Kesehatan Amerika Serikat bahwasanya herpes termasuk penyakit yang belum ditemukan obatnya hingga saat ini, bahkan penyakit ini bahayanya melebihi penyakit kanker. Penyakit ini juga penyakit yang sangat ditakuti oleh pelaku seks menyimpang, termasuk LGBT.
Tanda penyakit ini adalah luka bernanah yang sangat parah berwarna merah, yang membesar dan menyebar secara cepat. Penyakit ini disebabkan oleh virus Herpes humanis. Virus ini menyebar melalui hubungan seks yang menyimpang, termasuk LGBT.
Kesimpulan
Saya harap pembaca dapat memahami akibat perilaku seks yang menyimpang. Akibat yang sangat buruk bagi kesehatan. Sudah dapat dosa plus nambah penyakit lagi. Tidak ada manusia yang ingin hidupnya sengsara. Kalau gak pengen sengsara dunia akhirat ya harus sehat dan rajin menambah pahala donk! Jangan kebalikannya....
Semoga kita semua dilindungi oleh Allah 'Azza wa Jalla dari perilaku seks haram dan menyimpang. Aamiin.
 
Referensi: www.lampuislam.id 

Jumat, 17 November 2017

Memahami Dua Kalimat Syahadat

Oleh: Akmal Sjafril || Twitter: twitter.com/malakmalakmal
Ada baiknya kita menengok kembali syahadatain kita. Syahadatain artinya dua kalimat syahadat. Pasti kita sudah hafal dengan dua kalimat ini. Syahadatain ini sangat istimewa di dalam Islam. Kita membacanya minimal sekali dalam setiap shalat. Selain dalam shalat, syahadatain dikumandangkan di seluruh muka bumi dalam bentuk adzan atau iqamat.

Dahulu pernah ada perdebatan mengenai metode cara memanggil orang untuk shalat. Ada usulan agar menggunakan terompet, meniru cara umat Yahudi pada masa itu. Ada juga usulan agar menggunakan loncen seperti cara umat Nasrani.
Rasulullah Shalallahu 'alaihi 'wasalam kemudian mensyariatkan adzan dan iqamat sebagaimana yang kita kenal hari ini. Demikianlah umat Islam dilatih hingga terbiasa untuk merespon kalimat-kalimat tauhid, termasuk syahadatain. Dengan demikian, syahadatain seharusnya menjadi kalimat yang sangat dekat dengan hati kita, jika kita memang beriman.
Kalimat syahadat yang pertama adalah kesaksian tentang satu-satunya Ilah, yaitu Allah Subhanahu 'wa 'ta'ala Adapun kalimat kedua adalah kesaksian tentang status Muhammad Shalallahu 'alahi 'wasalm sebagai utusan-Nya. Kedua kalimat ini tak bisa dipahami secara terpisah, karena keduanya adalah ‘satu paket’. Menyatakan bahwa Allah Subhanahu 'wa 'ta'ala adalah satu-satunya Ilah bagi kita menunjukkan penyerahan diri yang total. Perlu diingat, penyerahan diri yang dimaksud bukanlah sikap pasrah yang pasif. Sebab, berserah diri kepada Allah Subhanahu 'wa 'ta'ala adalah sama dengan kesediaan untuk menjalankan perintah-perintah-Nya.
Untuk membantu manusia memahami tugas-tugasnya sebagai hamba, Allah pun mengutus para Nabi dan Rasul. Para Nabi dan Rasul ini penting sekali, karena tanpa mereka kita tak mungkin memahami agama. Dalam Al-Qur’an ditegaskan bahwa Allah memang sengaja mengutus para Nabi dari golongan manusia, sebab hanya manusialah yang bisa mengajari manusia lainnya secara sempurna. Dalam hal mengendalikan hawa nafsu, misalnya, malaikat tak bisa mengajari manusia dengan sempurna. Sebab, malaikat itu makhluk yang tidak punya hawa nafsu untuk durhaka kepada Allah. Mereka tidak bisa memberi contoh dalam hal ini. Malaikat juga tidak bisa mengajari manusia caranya menahan amarah, mengobati hati yang sedih, dll.
Dalam proses turunnya wahyu, Malaikat Jibril hanya mengajarkan bacaan-bacaan. Adapun pemahamannya langsung dari Allah. Itulah sebabnya ketika wahyu turun, seolah-olah pemahaman itu langsung ditanamkan dalam benak Rasulullah s.a.w. Oleh karena itu, kesaksian tentang status Muhammad s.a.w sebagai Rasul sangatlah penting karena beliau adalah acuan kita.
Para sahabat menerima wahyu yang langsung disampaikan oleh Rasulullah Shalallahu 'alahi 'wasalam, tapi adakalanya mereka salah paham. Misalnya, ada yang puasa setiap hari di luar Ramadhan, shalat sepanjang malam, bertekad tidak menikah, dll. Rasulullah Shalallahu 'alahi 'wasalm kemudian menegurnya, karena hal-hal tersebut dipandang berlebihan dalam agama.
Inilah peran sentral para Nabi dan Rasul, karena mereka menjadi teladan bagi umatnya. Rasulullah Shalallahu 'alaihi 'wasalam juga bertugas mengawasi para sahabatnya agar tidak salah dalam mengamalkan ajaran Islam. Jika tidak mencontoh Rasulullah Shalallahu 'alaihi 'wasalam, maka jangan mengaku-ngaku sebagai umatnya. Dan karena Rasulullah s.a.w adalah utusan Allah, maka ketidakpatuhan padanya adalah pembangkangan pada Allah.
Kaum orientalis dahulu biasa menyebut Islam dengan sebutan “Mohammedanism.” Ini bersumber dari kesalahpahaman. Lantaran kita mengikuti beliau, kita disangka menyembah beliau. Padahal, kepatuhan kita pada beliau adalah konsekuensi dari penyerahan diri kepada Allah. Penyerahan diri (kepada Allah) yang benar adalah yang mengikuti keteladanan Rasulullah Shalallahu 'alaihi 'wasalam. Mengurangi syariat yang beliau ajarkan adalah kecurangan, dan menambahkannya adalah berlebihan.
Allah Subhanahu 'wa 'ta'ala, menciptakan mekanisme “ma’shum” untuk menghilangkan keraguan terhadap Rasulullah s.a.w. Mekanisme ini menjaga Rasulullah Shalallahu'alaihi 'wasalam dari segala kesalahan. Ini bukan berarti beliau tak pernah salah. Namun jika beliau keliru, langsung dikoreksi oleh Allah (lihat Qs. ‘Abasa). Koreksi-koreksi yang dilakukan langsung oleh Allah ini justru membuktikan bahwa Rasulullah Shalallahu'alaihi 'wasalam memang dijaga dari kesalahan.
Dengan demikian, umat Islam meyakini bahwa ajaran beliau pastilah benar, meskipun kita belum paham hikmah dan tujuannya. Hikmah lainnya, kita pun dapat belajar cara mengoreksi kesalahan sendiri dengan meneladani RasulullahShalallahu'alaihi 'wasalam
Dengan kedalaman makna yang demikian, kita dapat memahami mengapa syahadatain menjadi syarat bagi keislaman seseorang. Seorang muallaf boleh belajar shalat secara bertahap, pelan-pelan belajar shaum, tapi syahadatain-nya harus sempurna. Sebab, syahadatain inilah yang akan membedakan seorang Muslim dengan yang lainnya.
Tentu saja, syahadatain yang dimaksud di sini bukanlah sekedar ucapan di bibir, alias basa-basi. Syahadatain adalah ikrar komitmen kita terhadap Allah. Ibadah bisa disempurnakan seiring waktu, tapi komitmen kita harus ada sejak awal. Dari sini, kita bisa membedakan antara Muslim yang saleh, Muslim yang jahil, orang kafir yang baik, dan orang kafir yang jahat.
Islam menetapkan ukuran pembeda manusia, yaitu ketaqwaannya. Jadi, derajat kemuliaan setiap manusia tidak sama di hadapan Allah. Adapun level ketaqwaan diukur dari kehati-hatiannya. Orang bertaqwa bukanlah orang yang tidak pernah berbuat salah. Rasulullah Shalallahu'alaihi 'wasalam pun pernah salah, namun setiap kesalahannya selalu dikoreksi dengan sempurna. Itulah taqwa. Beliau juga senantiasa berhati-hati agar tidak melanggar aturan Allah. Ini juga bagian dari sifat taqwa.
Karena itu kita bisa membedakan antara Muslim yang saleh dan yang jahil. Yang saleh adalah yang berhati-hati, yang jahil adalah yang cuek. Tahu dan mengakui kewajiban shalat, tapi tidak dilaksanakan, itulah contoh perilaku Muslim yang jahil. Muslim yang baik tidak akan dengan sengaja melanggar perintah Allah. Kalau sesekali khilaf, dia langsung taubat.
Adapun orang kafir adalah yang tidak memiliki komitmen syahadatain. Mereka tidak tunduk pada Allah dan tidak mencontoh Rasulullah Shalallahu'alaihi 'wasalam. Orang kafir ada yang baik dan yang jahat. Yang baik adalah yang bisa bergaul dengan baik bersama kita, sesuai norma-norma yang wajar. Adapun orang kafir yang jahat adalah yang mengganggu dan memerangi umat Muslim. Yang ini harus dilawan.
Sekarang muncul pertanyaan: apakah orang kafir yang baik bukan main itu takkan dapat pahala? Sebaliknya, apakah Muslim yang jahil luar biasa itu akan tetap dianggap beriman? Kita dapat menggunakan ilustrasi seorang buruh pabrik yang sangat rajin, cermat kerjanya, dan jujur. Pada akhir bulan, hatinya berbunga-bunga akan menerima upah dari kerja kerasnya. Apa dinyana, ia malah dimarahi oleh staf HRD sebab ternyata ia bukan pegawai resmi di pabrik itu.
Sebaik-baiknya manusia, jika ia tidak berkomitmen menjadi hamba Allah, maka takkan dapat pahala dari Allah. Sederhananya: jika beramal bukan karena Allah, mengapa minta balasan dari Allah? Ini adalah bukti kasih sayang Allah. Yang Allah minta hanyalah pengakuan dari kita sebagai hamba-Nya. Apakah ini terlalu berat? Untuk segala kenikmatan yang kita peroleh, Allah hanya meminta pengakuan kita sebagai hamba-Nya.
Penyembah berhala seharusnya meminta balasan dari berhala-berhalanya, bukan dari Allah. Ini sesuai dengan logika. Sebaliknya, hamba Allah yang jahil, selama ia masih mengakui otoritas Allah, maka ia bisa mendapat pahala dari Allah. Namun, sudah barang tentu, karena kejahilannya, bisa jadi dosanya lebih banyak daripada pahalanya.
Di antara yang beriman dan yang kafir adalah orang-orang munafiq. Mereka mengaku beriman, padahal tidak. Mereka mengaku sebagai umat Muhammad Shalallahu'alaihi 'wasalam, namun syariatnya diabaikan. Mereka mengaku beriman pada Al-Qur’an, tapi hendak merevisinya. Mereka mengaku Muslim namun tidak tunduk patuh pada aturan agama. Mereka mengaku tunduk patuh namun bangga meninggalkan shalat Jum’at, bahkan mengumumkannya. Mereka mengaku beragama namun hendak mencampuradukkan kesalehan dan kemaksiatan.
Semoga pemahaman kita terhadap syahadatain semakin mendalam, agar kita tidak menjadi Muslim yang jahil, munafiq, atau kafir.
Referensi: www.lampuislam.id