Rabu, 14 September 2016

[for ladies] Berpakaian tapi Telanjang

Banyak perempuan yang memakai kerudung tapi masih menampakkan auratnya. Contohnya seperti memakai celana street (pensil), memakai pakaian yang membentuk lekuk tubuh, dll.

Bantulah para pria menjaga pandangannya dengan menutup auratmu secara keseluruhan, jangan hanya setengah-setengah.

Jika engkau minta diperhatikan, mintalah pada Allah untuk memperhatikanmu. Jika engkau minta diperhatikan, mintalah juga pada kedua orang tuamu untuk memperhatikanmu.

Dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu, beliau berkata bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:


صِنْفَانِ مِنْ أَهْلِ النَّارِ لَمْ أَرَهُمَا قَوْمٌ مَعَهُمْ سِيَاطٌ كَأَذْنَابِ الْبَقَرِ يَضْرِبُونَ بِهَا النَّاسَ وَنِسَاءٌ كَاسِيَاتٌ عَارِيَاتٌ مُمِيلاَتٌ مَائِلاَتٌ رُءُوسُهُنَّ كَأَسْنِمَةِ الْبُخْتِ الْمَائِلَةِ لاَ يَدْخُلْنَ الْجَنَّةَ وَلاَ يَجِدْنَ رِيحَهَا وَإِنَّ رِيحَهَا لَيُوجَدُ مِنْ مَسِيرَةِ كَذَا وَكَذَا

“Ada dua golongan dari penduduk neraka yang belum pernah aku lihat: Suatu kaum yang memiliki cambuk seperti ekor sapi untuk memukul manusia dan para wanita yang berpakaian tapi telanjang, berlenggak-lenggok, kepala mereka seperti punuk unta yang miring. Wanita seperti itu tidak akan masuk surga dan tidak akan mencium baunya, walaupun baunya tercium selama perjalanan sekian dan sekian.” (HR. Muslim no. 2128)

Wahai para wanita, tidakkah engkau takut dengan ancaman ini?

Referensi: www.lampuislam.org
Facebook Page: www.facebook.com/riska.pratama.ardi

Rabu, 10 Agustus 2016

Kisah Penduduk Syurga yang Ingin Merokok





Artikel ini bersumber dari Ustadz Jamal Baagil, Batu, Malang, yang diambil melalui Facebook Ustadz Abrar Rifai.

Sebagaimana kita ketahui bahwa semua penduduk Surga akan dilayani semua kebutuhannya. Mau makanan apa saja ada. Kapan saja menginginkan sesuatu selalu terpenuhi. Nah, cerita seorang teman nih, namanya Pardi. Ia sekarang sudah di surga, berkirim kabar kepada teman-temannya di Dunia. Pardi ingin nasi rawon, sebagaimana kegemarannya dulu semasa di Dunia.

Baru saja rawon terbetik di benaknya, seketika rawon yang masih mengepul panasnya sudah terhidang di hadapannya. Berikutnya dia ingin sate. Rupanya Pardi dulu memang penggemar sate Madura. Sebagaimana rawon, sate pun segera terhidang rapi di hadapannya.

Masih berasap seperti baru diangkat dari panggangan. Walau sudah tahu berbagai balasan kenikmatan di surga bagi orang2 beriman, Pardi masih juga heran, dari mana datangnya rawon, sate dan semua makanan yang terhidang ini? Penasaran membuncah, akhirnya ia memberanikan diri bertanya pada malaikat Ridhwan, “Malaikat, gimana ceritanya ini kok semua makanan bisa seketika ada? Kapan masaknya ini?”

“Lho, ini di surga Mas, semuanya memang otomatis langsung ada. Gak pake lama, gak pake masak. Lha wong di surga. Gak ada api di sini.” jawab Malaikat Ridhwan meyakinkan. “Ooooo,” melongo Oiya.

Pardi semasa di dunia dulu adalah perokok berat. Maka kegemarannya merokok pun terbawa sampai ke surga. “Malaikat, aku mau minta Djisamsu!” “Owh, tenang. Djisamsu, surya 16, surya 12, marlboro, dunhil semuanya ada!” “Lho, sampean ini perokok juga to, kok hafal semua merek rokok?” “Owh, tidaaaaaaak! Aku ini malaikat, jelas aja tahu semua hal yang dilakukan manusia.” “Owh, iya, ya, yaaa... Iya wes, sekarang mana rokoknya?”
Belum usai Pardi menyampaikan permintaannya, satu bungkus rokok Djisamsu sudah ada di hadapannya. Pardi tersenyum senang. “Siiiiip! Nah gini dong, biar sedikit berasap nih mulut.” namun Pardi agak bersungut, “Lho koreknya mana ini?” “Sudah ku bilang tadi, semuanya ada di Surga kecuali api!” “Terus gimana dong, gimana saya bisa merokok ini kalau tidak ada api?” “Kalau kamu mau api, pergi aja ke Neraka!” “Lho, kok ke neraka?” “Iyah! Sebab api hanya ada di sana.” “Iya wes kalau gitu, aku mau main ke neraka dulu. Apa ini! di surga, tapi gak bisa merokok. Susah!”

Setelah pintu Surga dibuka, Pardi segera bergegas keluar, menuju Neraka. Sesampainya di sana, ia temui Malaikat Malik. “Assalamualaikum!” “Waalaikumussalam warahmatullahi wabarakatuh!” agak terkejut juga Malaikat Malik atas kedatangan Pardi. “Lah kamu, ada apa ke sini, bukankah kamu adalah penduduk Surga?” “Iya. Aku main aja ke sini. Gak enak juga lama2 di Surga, gak bisa rokok'an!” “Owh. Terus mau apa kamu ke sini?” “Ini...” Pardi menunjukkan sebatang Djisamsu, “mau minta api sebentar.” “Serius kamu?” “Iya, serius. Masa dua rius!” “Baiklah!” Malaikat Malik segera membuka pintu neraka. Tapi baru saja, pintu neraka sedikit dibuka, Pardi sudah pingsan. Sebatang Djisamsu yang dipegangnya seketika jadi abu. “Nah! Tuh kaaaan. Bawel sih!”

Malaikat Malik segera menyuruh sekelompol Malaikat untuk mengevakuasi Pardi ke tempat yang aman. Setelah Pardi siuman, ia segera balik ke Surga. Sesampai di depan pintu, Malaikat Ridhwan bertanya, “Gimana, sudah kamu rokok-annya?” “Boro2 merokok!” “Lha, terus?” “Gak wes, aku gak akan sekali2 lagi pergi ke neraka. Walau hanya menginjak halamannya!” “Terus maumu apa sekarang?” “Masuk Surga lagi dong. Kan memang tempatku di sini.” “Oke, oke, kamu boleh balik lagi ke Surga. Akan akan aku bukakan pintu. Tapi dengan satu syarat.....” “Syarat apa?” “No smoking!!!”

Referensi: www.lampuislam.org
Facebook Page: www.facebook.com/riska.pratama.ardi



Nasihat Rasulullah SAW Yang Membuat Mu'adz Bin Jabal Menangis




 Abdullah bin Al-Mubarak meriwayatkan dengan isnadnya dari seorang laki-laki, dimana laki-laki tersebut berkata kepada Mu’adz bin Jabal radhiyallahu ‘anhu: “Terangkanlah kepadaku suatu hadits yang engkau dengar dari Rasulullah shalallahu ‘alaihi wassalam.” [1] Laki-laki itu meneruskan riwayatnya, “Maka Mu’adz menangis, sehingga aku menyangka bahwa dia tidak akan diam. Kemudian dia berkata kepadaku, “Aku mendengar Rasulullah shalallahu ‘alaihi wassalam bersabda kepadaku:

“Hai Mu’adz, sesungguhnya aku menyampaikan hadits kepada engkau. Jika engkau hafal, niscaya bermanfaat bagi engkau di sisi Allah. Dan jika engkau sia-siakan dan tidak engkau hafal, niscaya terputuslah hujjahmu (alasanmu) di sisi Allah pada hari kiamat.


Hai Mu’adz, sesungguhnya Allah tabaraka wa ta’ala menciptakan tujuh malaikat sebelum Dia menciptakan langit dan bumi. Lalu tiap-tiap langit diutus seorang malaikat sebagai penjaga pintunya, dimana ia telah mengagungkannya dengan kebesarannya.

Lalu naiklah para malaikat penjaga amal manusia mulai pagi hingga sore. Amal itu berjalan diiringi cahaya seperti cahaya matahari. Sehingga apabila para malaikat penjaga amal itu naik dengan membawa amal tadi ke langit dunia, maka dipujinya dan diperbanyaknya amal itu.

Lalu malaikat penjaga pintu langit itu berkata kepada malaikat penjaga amal itu: ‘Pukulkan amal ini kepada wajah pemiliknya. Akulah malaikat pengurus umpatan. Aku ditugaskan oleh Tuhanku, bahwa tidak boleh membiarkan amal orang berupa umpatan melewati aku kepada malaikat yang lainnya.’

Rasulullah shalallahu ‘alaihi wassalam meneruskan haditsnya:
“Kemudian datang malaikat penjaga amal, dengan membawa amal shaleh dari seorang hamba Allah. Maka amal tersebut dibawa sekaligus dipuji, sehingga sampailah malaikat penjaga amal itu ke langit kedua. Lalu malaikat penjaga langit berkata kepada penjaga amal: ‘Berhenti! Pukulkan amal ini kepada wajah pemiliknya. Sesungguhnya dengan amalnya pemilik amal ini berkeinginan (bermaksud) hanya untuk mendapatkan kehidupan dunia. Aku ditugaskan oleh Tuhanku bahwa tidak boleh membiarkan amal orang yang menyombongkan diri melewati malaikat selainku. Pemilik amal ini menyombongkan diri dengan amalnya kepada manusia dan di tempat mereka berada.”

Rasulullah shalallahu ‘alaihi wassalam meneruskan sabdanya:



“Para malaikat penjaga amal itu naik lagi dengan membawa amal seorang hamba, dimana amal itu gilang-gemilang dengan nuur (cahaya) dari sedekah, shalat, dan puasa, dimana ini membuat takjub malaikat penjaga amal. Dengan amal tadi, mereka melewati langit ketiga. Kemudian malaikat di langit ketiga berkata pada malaikat penjaga amal, ‘Berhenti! Pukulkan amal itu kepada wajah pemiliknya. Aku adalah malaikat yang mengurus takabbur. Aku ditugaskan oleh Tuhanku supaya tidak membiarkan amal ini melewatiku. Pemilik amal ini suka bersikap takabbur (sombong) kepada manusia di majelis-majelis mereka.”

Lalu Rasulullah shalallahu ‘alaihi wassalam meneruskan haditsnya:

“Para malaikat penjaga amal naik lagi dengan membawa amal seorang hamba, dimana amal tersebut bercahaya, sebagaimana berkilaunya bintang-bintang. Amal tersebut mengandung suara tasbih, shalat, haji, dan umrah. Dengan amal itu mereka menuju ke langit yang keempat.

Lalu malaikat yang bertugas di langit tersebut berkata kepada mereka, “Berhenti! Dan tamparkan amal ini ke wajah, punggung, dan perut pemiliknya! Aku adalah malaikat yang bertugas mengurus ‘ujub. Allah menugaskan supaya aku tidak membiarkan amalnya melewati (malaikat) yang lain. Sesungguhnya ketika manusia ini berbuat atau melakukan suatu amal, niscaya dimaksudkan untuk ujub (berbangga diri) di dalamnya.”

Rasulullah shalallahu ‘alaihi wassalam meneruskan haditsnya:

“Para malaikat penjaga amal itu naik lagi dengan membawa amal seorang hamba. Dan mereka pun melewati langit kelima dimana amal itu seakan-akan pengantin wanita yang diantar untuk diserahkan kepada suaminya. Lalu malaikat yang ditugaskan di langit itu berkata, ‘Berhenti! Tamparkan amal ini kepada wajah pemiliknya. Dan pikulkan amal ini di pundaknya. Aku malaikat yang bertugas mengurus dengki. Sesungguhnya pemilik amal ini dengki kepada manusia. Dan setiap orang yang mengambil keutamaan dari ibadah, dia dengki kepada mereka. Dia juga mencaci-maki mereka. Aku disuruh oleh Allah untuk tidak membiarkan amalnya melewati aku dan mengalih kepada (malaikat) yang lain.”

Rasulullah shalallahu ‘alaihi wassalam meneruskan sabdanya:

“Malaikat penjaga amal itu naik lagi dengan membawa amal seorang hamba, dimana amal itu bersinar seperti sinar bulan. Bersinarnya amal itu berasal dari pancaran amal shalat, zakat, haji, umrah, jihad, dan puasa. Lalu dengan membawa amal itu mereka melewati langit keenam. Malaikat yang ditugaskan di langit itu mengatakan: ‘Berhenti! Tamparkan amal ini ke wajah pemiliknya, sebab ia melakukan seluruh amal itu tanpa pernah mengasihi manusia dari hamba-hamba Allah yang tertimpa musibah atau penyakit. Bahkan ia membuat mereka lebih parah. Akulah malaikat rahmat yang ditugaskan oleh Allah untuk tidak membiarkan amalnya melewati aku kepada malaikat berikutnya.”

Rasulullah shalallahu ‘alaihi wassalam meneruskan sabdanya:

“Para malaikat penjaga amal itu naik lagi dengan membawa amal seorang hamba ke langit tingkat ketujuh. Sedangkan amal yang dibawanya adalah amal pusa, shalat, nafkah (belanja keluarga), zakat, kesungguhan beramal, dan wara’. Amalnya itu mempunyai suara layaknya bunyi petir serta memiliki cahaya seperti matahari. Dengan dikawal tiga ribu malaikat, sampailah mereka di langit tingkat tujuh. Maka malaikat yang ditugaskan di langit berkata kepada malaikat penjaga amal itu: ‘Berhenti! Tamparkan amal ini ke wajah pemiliknya, dan pukulkan amal yang ada ke seluruh anggota tubuhnya. Tutupkan hatinya dengan amal tersebut. Sesungguhnya aku akan meletakkan dinding (hijab) dari Tuhanku pada setiap amal yang tidak dimaksudkan untuk wajah Allah. Dengan amal yang ada, pemilik amal ini memiliki tujuan di luar Allah. Bahkan dengan amalnya ini ia berkeinginan mencapai ketinggian posisi ulama faqih, agar namanya agung di berbagai kota. Allah menugaskan kepadaku agar tidak membiarkan amalnya lolos dan melewati aku untuk disampaikan kepada (malaikat) yang lain. Dan setiap amal yang dilakukan secara tidak ikhlas kepada Allah adalah perbuatan riya. Sedangkan Allah tidak akan menerima amal orang riya.”

Rasulullah shalallahu ‘alaihi wassalam meneruskan sabdanya:

“Para malaikat penjaga amal itu naik lagi dengan membawa amal seorang hamba yang terdiri dari shalat, zakat, puasa, haji, umrah, kebaikan akhlaq, diam, dan berdzikir kepada Allah. Semua malaikat dari ketujuh langit ikut mengantarkan, hingga menembus hijab (dinding) demi hijab dan sampai di hadapan Allah subhanahu wa ta’ala. Lalu mereka (para malaikat) berdiri di hadapan-Nya dan menjadi saksi bahwa amal shaleh yang dilakukan karena ikhlas kepada Allah subhanahu wa ta’ala. Maka Allah berfirman, ‘Kalian adalah malaikat penjaga amal terhadap hamba-Ku. Sedang Aku adalah Ar-Raqiib (pengintip) terhadap apa yang ada di dalam hatinya. Sesungguhnya hamba-Ku tidak menghendaki Aku dengan amal ini, yakni dia menghendaki yang lain. Maka kepadanya adalah kutukan-Ku.’ Lalu para malaikat itumenjawab, ‘Kepadanya kutukan-Mu, dan juga kutukan kami.’ Lalu ketujuh langit dan malaikat yang berada di sana juga melaknat hamba yang mengerjakan amal tersebut.”

Mendengar semua itu menangislah Mu’adz tersedu-sedu. Lalu dia berkata, ‘Wahai Rasulullah, engkau Rasul Allah, sedang aku hanyalah Mu’adz. Bagaimana aku bisa selamat dari itu semua?’ Rasulullah shalallahu ‘alaihi wassalam bersabda, ‘Ikutilah aku, walau amal yang kamu bawa kurang. Wahai Mu’adz, peliharalah lidahmu dari mencaci saudara-saudaramu yang menghafal Al-Qur’an. Bawalah dosa atas dirimu sendiri dan jangan bawa kepada mereka. Janganlah membersihkan dirimu dengan jalan mencela mereka. Jangan pula engkau mengangkat dirimu (membanggakan diri) atas mereka. Janganlah engkau memasukkan amal dunia dalam amal akhirat. Engkau jangan hanya beramal, jangan pula takabur (sombong) dalam majelis yang ada. Janganlah berbicara dengan orang sedangkan di sisimu ada orang lain (maksudnya jangan melupakan / tidak mempedulikan orang yang satunya). Janganlah membesarkan diri di atas manusia, maka kebaikan dunia akan terputus darimu. Dan janganlah engkau koyakkan daging manusia, maka akan mengoyak-ngoyak anjing akhirat kepadamu di dalam neraka.’

Allah subhanahu wa ta’ala berfirman, ‘Dan yang menarik dengan perlahan.’ (Qs. An-Nazi’at: 2)

Tahukah engkau siapakah yang menarik itu, hai Mu’adz?

Aku menjawab, ‘Siapakah dia, demi ayahku, engkau, dan ibuku wahai Rasulullah?’

Rasulullah shalallahu ‘alaihi wassalam bersabda, ‘Dia adalah anjing dalam neraka, yang menarik daging dan tulang.’

Aku lalu bertanya, ‘Demi ayahku, engkau, dan ibuku, wahai Rasulullah, siapa yang sanggup menahan perkara ini? Dan siapa pula yang bisa terlepas daripadanya?’

Rasulullah shalallahu ‘alaihi wassalam bersabda, ‘Wahai Mu’adz, sesungguhnya mudah bagi orang yang dimudahkan oleh Allah dari hal itu. Cukuplah yang demikian itu dengan engkau senantiasa mencintai umat manusia, dengan yang menurut engkau baik. Jauhilah mereka dengan apa yang menurut engkau buruk. Maka ketika itu (kamu lakukan), selamatlah engkau wahai Mu’adz.’

Khalid bin Ma’dan berkata, “Setelah itu aku tidak melihat orang yang lebih banyak membaca Al-Qur’an daripada Mu’adz, karena dia takut dari apa yang disebutkan pada hadits tadi.”


Referensi: Saifulloh dan Abu Shofia (2003). Menyingkap Tabir Alam Malaikat. Surabaya: Karya Agung 
              : www.lampuislam.org 

Sunnah Makan dengan Tiga Jari

\

Dari Ka’ab bin Malik dari bapaknya beliau mengatakan, “Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam itu makan dengan menggunakan tiga jari dan menjilati jari-jari tersebut sebelum dibersihkan.” (HR Muslim no. 2032 dan lainnya)

Tahukah Anda?
Ditemukan banyak enzim RNase di tiga jari yaitu ibu jari, jari telunjuk, dan jari tengah. Enzim yang mengikat bakteri sehingga aktivitas bakteri terhambat.
 
Referensi: www.lampuislam.org 

Orang Yang di Sobek Wajahnya ketika Hari Kiamat



Diriwayatkan dari Sahl bin Handzalah RA, beliau berkata:

Rasulullah bersabda yang artinya: "Siapa yang mengemis padahal dia memiliki sesuatu yang cukup baginya, sesungguhnya dia hanya memperbanyak neraka jahannam". Para sahabat bertanya:" Kecukupan yang bagaimanakah yang tidak membolehkan untuk mengemis ?" Rasulullah menjawab:"Yaitu yang cukup untuk makan siang dan malamnya. (HR. Abu Dawud)

Diriwayatkan dari Ibnu Mas'ud RA, beliau berkata : "Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda: "Barang siapa yang meminta-minta padahal ia memiliki apa yang mencukupinya, niscaya ia datang pada hari kiamat dalam wajahnya robek". (HR.Ahmad)

Jadi wajah yang disobek pada hari kiamat adalah wajah orang yang meminta-minta padahal ia memiliki apa yang mencukupinya. Perhatikan sabda Rasulullah berikut:

عَنْ حَكِيْمِ بْنِ حِزَامٍ رَضِيَ اللهُ عَنْهُ عَنِ النَّبِيِّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ :اَلْيَدُ الْعُلْيَا خَيْرٌ مِنَ الْيَدِ السُّفْلَى، وَابْدَأْ بِمَنْ تَعُوْلُ، وَخَيْرُ الصَّدَقَةِ عَنْ ظَهْرِ غِنًى، وَمَنْ يَسْتَعْفِفْ يُعِفَّهُ اللهُ، وَمَنْ يَسْتَغْنِ يُغْنِهِ اللهُ 

Dari Hakîm bin Hizâm Radhiyallahu anhu, dari Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam, beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda: Tangan yang di atas lebih baik daripada tangan yang di bawah. Dan mulailah dari orang yang menjadi tanggunganmu. Dan sebaik-sebaik sedekah adalah yang dikeluarkan dari orang yang tidak membutuhkannya. Barangsiapa menjaga kehormatan dirinya maka Allâh akan menjaganya dan barangsiapa yang merasa cukup maka Allâh akan memberikan kecukupan kepadanya.”

Referensi: www.lampuislam.org
Facebook Page: www.facebook.com/riska.pratama.ardi

Posisi Duduk yang di Murkai ALLAH SWT



Hadist Riwayat Abu Daud dari Syirrid bin Suwaid radhiyallahu ‘anhu berkata bahwa Rasulullah Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda yang artinya:

“Rasulullah pernah melintas di hadapanku sedang aku duduk seperti ini, yaitu bersandar pada tangan kiriku yang aku letakkan di belakang. Lalu baginda Nabi bersabda, “Adakah engkau duduk sebagaimana duduknya orang-orang yang dimurkai?” (HR. Abu Daud).“Makruh dapat dimaknakan juga haram. Dan kadang makruh juga berarti makruh tanzih (tidak sampai haram). Akan tetapi dalam hadits disifati duduk semacam ini adalah duduk orang yang dimurkai, maka ini sudah jelas menunjukkan haramnya.” (Syarh Sunan Abi Daud, 28: 49)

Syaikh Muhammad bin Sholih al-‘Utsaimin berkata bahwa duduk yang dimurkai Allah sebagaimana yang dilarang oleh Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam adalah dengan menjadikan tangan kiri sebagai tumpuhan tubuh. Tidak mengapa jika meletakkan kedua tangan sebagai tumpuan, atau tangan kanan sebagai tumpuan.

Gambar dibawah ini adalah posisi duduk yang dimurkai Allah 'Azza wa Jalla.



Sebagian ulama mengatakan makhruh hukumnya duduk seperti ini. Sementara Syaikh ‘Abdul al-‘Abbad mengatakan bahwa haram hukumnya duduk dengan bersandar pada tangan kiri yang diletakkan dibelakang.

Referensi: www.lampuislam.org
Facebook Page: www.facebook.com/riska.pratama.ardi

Orang Yang Berdakwah dengan Orang yang Beribadah.

 

Sehebat apapun seorang muadzhin setan tidak akan takut sama seorang muadzhin, tetapi setan akan takut sama seorang muadzhin ketika dia adzan. sampai-sampai setan lari ketakutan ketempat yang tak terdengar adzhan dengan terkentut-kentut.Karena apa? karena adzan itu adalah DAKWAH.Padahal sama antara takbirnya seorang muadzhin dengan takbirnya seorang yang sedang sholat, tetapi ketika takbir adzhan maka setan semuanya kabur ketakutan namun ketika takbir dalam sholat justru setan semua mendekat.Karena apa? karena adzan adalah DAKWAH, sedangkan sholat adalah ibadah.

Ahli ibadah takkan di takuti oleh setan bahkan setan mampu menyesatkan ahli ibadah yang tak BERDAKWAH seperti kepada Ulama Barshisha atau kepada Bal'am bin Bauro.Tetapi ahli dakwah setan bahkan takut ke tempat dimana disitu ada bekas telapak kakinya seorang DA'I Setan tak berani datang kesana selama 40 hari, seperti halnya kepada sayyidina Umar r.a, karena sayyidina Umar ini adalah ahli dakwah.Ahli Dakwah sudah pasti ahli ibadah, tetapi ahli ibadah belum pasti ahli dakwah.

Insya Allah tuan-tuan jadi ahli dakwah?

Sumber: FB Fansub Islam.
Referensi: www.lampuislam.org
Facebook Page: www.facebook.com/riska.pratama.ardi