Senin, 25 Januari 2016

Istri-Istri Rasulullah SAW



Kita tahu bahwa Nabi Muhammad beristri sembilan. Semuanya janda kecuali satu perawan, yaitu Aisyah. Mereka kita kenal sebagai Umahatul Mu’minin, sebagaimana tersebut dalam Al-Qur’an. Kemuliaan dan ketinggian serta kesucian mereka sudah tidak asing lagi, baik dalam pandangan Allah maupun di mata umat Islam.
Seperti telah disinggung sebelumnya, istri-istri Rasulullah ditempatkan di rumah atau kamar-kamar khusus bersebelahan dengan masjid yang dikenal dalam al-Qur’an dengan sebutan al-Hujuraat (kamar-kamar), yang kemudian menjadi nama bagi sebuah surat. Rasulullah berlaku adil terhadap mereka dalam hal nafkah lahir maupun batin. Diriwayatkan dari Aisyah,
Jika Rasulullah mau bepergian, beliau mengundinya. Barangsiapa yang keluar namanya, dialah yang mendampingi beliau. (Beliau) menggilir mereka bergantian setiap malam dan setiap hari.” (H.R. Muslim)

Anas bin Malik menceritakan, “Rasulullah mempunyai sembilan istri. Pada giliran seorang di antara mereka, istri-istri yang lain datang ke rumah istri yang mendapat giliran itu untuk bercengkrama. Aisyah biasanya berkata, ‘Ini Zainab, ini Shafiyyah, dan seterusnya.’” (Muttafaq ‘alaih). Rasulullah juga selalu bersyukur atas segala nikmat yang diberikan Allah sehingga setiap malam beliau selalu membangunkan istri-istrinya untuk shalat malam. Beliau memperhatikan perintah Allah,
Dan suruhlah olehmu keluargamu untuk shalat dan bersabarlah untuk itu. Kami tidak minta rezeki kepadamu, melainkan Kami yang memberi rezeki. Dan akhir dari sesuatu adalah bagi orang yang bertakwa.” (Qs. Thaahaa: 132)
Diriwayatkan oleh Aisyah, “Rasulullah sedang shalat, dan aku tidur telentang di sampingnya, kemudian aku dibangunkan untuk shalat.” (H.R. Bukhari)
Bahkan, sebagaimana diriwayatkan dari Abu Hurairah, Nabi Muhammad sangat menganjurkan agar suami istri saling membangunkan untuk shalat, walaupun harus membangunkannya dengan percikan air. Hal ini sebagaimana disabdakan oleh beliau, Allah merahmati suami yang bangun malam lalu shalat, kemudian membangunkan istrinya untuk shalat. Kalau tidak mau bangun, wajahnya ditetesi air. Begitu juga sebaliknya, istri membangunkan suaminya untuk shalat malam.” (H.R. Ahmad)
Selain itu, Nabi Muhammad juga sangat memperhatikan penampilan agar tampak menawan. Beliau selalu memakai minyak wangi, membawa sisir, dan siwak, serta selalu berhias kalau mau ke masjid. Karena bagaimanapun, penampilan jasmani (luar) akan membantu kebersihan ruhani. Beliau selalu menganjurkan siwak dan parfum sebagaimana dalam sabdanya, “Sekiranya tidak memberatkan umatku, niscaya kuperintahkan mereka untuk bersiwak setiap kali hendak shalat.” (H.R. Muslim)
Sebagaimana diceritakan oleh Hudzaifah, Nabi Muhammad setiap bangun tidur selalu bersiwak (H.R. Muslim). Begitu juga ketika hendak masuk rumah, beliau tidak lupa bersiwak sebagaimana yang diriwayatkan oleh Syuraih bin Hani dari Aisyah (H.R. Muslim). Selesai bersiwak, sambil masuk rumah, beliau berdo’a, “Dengan nama Allah aku masuk, dan dengan nama-Nya aku keluar, dan kepada-Nya aku bertawakal.” Kemudian beliau mengucapkan salam kepada keluarganya.” (H.R. Abu Daud)
Marilah kita budayakan kebersihan, ketentraman, keindahan, dan kenyamanan sebagaimana yang diajarkan Rasulullah.


Referensi: Abdul Malik Ibnu M. al-Qasim (2000). Sehari di Rumah Rasulullah. Jakarta: Gema Insani
referensi blog: www.lampuislam.blogspot.com
page facebook: www.facebook.com/riska.pratama.ardi

Tidak ada komentar:

Posting Komentar