Kita tahu bahwa Nabi Muhammad beristri sembilan. Semuanya janda kecuali satu perawan, yaitu Aisyah. Mereka kita kenal sebagai Umahatul Mu’minin, sebagaimana tersebut dalam Al-Qur’an. Kemuliaan dan ketinggian serta kesucian mereka sudah tidak asing lagi, baik dalam pandangan Allah maupun di mata umat Islam.
Seperti
telah disinggung sebelumnya, istri-istri Rasulullah ditempatkan di rumah atau
kamar-kamar khusus bersebelahan dengan masjid yang dikenal dalam al-Qur’an
dengan sebutan al-Hujuraat
(kamar-kamar), yang kemudian menjadi nama bagi sebuah surat. Rasulullah berlaku
adil terhadap mereka dalam hal nafkah lahir maupun batin. Diriwayatkan dari
Aisyah,
“Jika Rasulullah mau bepergian, beliau
mengundinya. Barangsiapa yang keluar namanya, dialah yang mendampingi beliau.
(Beliau) menggilir mereka bergantian setiap malam dan setiap hari.” (H.R. Muslim)
Anas
bin Malik menceritakan, “Rasulullah mempunyai sembilan istri. Pada giliran
seorang di antara mereka, istri-istri yang lain datang ke rumah istri yang
mendapat giliran itu untuk bercengkrama. Aisyah biasanya berkata, ‘Ini Zainab,
ini Shafiyyah, dan seterusnya.’” (Muttafaq ‘alaih). Rasulullah juga selalu
bersyukur atas segala nikmat yang diberikan Allah sehingga setiap malam beliau
selalu membangunkan istri-istrinya untuk shalat malam. Beliau memperhatikan
perintah Allah,
“Dan suruhlah olehmu keluargamu untuk shalat
dan bersabarlah untuk itu. Kami tidak minta rezeki kepadamu, melainkan Kami
yang memberi rezeki. Dan akhir dari sesuatu adalah bagi orang yang bertakwa.”
(Qs. Thaahaa: 132)
Diriwayatkan
oleh Aisyah, “Rasulullah sedang shalat,
dan aku tidur telentang di sampingnya, kemudian aku dibangunkan untuk shalat.”
(H.R. Bukhari)
Bahkan,
sebagaimana diriwayatkan dari Abu Hurairah, Nabi Muhammad sangat menganjurkan
agar suami istri saling membangunkan untuk shalat, walaupun harus
membangunkannya dengan percikan air. Hal ini sebagaimana disabdakan oleh
beliau, “Allah merahmati suami yang bangun malam lalu
shalat, kemudian membangunkan istrinya untuk shalat. Kalau tidak mau bangun,
wajahnya ditetesi air. Begitu juga sebaliknya, istri membangunkan suaminya
untuk shalat malam.” (H.R. Ahmad)
Selain
itu, Nabi Muhammad juga sangat memperhatikan penampilan agar tampak menawan. Beliau
selalu memakai minyak wangi, membawa sisir, dan siwak, serta selalu berhias
kalau mau ke masjid. Karena bagaimanapun, penampilan jasmani (luar) akan
membantu kebersihan ruhani. Beliau selalu menganjurkan siwak dan parfum
sebagaimana dalam sabdanya, “Sekiranya
tidak memberatkan umatku, niscaya kuperintahkan mereka untuk bersiwak setiap
kali hendak shalat.” (H.R. Muslim)
Sebagaimana
diceritakan oleh Hudzaifah, Nabi Muhammad setiap bangun tidur selalu bersiwak (H.R. Muslim). Begitu juga ketika
hendak masuk rumah, beliau tidak lupa bersiwak sebagaimana yang diriwayatkan
oleh Syuraih bin Hani dari Aisyah (H.R.
Muslim). Selesai bersiwak, sambil masuk rumah, beliau berdo’a, “Dengan nama Allah aku masuk, dan dengan
nama-Nya aku keluar, dan kepada-Nya aku bertawakal.” Kemudian beliau mengucapkan
salam kepada keluarganya.” (H.R. Abu
Daud)
Referensi: Abdul Malik Ibnu M. al-Qasim
(2000). Sehari di Rumah Rasulullah. Jakarta: Gema Insani
referensi blog: www.lampuislam.blogspot.compage facebook: www.facebook.com/riska.pratama.ardi
Tidak ada komentar:
Posting Komentar