Senin, 08 Agustus 2016

Ya Allah... hamba menyadari betapa nestapanya hamba tanpa ketundukan dan ketaatan kepada dirimu, ketika dunia mengecewakan hamba sungguh itu tidak akan membuat hamba khawatir, mengapa? karena hamba memilikimu. akan tetapi ketika hamba tidak memilikimu Wallahi maka duniapun tidak akan membahagiakan hamba sedikitpun.
Ya Allah... betapa sulitnya hamba mejauh darimu walau berbagai dosa dan keingkaran selalu hamba lakukan di hadapanmu tanpa rasa malu dan bersalah akan tetapi engkaupun selalu kembali mengetuk hati hamba-Mu ini ya Rabb. hamba percaya engkau tidak akan pernah membenci atau bahkan menghukum hamba-Mu selama engkau masih memberikan hamba-Mu kesempatan untuk memperbaiki diri selama di dunia ini.
Ya Allah... ya Karim ya Tuhanku yang maha Pengasih dan Penyayang yang maha Raja dari sang Raja yang maha Tinggi dari yang tertinggi yang maha Pengampun bagi hamba-hamba-Nya yang maha Pencipta semesta alam dan seluruh mahluk ciptaan-Nya yang maha Mengasihi.
Ya Allah... betapa malu hamba memohon ampun kepada engkau akan dosa yang berulang selalu hamba lakukan dengan kesengajaan ataupun tidak, akan tetapi hamba menyedari bahwa tiada Tuhan kecuali engkau yang patut hamba minta ampunan, engkaulah satu satunya Tuhan Alam semesta engkau Allah yang maha Esa, karna Ar-Rahman berada pada genggaman-Mu maka sesungguhnya seluruh hamba hamba-Mu di selubung bumi dan langit memohon ampunan dan tunduk kepada-Mu ya Rabb.
Ya Allah... betapa sedihnya hamba menyadari bahwa terlalu banyak hamba melupakan-Mu ya Rabb, betapa banyak hamba membangkang akan perintahmu. ya Allah apa yang sudah hamba lakukan kepada-Mu? apa yang sudah hamba pikirkan ketika hamba membangkang tanpa rasa takut? ya Allah apa yang sudah hamba lakukan? apa ya Allah? sehingga dengan berani hamba meninggalkan Shalat, hamba telah berani meninggalkan Shalat ketika engkau memberi begitu banyak nikmat dan karunia. apa yang sudah hamba lakukan ya Rabb? sehingga hamba berani untuk menentang-Mu dan memilih hawa nafsu dunia ini. apa yang sudah hamba lakukan ya Rabb? sehingga hamba berani mengikuti godaan syetan yang nyata sehingga hamba berani meninggalkan amalan amalan baik yang seharusnya hamba lakukan. Astagfirullah ya Allah betapa hina dan keji-Nya hamba-Mu ini. sehingga pondasi iman yang seharusnya hamba jaga malah hamba runtuhkan dengan mengikuti hawa nafsu dunia. seperti bagunan yang sudah tinggi dan kokoh dan kini telah hancur bahkan pondasi yang seharusnya kuat untuk menopang seluruh bagunan  kini telah hancur tak tersisa. apa pondasi itu? SHALAT. hamba telah berani untuk main main dalam Shalat hamba, hamba telah berani untuk tidak Khusyu bahkan hamba telah berani untuk meninggalkan Shalat hamba 1 per 1 Astagfirullah ya Allah hamba tidak ingin seperti ini, ketika hamba meninggalkan Shalat maka sesungguhnya hamba tidak mendapatkan apapun dari dunia ini. ketika hamba ingkar dan memilih hawa nafsu hamba sesungguhnya hamba tidak mendapatkan kebahagiaan dan kepuasaan apapun dari dunia ini. Wallahi ya Rabb engkau telah dapat melihat bagimana dalam hitamnya hati hamba, masih ada ya Rabb, masih ada walau hanya setitik tetesan darah, masih ada walau hanya segaris urat nadi, masih ada ya Rabb, masih ada Rasa Cinta dan Ketaatan hamba kepada engkau, walau hanya setitik mungkin hanya itu yang dapat hamba persembahkan kepada-Mu.
Ya Allah... Dunia ini begitu kejam sehingga ia mampu memisahkan engkau dan hamba, dunia ini begitu licik sehingga ia mampu memutar balikan hati hamba untuk berpaling dari-Mu, dunia ini begitu kotor dan hitam sehingga hamba tidak mampu melihat dengan jelas nikmat dan karunia yang telah engkau limpahkan kepada hamba-Mu ini ya Rabb, dunia ini begitu penuh dengan fitnah dan kekejian sehingga hamba berani membangkang dari perintah-Mu ya Rabb. Ampunilah hamba yang keji dan kotor ini ya Allah, maafkan hamba atas segala ketidak sempurnaan Shalat hamba amal kebaikan hamba. Cacat..!!! penuh kecacatan ya Allah hamba yang penuh dengan kecacatan. hati? pikiran? penglihatan? pendengaran? lisan? tangan? kaki? dan NIAT?.
semua penuh dengan kecacatan? kecacatan dalam beramal baik, kecacatan dalam melakukan kesempatan untuk dapat membahagiakan engkau ya Rabb. hamba telah gagal untuk dapat membahagiakan engkau, hamba telah gagal untuk dapat membuat engkau tersenyum kepada hamba. ya Allah telah banyak nikmat yang sudah hamba dustakan, telah banyak karunia dan segala kebahagiaan yang telah hamba dustakan.
Ya Allah... terkadang hamba ingin menangis sekuat ketika engkau mengenggam hamba, hamba ingin menangis sekuat itu, sehingga hamba bisa menyadari betapa hamba ingin kembali kepadamu ya Rabb, walau hamba tau air mata ini tidak akan sanggup membayar seluruh kesalahan dan dosa dosa  hamba.
sakit ya Rabb... sakit, hati hamba selalu merasakan kesakitan dan kegetiran ketika hamba mulai menjauh dari engkau. sungguh dunia dan seisinya tidak dapat membuat hamba aman dan tentram, hamba tidak bisa membuat dunia ini menjadi sandaran hamba ya Rabb, hamba tidak bisa membuat dunia ini mejadi penenang hamba, karna sesungguhnya hamba menyadari engkaulah kekuatan dan sandaran hamba ya Rabb. kini hamba dapat merasakan turunnya ketaqwaan hamba kepada-Mu dan naiknya Ketaqwaan dan keimanan hamba kepada-Mu, kini hamba dapat merasakan betapa nestapa dan menderitanya hamba kehilangan-Mu, kini hamba dapat merasakan bagaimana hamba tidak dapat menangis karna-Mu ya Rabb, kini hamba dapat merasakan betapa hamba sangat membutuhkan-Mu dan akan selalu membutuhkan-Mu dalam kesukaan maupun kedukaan hamba, kini hamba dapat merasakan sakitnya kehilangan-Mu ya Rabb, kehilangan-Mu bukan karna engkau menjauh dari hamba akan tetapi kehilangan-Mu karna kecerobohan hamba dalam mencintaimu, kebodohan hamba dalam memilih menjauh dan meninggalkan-Mu ya Rabb.
Engkau segalanya, Engkau selalu menjadi yang pertama dan terkahir, Engkau akan selalu berdiri sendiri, Engkau akan selalu menjadi yang Menciptakan dan tanpa di ciptakan, Engkau yang selalu menjadi Allah sang Maha Raja sang Maha pemilik Kursi dan Arasy.
Ya Allah... kini hamba menyadari dalam kehidupan ini begitu banyak fitnah yang bertebaran begitu banyak godaan keduniaan yang membuat hati luntur untuk mencintai-Mu ya Rabb
Ya Allah... ya Rabb... kebingungan dan kekhawatiran akan selalu ada dalam hati dan fikiran hamba, ketika hamba tidak memikirkan engkau maka hamba akan mulai memikirkan segalanya di dalam dunia ini. hamba mulai memikirkan bahkan menginginkan seorang pria non Muslim yang sebenarnya tidak layak bagi hamba kecuali atas izin engkau, apa yang sudah apa fikirkan ya Rabb... ketika hamba mengiginkan seorang pria yang bahkan bukan hanya tidak mencintai-Mu akan tetapi tidak percaya bahwa Engkau 1 Tuhan yang Esa, ia tidak mengerti bagaimana untuk bersujud kepada engkau bahkan ia tidak percaya dengan Kekasih-Mu Baginda Muhammad SAW, bagaimana hamba bisa mengiginkan seorang pria yang tidak mencintai-Mu ya Rabb? Astagfirullah Maafkan hamba-Mu ini ya Rabb. sesungguhnya hamba memohon perlindungan dari hawa nafsu dunia ini, hamba memohon perlindungan dari fitnah akhir zaman ini, hamba memohon perlindungan dari segala macam fitnah di dunia ini ya Rabb karna hanya kepada-Mu lah hamba memohon naungan perlindungan.

Minggu, 17 Juli 2016

Beribadah Sesuai Kemampuanmu.


 

Artikel ini bertujuan agar kita sederhana dalam beribadah, karena jalan kebaikan sangat banyak. Hendaknya kita melakukan dengan seimbang, yaitu tidak berlebih-lebihan dan meremehkan, karena yang dituntut dari manusia dalam segala hal adalah proporsional. Oleh karena itu, jangan membebani diri sendiri dengan sesuatu yang tidak mampu dilakukan. Sebab, inilah agama kita, yaitu agama yang penuh toleransi dan kemudahan.

Dalil al-Qur’an berlaku sederhana dalam beribadah:

“Kami tidak menurunkan al-Qur’an ini kepadamu agar kamu menjadi susah.” (QS. 20: 2)

“… Allah menghendaki kemudahan bagimu dan tidak menghendaki kesukaran bagimu…” (QS. 2: 185)

Dalil hadist berlaku sederhana dalam beribadah

Hadist pertama:

Dari Aisyah radhiyallahu anha bahwa Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam memasuki rumahnya dan di sisi Aisyah itu ada seorang wanita. Beliau bertanya, “siapakah dia?” Aisyah menjawab, “Ini adalah si fulanah yang terkenal shalatnya.” Beliau bersabda, “Jangan demikian, hendaklah engkau beramal sesuai kemampuanmu. Demi Allah, Allah itu tidak bosan untuk menerima amalmu hingga kamu sendiri yang akan
merasa bosan. Sesungguhnya amalan yang paling disukai Allah adalah yang dikerjakan terus-menerus.” (Muttafaqun ‘alaihi. HR. Bukhari: 43 dan Muslim: 485)

Penjelasan hadist: Salah satu pelajaran hadist ini adalah bahwa tidak seharusnya seseorang berlebih-lebihan dalam ketaatan dan amalan, sehingga jika ia melakukannya terus dapat menimbulkan kebosanan kemudian ia meninggalkannya. Sesungguhnya amalan yang dicintai Allah adalah amalan yang terus-menerus dilakukan (walaupun sedikit).

Hadist kedua:

Anas radhiyallahu anhu berkata, “Ada tiga orang datang ke rumah istri-istri Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam menanyakan tentang ibadah Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam. Setelah mereka diberitahu, mereka dianggap seakan-akan ibadah mereka sedikit sekali. Lalu mereka berkata, ‘Di manakah ibadah kita dibanding ibadah nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam? Padahal beliau telah diampuni semua dosanya, baik yang telah lalu maupun yang akan datang.’

Salah seorang diantara mereka berkata, ‘Saya selamanya akan shalat sepanjang malam.’ Orang yang lain berkata, ‘Saya akan berpuasa sunnah sepanjang setahun dan tidak akan pernah berbuka selamanya.’ Seorang yang lain berkata, “Adapun saya, maka saya akan menjauhkan diri dari para wanita. Saya tidak akan menikah selamanya.’ Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam kemudian mendatangi mereka lalu bersabda, ‘Kaliankah yang mengatakan begini dan begitu? Demi Allah, sesungguhnya aku adalah orang yang paling takwa dan takut di antara kalian kepada Allah. Namun, aku juga berpuasa dan berbuka, aku pun shalat dan tidur, aku juga menikahi wanita. Maka barangsiapa yang benci terhadap sunnahku, maka ia bukan termasuk golonganku’.” (Muttafaqun ‘alaihi. HR. Bukhari: 5063 dan Muslim: 1401)

Penjelasan hadist: Hadist ini sebagai dalil bahwa setiap manusia harus seimbang dalam hal apapun termasuk ibadah. Karena jika ia berlebihan dalam beribadah, maka ia akan merasa lemah dan bosan. Oleh karena itu, setiap manusia harus seimbang dalam setiap amalannya.

Hadist ketiga:

Dari Ibnu Mas’ud radhiyallahu anhu bahwa Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Binasalah orang-orang yang keterlaluan.” Beliau mengulanginya sampai tiga kali. (HR. Muslim: 7/2670)

Penjelasan hadist: Jika seseorang bersikap berlebih-lebihan serta ketat dalam perkara yang telah diberikan keluasan oleh Allah, maka Allah akan bersikap ketat padanya.

Hadist keempat:

Dari Abu Hurairah radhiyallahu anhu Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Sesungguhnya agama itu mudah, dan barang siapa saja yang mempersulit agama maka ia akan kalah. Maka dari itu, bersikap luruslah engkau semua, lakukanlah yang sedang-sedang saja, dekatkanlah dirimu, bergembiralah kalian serta memohon pertolongan dalam melakukan perbuatan tersebut, baik waktu pagi, sore, maupun sedikit dari waktu malam.” (HR. Bukhari: 39)

Dalam riwayat Imam Bukhari lainnya disebutkan, “Berlaku luruslah, lakukanlah yang sederhana, dekatkanlah dirimu, dan pergunakan waktu pagi, sore, serta sebagian di waktu malam. Berbuatlah sederhana, niscaya engkau semua akan sampai pada tujuannya.”

Penjelasan hadist: Seorang muslim harus berusaha semaksimal mungkin untuk memberikan kemudahan kepada saudara-saudaranya. Ia juga harus bersikap hikmah (bijaksana), tapi tetap memperhatikan sisi kemanusian. sehingga saudaramu merasa bahagia kemudian ia mau bertaubat dan kembali kepada Allah. Kita juga tidak diwajibkan untuk menghabiskan semua waktu dalam ibadah, karena hal itu akan memberikan dampak kebosanan, merasa sulit tidur, lelah, dan pada akhirnya ia (bisa jadi) akan meninggalkannya.

Hadist kelima:

Anas radhiyallahu anhu berkata, “Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam masuk ke dalam masjid dan beliau melihat tali yang dibentangkan antara dua tiang. Lantas beliau bertanya, ‘Tali apakah ini?’ Para sahabat menjawab, ‘Ini adalah kepunyaan Zainab. Ia mempergunakan tali ini sebagai pegangan bila terasa lelah dalam shalatnya.’ Nabi bersabda, ‘Lepaskanlah tali itu. Hendaklah salah seorang dari kalian melakukan shalat pada waktu ia sedang semangat. Dan jika ia sedang mengantuk, hendaklah ia tidur’.”

Penjelasan hadist: Tidak layak bagi seseorang untuk terlalu berlebihan dan bersikap ketat dalam beribadah serta membebani dirinya dengan sesuatu yang tidak mampu dilakukannya.

Hadist keenam:

Dari Aisyah radhiyallahu anha bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Jika salah seorang di antara kalian mengantuk dalam shalatnya, hendaklah ia tidur terlebih dahulu hingga hilang kantuknya. Karena, jika salah seorang di antara kalian shalat, sedangkan ia dalam keadaan mengantuk, ia tidak akan tahu, mungkin ia bermaksud meminta ampun tetapi ternyata ia malah mencela dirinya sendiri.” (Muttafaqun ‘alaih. HR. Bukhari: 212 dan Muslim: 786)

Penjelasan hadist: Salah satu faedah hadist ini adalah bahwa setiap anggota tubuh dalam diri manusia memiliki hak. Ketika ia memaksa dirinya untuk melaksanakan ibadah padahal ia merasa kesulitan, berarti ia sudah menzalimi dirinya sendiri.

Hadist ketujuh:

Abu Abdillah Jabir bin Samurah radhiyallahu anhu berkata, “saya pernah shalat bersama Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam dalam beberapa shalat. Keadaan shalat dan khutbah beliau sedang, tidak terlalu lama dan tidak terlalu sebentar.” (HR. Muslim: 866)

Penjelasan hadist: Hadist ini memberitahukan kepada kita bahwa setiap orang tidak boleh membuat dirinya merasa kesulitan dalam melaksanakan ibadah. Ia hanya boleh melaksanakan ibadah sesuai dengan kemampuannya.

Hadist kedelapan:

Abu Abdillah Jabir bin Samurah radhiyallahu anhu berkata, “Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam mempersaudarakan antara Salman dan Abu Darda’. Tatkala Salman berkunjung ke rumah Abu Darda’, ia melihat Ummu Darda’ (istri Abu Darda’) mengenakan pakaian yang serba kusut. Salman pun bertanya padanya, ‘Mengapa keadaan kamu seperti ini?’ Wanita itu menjawab, ‘Saudaramu Abu Darda’ sudah tidak mempunyai hajat lagi pada keduniaan.’

Kemudian Abu Darda’ datang, dan ia membuatkan makanan untuk Salman. Setelah selesai, Abu Darda’ berkata kepada Salman, ‘Makanlah, karena saya sedang berpuasa.’ Salman menjawab, ‘Saya tidak akan makan, sebelum engkau pun makan.’ Maka Abu Darda’ pun makan. Pada malam harinya, Abu Darda’ bangun untuk mengerjakan shalat malam. Salman pun berkata kepadanya, ‘Tidurlah.’ Abu Darda’ pun tidur kembali.

Ketika Abu Darda’ bangung hendak mengerjakan shalat malam, Salman lagi berkata kepadanya, ‘Tidurlah!’ Hingga pada akhir malam, Salman berkata, ‘Bangunlah.’ Lalu mereka shalat bersama-sama. Setelah itu, Salman berkata kepadanya, ‘Sesungguhnya bagi Rabbmu ada hak, bagi dirimu ada hak, dan bagi keluargamu juga ada hak. Maka penuhilah masing-masing hak tersebut.’
Kemudian Abu Darda’ mendatangi Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam lalu menceritakan apa yang baru saja terjadi. Beliau lantas bersabda, ‘Salman benar’.”Hadist kesembilan:

Abu Muhammad Abdullah bin Al-‘Ash radhiyallahu anhu berkata, “Abu Muhammad Abdullah bin Amr bin Ash radhiyallahu anhu meriwayatkan, ‘Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam diberitahu tentang ucapanku, yaitu: demi Allah, sungguh saya akan selalu berpuasa pada siang hari dan bangun sepanjang malam untuk mengerjakan shalat selama saya hidup.’ Kemudian Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bertanya, ‘Kamukah yang mengucapkan ucapan seperti itu?’ Kemudian saya menjawab, ‘Benar, saya mengatakannya wahai Rasulullah.’ Beliau bersabda, ‘Sesungguhnya kamu tidak akan sanggup berbuat demikian. Maka berpuasalah dan berbukalah, tidur dan bangunlah untuk shalat, serta berpuasalah tiga hari dalam setiap bulan karena pahalanya dilipatgandakan sepuluh kali. Jadi, jika setiap bulan kamu berpuasa tiga hari, maka itu seperti berpuasa sepanjang masa.’
Ia berkata, ‘Saya masih kuat beramal yang lebih dari itu.’ Beliau menjawab, ‘(Kalau begitu) berpuasalah satu hari dan berbukalah dua hari.’ Ia berkata, ‘Saya masih kuat beramal yang lebih utama dari itu.’ Beliau bersabda, ‘Kalau begitu, berpuasalah sehari dan berbukalah sehari juga. Demikian itu adalah puasanya Nabi Dawud ‘alaihissalam dan inilah puasa yang paling sedang.’ Dalam riwayat lain disebutkan, ‘Demikian itu adalah puasa yang paling utama.’ Saya berkata, ‘Saya masih kuat beramal yang lebih utama dari itu.’ Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, ‘Sungguh tidak ada puasa melebihi keutamaan puasa Nabi Dawud.’ Sebenarnya seandainya dulu saya menerima anjuran yang disabdakan oleh Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam untuk puasa tiga hari setiap bulannya, maka hal itu lebih aku cintai daripada keluargaku dan hartaku.”

Dalam riwayat lain dikatakan, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Saya pernah mendengar bahwa kamu berpuasa sepanjang hari dan bangung sepanjang malam untuk shalat malam?” Saya menjawab, “Benar, wahai Rasulullah.” Beliau bersabda, “Janganlah berbuat demikian. Berpuasalah dan berbukalah, tidur dan bangunlah untuk mengerjakan shalat. Karena, sesungguhnya tubuhmu ada hak atas dirimu, kedua matamu pun ada hak atas dirimu, istrimu juga ada hak atas dirimu, dan tamumu pun mempunyai hak atas dirimu. Cukuplah kamu berpuasa tiga hari dalam setiap bulan, karena setiap satu kebaikan itu diberi balasan sepuluh kali lipat. Dan jika kamu berpuasa tiga hari setiap bulannya berarti kamu seperti berpuasa sepanjang masa.”

Maka saya memperberatnya sehingga aku diperberat. Saya bertanya, “Wahai Rasulullah, saya merasa masih kuat, Nabi menjawab, “Berpuasalah seperti puasanya Nabi Dawud. Jangan lebih dari itu.” Saya bertanya, “Bagaimana puasanya Nabi Dawud?” Beliau menjawab, “Setengah masa.” Ketika Abdullah sudah tua, ia berkata, “Ah, seandainya dahulu saya menerima keringanan yang diberikan oleh Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam.”

Dalam riwayat lain disebutkan, “Sesungguhnya untuk anakmu pun ada hak atas dirimu.”

Dalam riwayat lain juga disebutkan, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Tidak dibenarkan seseorang yang berpuasa terus sepanjang tahun.” Beliau mengulanginya sampai tiga kali. Selain itu dalam riwayat lain disebutkan, “Puasa yang paling disukai Allah adalah puasanya Nabi Dawud, shalat yang paling disukai Allah adalah cara shalat Nabi Dawud. Yaitu, beliau tidur sampai tengah malam dan bangun pada sepertiganya kemudian tidur lagi pada seperenam malam terakhir. Beliau berpuasa sehari serta berbuka sehari. Selain itu, beliau tidak pernah lari ketika bertemu musuh.”

Ada pula riwayat lain yang menyebutkan bahwa ia berkata, “Ayahku menikahkan aku dengan seorang wanita dari keturunan yang baik. Ayah berniat untuk mengetahui kondisi menantunya, yakni istri anaknya. Lalu ia bertanya pada wanita itu perihal keadaan suaminya. Setelah ditanya, istrinya itu berkata, ‘Sebaik-baik lelaki ialah suamiku itu. Ia tidak pernah menginjak hamparan kita dan tidak pernah memeriksa tabir kita – maksudnya tidak pernah berkumpul untuk menyetubuhi istrinya – sejak kita datang padanya.’

Setelah peristiwa itu berjalan lama, maka ayahnya memberitahukan hal tersebut kepada Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam lalu beliau bersabda kepada ayahnya, ‘Pertemukanlah saya dengan lelaki itu.’

Saya menemui beliau sesudah diadukan oleh ayahku. Beliau bertanya, ‘Bagaimana cara kamu berpuasa?’ Saya menjawab, ‘Saya berpuasa tiap hari.’ Beliau bertanya, ‘Bagaimana cara kamu mengkhatamkan al-Qur’an?’ Saya menjawab, ‘Setiap malam saya mengkhatamkan sekali.’ Seterusnya orang itu menyebutkan sebagaimana cerita yang sebelumnya. Ia membacakan kepada salah satu istrinya sepertujuh bacaan yang ia baca. ia memulainya dari siang hari supaya lebih ringan ketika membacanya pada waktu malam. Jikalau ia hendak memperkuat dirinya, ia berbuka selama beberapa hari dan dihitunglah jumlah hari berbukanya itu kemudian ia berpuasa sebanyak hari berbukanya tersebut. Alasan ia melakukan demikian, karena ia tidak senang kalau meninggalkan sesuatu sejak ia berpisah dengan Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam.” (Muttafaqun ‘alaih. HR. Bukhari: 3418 dan Muslim: 1159)

Penjelasan hadist: Hadist ini sebagai dalil bahwa setiap manusia tidak mesti membebani dirinya dengan puasa dan melaksanakan shalat, akan tetapi sebaiknya ia mendirikan shalat dan puasa dengan harapan mendapat kebaikan, dan menghilangkan rasa lelah, sulit, dan penat.

Hadist kesepuluh:

Abu Rib’i Hanzhalah bin Arrabi’ Al-Usayyidi Al-Katib, salah seorang juru tulis Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam berkata, “Aku bertemu dengan Abu Bakar radhiyallahu anhu, kemudian ia berkata, ‘Bagaimanakah keadaanmu, hai Hanzhalah?’ Saya menjawab, ‘Hanzhalah kini telah munafik.’ Abu Bakar berkata, ‘Subhanallah, apakah yang kau katakan itu?’ Saya menjawab, ‘Kalau dihadapan Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam kemudian beliau menceritakan tentang surga dan neraka, maka seakan-akan kami melihat dengan mata kepala kami. Namun, bila kami pergi dari beliau dan bergaul dengan istri dan anak-anak serta berbagai urusan maka kami sering lupa.’ Abu Bakar berkata, ‘Demi Allah, kami juga begitu.’

Kemudian saya dan Abu Bakar pergi menghadap Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam lalu saya berkata, ‘Wahai Rasulullah, Hanzhalah telah munafik telah munafik.’ Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bertanya, ‘Mengapa demikian?’ Saya berkata, ‘Wahai Rasulullah, apabila kami berada dihadapanmu kemudian engkau menceritakan tentang neraka dan surga, maka seolah-olah kami melihat dengan mata kepala kami. Namun, bila kami keluar dan bergaul bersama istri dan anak-anak serta mengurusi berbagai macam persoalan, maka kami sering lupa.’ Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam pun bersabda, ‘Demi  Dzat
yang jiwaku berada dalam genggaman-Nya, seandainya kamu tetap sebagaimana keadaanmu dihadapanku dan mengingat-ingatnya niscaya para malaikat akan menjabat tanganmu di tempat tidurmu dan di jalan. Namun hai Hanzhalah, sesaat dan sesaat.” Beliau mengulanginya sampai tiga kali.” (HR. Muslim: 12/2750)

Penjelasan hadist: Siapapun dan apapun bisa memiliki hak atas diri Anda, sehingga setiap manusia bisa memberikan hak yang lain atas dirinya, dalam keadaan tenang, beribadah kepada Allah dengan penuh ketenangan. Sebab, setiap manusia ketika mendapat kesulitan dan kesusahan, maka ia akan merasa bosan dan lelah, dan akan meninggalkan hak yang sangat banyak.

Hadist kesebelas:

Ibnu Abbas radhiyallahu anhu berkata, “tatkala Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam berkhotbah, tiba-tiba ada seorang lelaki berdiri lalu beliau menanyakannya. Para sahabat menjawab, ‘Dia adalah Abu Israil, ia bernazar akan berdiri pada waktu panas, tidak akan duduk, dan tidak akan berteduh serta tidak akan berbicara dan akan berpuasa.’ Kemudian Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, ‘Perintahkanlah dia supaya berbicara, berteduh, duduk, dan perintahkanlah dia supaya menyempurnakan puasanya’.” (HR. Bukhari: 6704)

Penjelasan hadist: Nadzar (janji) ada yang mengandung ketaatan dan ada yang tidak. Apabila nadzar tersebut dalam ketaatan maka penuhilah, dan apabila bukan dalam ketaatan maka tinggalkanlah. Ia harus membayar kifarat yamin (sumpah).

Sumber: kitab Riyadhus Shalihin melalui fikri.id.
Referensi: www.lampuislam.blogspot.com
Facebook page: www.facebook.com/riska.pratama.ardi 

Jumat, 22 April 2016

Mengenal Putra dan Putri Rasulullah SAW


Pembicaraan tentang putra dan putri Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam termasuk pembicaraan yang jarang diangkat. Tidak heran, sebagian umat Islam tidak mengetahui berapa jumlah putra dan putri beliau atau siapa saja nama anak-anaknya.
Enam dari tujuh anak Rasulullah terlahir dari ummul mukminin Khadijah binti Khuwailid radhiallahu ‘anha. Rasulullah memuji Khadijah dengan sabdanya,
قَدْ آمَنَتْ بِي إِذْ كَفَرَ بِي النَّاسُ وَصَدَّقَتْنِي إِذْ كَذَّبَنِي النَّاسُ وَوَاسَتْنِي بِمَالِهَا إِذْ حَرَمَنِي النَّاسُ وَرَزَقَنِي اللَّهُ عَزَّ وَجَلَّ وَلَدَهَا إِذْ حَرَمَنِي أَوْلَادَ النِّسَاءِ
“Ia telah beriman kepadaku tatkala orang-orang kafir kepadaku, ia telah membenarkan aku tatkala orang-orang mendustakan aku, ia telah membantuku dengan hartanya tatkala orang-orang menahan hartanya tidak membantuku, dan Allah telah menganugerahkan darinya anak-anak tatkala Allah tidak menganugerahkan kepadaku anak-anak dari wanita-wanita yang lain.” (HR Ahmad no.24864)
Saat beliau mengucapkan kalimat ini, beliau belum menikah dengan Maria al-Qibtiyah.
Anak-anak Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam
Imam an-Nawawi rahimahullah berkata, “Rasulullah memiliki tiga orang putra; yang pertama Qasim, namanya menjadi kunyah Rasulullah (Abul Qashim). Qashim dilahirkan sebelum kenabian dan wafat saat berusia 2 tahun. Yang kedua Abdullah, disebut juga ath-Thayyib atau ath-Tahir karena lahir setelah kenabian. Putra yang ketiga adalah Ibrahim, dilahirkan di Madinah tahun 8 H dan wafat saat berusia 17 atau 18 bulan.
Adapun putrinya berjumlah 4 orang; Zainab yang menikah dengan Abu al-Ash bin al-Rabi’, keponakan Rasulullah dari jalur Khadijah, kemudian Fatimah menikah dengan Ali bin Abi Thalib, lalu Ruqayyah dan Ummu Qultsum menikah dengan Utsman bin Affan.
Rinciannya adalah sebagai berikut:
Putri-putri Rasulullah
Para ulama sepakat bahwa jumlah putri Rasulullah ada 4 orang, semuanya terlahir dari rahim ummul mukminin Khadijah radhiallahu ‘anha.
Pertama, putri pertama Rasulullah adalah Zainab binti Rasulullah.
Zainab radhiallahu ‘anha menikah dengan anak bibinya, Halah binti Khuwailid, yang bernama Abu al-Ash bin al-Rabi’. Pernikahan ini berlangsung sebelum sang ayah diangkat menjadi rasul. Zainab dan ketiga saudarinya masuk Islam sebagaimana ibunya Khadijah menerima Islam, akan tetapi sang suami, Abu al-Ash, tetap dalam agama jahiliyah. Hal ini menyebabkan Zainab tidak ikut hijrah ke Madinah bersama ayah dan saudari-saudarinya, karena ikatannya dengan sang suami.
Beberapa lama kemudian, barulah Zainab hijrah dari Mekah ke Madinah menyelamatkan agamanya dan berjumpa dengan sang ayah tercinta, lalu menyusullah suaminya, Abu al-Ash. Abu al-Ash pun mengucapkan dua kalimat syahadat dan memeluk agama mertua dan istrinya. Keluarga kecil yang bahagia ini pun bersatu kembali dalam Islam dan iman. Tidak lama kebahagiaan tersebut berlangsung, pada tahun 8 H, Zainab wafat meninggalkan Abu al-Ash dan putri mereka Umamah.
Setelah itu, terkadang Umamah diasuh oleh kakeknya, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam. Sebagaimana dalam hadis disebutkan beliau menggendong cucunya, Umamah, ketika shalat, apabila beliau sujud, beliau meletakkan Umamah dari gendongannya.
Kedua, Ruqayyah binti Rasulullah.
Ruqayyah radhiallahu ‘anha dinikahkan oleh Rasulullah dengan sahabat yang mulia Utsman bin Affan radhiallahu ‘anhu. Keduanya turut serta berhijrah ke Habasyah ketika musyrikin Mekah sudah sangat keterlaluan dalam menyiksa dan menyakiti orang-orang yang beriman. Di Habasyah, pasangan yang mulia ini dianugerahi seorang putra yang dinamai Abdullah.
Ruqayyah dan Utsman juga turut serta dalam hijrah yang kedua dari Mekah menuju Madinah. Ketika tinggal di Madinah mereka dihadapkan dengan ujian wafatnya putra tunggal mereka yang sudah berusia 6 tahun.
Tidak lama kemudian, Ruqoyyah juga menderita sakit demam yang tinggi. Utsman bin Affan setia merawat istrinya dan senantiasa mengawasi keadaannya. Saat itu bersamaan dengan terjadinya Perang Badar, atas permintaan Rasulullah untuk mejaga putrinya, Utsman pun tidak bisa turut serta dalam perang ini. Wafatlah ruqayyah  bersamaan dengan kedatangan Zaid bin Haritsah yang mengabarkan kemenangan umat Islam di Badar.
Ketiga, Ummu Kultsum binti Rasulullah.
Setelah Ruqayyah wafat, Rasulullah menikahkan Utsman dengan putrinya yang lain, Ummu Kultsum radhiallahu ‘anha. Oleh karena itulah Utsman dijuluki dzu nurain (pemilik dua cahaya) karena menikahi dua putri Rasulullah, sebuah keistimewaan yang tidak dimiliki sahabat lainnya.
Utsman dan Ummu Kultsum bersama-sama membangun rumah tangga hingga wafatnya Ummu Kultsum pada bulan Sya’ban tahun 9 H. Keduanya tidak dianugerahi putra ataupun putri. Ummu Kultsum dimakamkan bersebelahan dengan saudarinya Ruqayyah radhiallahu ‘anhuma.
Keempat, Fatimah binti Rasulullah.
Fatimah radhiallahu ‘anha adalah putri bungsu Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam. Ia dilahirkan lima tahun sebelum kenabian. Pada tahun kedua hijriyah, Rasulullah menikahkannya dengan Ali bin Abi Thalib radhiallahu ‘anhu. Pasangan ini dikaruniai putra pertama pada tahun ketiga hijriyah, dan anak tersebut dinamai Hasan. Kemudian anak kedua lahir pada bulan Rajab satu tahun berikutnya, dan dinamai Husein. Anak ketiga mereka, Zainab, dilahirkan pada tahun keempat hijriyah dan dua tahun berselang lahirlah putri mereka Ummu Kultsum.
Fatimah adalah anak yang paling mirip dengan Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam dari gaya bicara dan gaya berjalannya. Apabila Fatimah datang ke rumah sang ayah, ayahnya selalu menyambutnya dengan menciumnya dan duduk bersamanya. Kecintaan Rasulullah terhadap Fatimah tergambar dalam sabdanya,
فاطمة بضعة منى -جزء مِني- فمن أغضبها أغضبني” رواه البخاري
“Fatimah adalah bagian dariku. Barangsiapa membuatnya marah, maka dia juga telah membuatku marah.” (HR. Bukhari)
Beliau juga bersabda,
أفضل نساء أهل الجنة خديجة بنت خويلد، وفاطمة بنت محمد، ومريم بنت عمران، وآسية بنت مُزاحمٍ امرأة فرعون” رواه الإمام أحمد
“Sebaik-baik wanita penduduk surga adalah Khadijah binti Khuwailid, Fatimah binti Muhammad, Maryam binti Imran, Asiah bin Muzahim, istri Firaun.” (HR. Ahmad).
Satu-satunya anak Rasulullah yang hidup saat beliau wafat adalah Fatimah, kemudian ia pula keluarga Rasulullah yang pertama yang menyusul beliau. Fatimah radhiallahu ‘anha wafat enam bulan setelah sang ayah tercinta wafat meninggalkan dunia. Ia wafat pada 2 Ramadhan tahun 11 H, dan dimakamkan di Baqi’.
Putra-putra Rasulullah
Pertama, al-Qashim bin Rasulullah. Rasulullah berkunyah dengan namanya, beliau disebut Abu al-Qashim (bapaknya Qashim). Qashim lahir sebelum masa kenabian dan wafat saat usia dua tahun.
Kedua, Abdullah bin Rasulullah. Abdullah dinamai juga dengan ath-Thayyib atau ath-Thahir. Ia dilahirkan pada masa kenabian.
Ketiga, Ibrahim bin Rasulullah.
Ibrahim dilahirkan pada tahun 8 H di Kota Madinah. Dia adalah anak terakhir dari Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam, dilahirkan dari rahim Maria al-Qibthiyah radhiallahu ‘anha. Maria adalah seorang budak yang diberikan Muqauqis, penguasa Mesir, kepada Rasulullah. Lalu Maria mengucapkan syahadat dan dinikahi oleh Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam.
Usia Ibrahim tidak panjang, ia wafat pada tahun 10 H saat berusia 17 atau 18 bulan. Rasulullah sangat bersedih dengan kepergian putra kecilnya yang menjadi penyejuk hatinya ini. Ketika Ibrahim wafat, Rasulullah bersabda,
“إن العين تدمع، والقلب يحزن، ولا نقول إلا ما يُرْضِى ربنا، وإنا بفراقك يا إبراهيم لمحزونون” رواه البخاري
“Sesungguhnya mata ini menitikkan air mata dan hati ini bersedih, namun kami tidak mengatakan sesuatu yang tidak diridhai Rab kami. Sesungguhnya kami bersedih dengan kepergianmu wahai Ibrahim.” (HR. Bukhari).
Kalau kita perhatikan perjalanan hidup Rasulullah bersama anak-anaknya, niscaya kita dapati pelajaran dan hikmah yang banyak. Allah Ta’ala mengaruniakan beliau putra dan putri yang merupakan tanda kesempurnaan beliau sebagai manusia. Namun Allah juga mencoba beliau dengan mengambil satu per satu anaknya sebagaiman dahulu mengambil satu per satu orang tuanya tatkala beliau membutuhkan mereka; ayah, ibu, kakek, dan pamannya. Hanya anaknya Fatimah yang wafat setelah Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam.
Allah juga tidak memperpanjang usia putra-putra beliau, salah satu hikmahnya adalah agar orang-orang tidak mengkultuskan putra-putranya atau mengangkatnya menjadi Nabi setelah beliau. Bisa kita lihat, cucu beliau Hasan dan Husein saja sudah membuat orang-orang yang lemah terfitnah. Mereka mengagungkan kedua cucu beliau melebih yang sepantasnya, bagaimana kiranya kalau putra-putra beliau dipanjangkan usianya dan memiliki keturunan? Tentu akan menimbulkan fitnah yang lebih besar.
Hikmah dari wafatnya putra dan putri Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam juga sebagai teladan bagi orang-orang yang kehilangan salah satu putra atau putri mereka. saat kehilangan anaknya, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabar dan tidak mengucapkan perkataan yang tidak diridhai Allah. Ketika seseorang kehilangan salah satu anaknya, maka Rasulullah telah kehilangan hampir semua anaknya.
Semoga shalawat dan salam senantiasa tercurah kepada Nabi Muhammad dan keluarganya..
Sumber: Islamweb.net

Referensi: www.KisahMuslim.com
Facebook Page: www.facebook.com/riska.pratama.ardi

Syahidnya Husein Radhiallahu'anhu di Padang Karbala


-Tulisan berikut ini diterjemahkan dari tulisan dan sebagian ceramah Syaikh Utsman al-Khomis, seorang ulama yang terkenal sebagai pakar dalam pembahasan Syiah-.
Pembahasan tentang terbunuhnya cucu Rasulullalllah, asy-syahid Husein bin Ali ‘alaihissalam telah banyak ditulis, namun beberapa orang ikhwan meminta saya agar menulis sebuah kisah shahih yang benar-benar bersumber dari para ahli sejarah. Maka saya pun menulis ringkasan kisah tersebut sebagai berikut –sebelumnya Syaikh telah menulis secara rinci tentang kisah terbunuhnya Husein di buku beliau Huqbah min at-Tarikh-.
Pada tahun 60 H, ketika Muawiyah bin Abu Sufyan wafat, penduduk Irak mendengar kabar bahwa Husein bin Ali belum berbaiat kepada Yazid bin Muawiyah, maka orang-orang Irak mengirimkan utusan kepada Husein yang membawakan baiat mereka secara tertulis kepadanya. Penduduk Irak tidak ingin kalau Yazid bin Muawiyah yang menjadi khalifah, bahkan mereka tidak menginginkan Muawiyah, Utsman, Umar, dan Abu Bakar menjadi khalifah, yang mereka inginkan adalah Ali dan anak keturunannya menjadi pemimpin umat Islam. Melalui utusan tersebut sampailah 500 pucuk surat lebih yang menyatakan akan membaiat Husein sebagai khalifah.
Setelah surat itu sampai di Mekah, Husein tidak terburu-buru membenarkan isi surat itu. Ia mengirimkan sepupunya, Muslim bin Aqil, untuk meneliti kebenaran kabar baiat ini. Sesampainya Muslim di Kufah, ia menyaksikan banyak orang yang sangat menginginkan Husein menjadi khalifah. Lalu mereka membaiat Husein melalui perantara Muslim bin Aqil. Baiat itu terjadi di kediaman Hani’ bin Urwah.
Kabar ini akhirnya sampai ke telinga Yazid bin Muawiyah di ibu kota kekhalifahan, Syam, lalu ia mengutus Ubaidullah bin Ziyad menuju Kufah untuk mencegah Husein masuk ke Irak dan meredam pemberontakan penduduk Kufah terhadap otoritas kekhalifahan. Saat Ubaidullah bin Ziyad tiba di Kufah, masalah ini sudah sangat memanas. Ia terus menanyakan perihal ini hingga akhirnya ia mengetahui bahwa kediaman Hani’ bin Urwah adalah sebagai tempat berlangsungnya pembaiatan dan di situ juga Muslim bin Aqil tinggal.
Ubaidullah menemui Hani’ bin Urwah dan menanyakannya tentang gejolak di Kufah. Ubaidullah ingin mendengar sendiri penjelasan langsung dari Hani’ bin Urwah walaupun sebenarnya ia sudah tahu tentang segala kabar yang beredar. Dengan berani dan penuh tanggung jawab terhadap keluarga Nabi (Muslim bin Aqil adalah keponakan Nabi), Hani’ bin Urwah mengatakan, “Demi Allah, sekiranya (Muslim bin Aqil) bersembunyi di kedua telapak kakiku ini, aku tidak akan memberitahukannya kepadamu!” Ubaidullah lantas memukulnya dan memerintahkan agar ia ditahan.
Mendengar kabar bahwa Ubaidullah memenjarakan Hani’ bin Urwah, Muslim bin Aqil bersama 4000 orang yang membaiatnya mengepung istana Ubaidullah bin Ziyad. Pengepungan itu terjadi di siang hari.
Ubaidullah bin Ziayd merespon ancaman Muslim dengan mengatakan akan mendatangkan sejumlah pasukan dari Syam. Ternyata gertakan Ubaidullah membuat takut Syiah (pembela) Husein ini. Mereka pun berkhianat dan berlari meninggalkan Muslim bin Aqil hingga tersisa 30 orang saja yang bersama Muslim bin Aqil, dan belumlah matahari terbenam hanya tersisa Muslim bin Aqil seorang diri.
Muslim pun ditangkap dan Ubaidullah memerintahkan agar ia dibunuh. Sebelum dieksekusi, Muslim meminta izin untuk mengirim surat kepada Husein, keinginan terakhirnya dikabulkan oleh Ubaidullah bin Ziyad. Isi surat Muslim kepada Husein adalah “Pergilah, pulanglah kepada keluargamu! Jangan engkau tertipu oleh penduduk Kufah. Sesungguhnya penduduk Kufah telah berkhianat kepadamu dan juga kepadaku. Orang-orang pendusta itu tidak memiliki pandangan (untuk mempertimbangkan masalah)”. Muslim bin Aqil pun dibunuh, padahal saat itu adalah hari Arafah.
Husein berangkat dari Mekah menuju Kufah di hari tarwiyah. Banyak para sahabat Nabi menasihatinya agar tidak pergi ke Kufah. Di antara yang menasihatinya adalah Abdullah bin Abbas, Abdullah bin Umar, Abdullah bin Zubair, Abu Said al-Khudri, Abdullah bin Amr, saudara tiri Husein, Muhammad al-Hanafiyah dll.
Abu Said al-Khudri radhiallahu ‘anhu mengatakan, “Sesungguhnya aku adalah seorang penasihat untukmu, dan aku sangat menyayangimu. Telah sampai berita bahwa orang-orang yang mengaku sebagai Syiahmu (pembelamu) di Kufah menulis surat kepadamu. Mereka mengajakmu untuk bergabung bersama mereka, janganlah engkau pergi bergabung bersama mereka karena aku mendengar ayahmu –Ali bin Abi Thalib- mengatakan tentang penduduk Kufah, ‘Demi Allah, aku bosan dan benci kepada mereka, demikian juga mereka bosan dan benci kepadaku. Mereka tidak memiliki sikap memenuhi janji sedikit pun. Niat dan kesungguhan mereka tidak ada dalam suatu permasalahan (mudah berubah pen.). Mereka juga bukan orang-orang yang sabar ketika menghadapi pedang (penakut pen.)’.
Abdullah bin Umar radhiallahu ‘anhu mengatakan, “Aku hendak menyampaikan kepadamu beberapa kalimat. Sesungguhnya Jibril datang kepada Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam. Kemudian memberikan dua pilihan kepada beluai antara dunia dan akhirat, maka beliau memilih akhirat dan tidak mengiginkan dunia. Engkau adalah darah dagingnya, demi Allah tidaklah Allah memberikan atau menghindarkan kalian (ahlul bait) dari suatu hal, kecuali hal itu adalah yang terbaik untuk kalian”. Husein tetap enggan membatalkan keberangkatannya. Abdullah bin Umar pun menangis, lalu mengatakan, “Aku titipkan engkau kepada Allah dari pembunuhan”.
Setelah meneruskan keberangkatannya, datanglah kabar kepada Husein tentang tewasnya Muslim bin Aqil. Husein pun sadar bahwa keputusannya ke Irak keliru, dan ia hendak pulang menuju Mekah atau Madinah, namun anak-anak Muslim mengatakan, “Janganlah engkau pulang, sampai kita menuntut hukum atas terbunuhnya ayah kami”. Karena menghormati Muslim dan berempati terhadap anak-anaknya, Husein akhirnya tetap berangkat menuju Kufah dengan tujuan menuntut hukuman bagi pembunuh Muslim.
Bersamaan dengan itu Ubaidullah bin Ziyad telah mengutus al-Hurru bin Yazid at-Tamimi dengan membawa 1000 pasukan untuk menghadang Husein agar tidak memasuki Kufah. Bertemulah al-Hurru dengan Husein di Qadisiyah, ia mencoba menghalangi Husein agar tidak masuk ke Kufah. Husein mengatakan, “Celakalah ibumu, menjauhlah dariku”. Al-Hurru menjawab, “Demi Allah, kalau saja yang mengatakan itu adalah orang selainmu akan aku balas dengan menghinanya dan menghina ibunya, tapi apa yang akan aku katakan kepadamu, ibumu adalah wanita yang paling mulia, radhiallahu ‘anha”.
Saat Husein menginjakkan kakinya di daerah Karbala, tibalah 4000 pasukan lainnya yang dikirim oleh Ubaidullah bin Ziyad dengan pimpinan pasukan Umar bin Saad. Husein mengatakan, “Apa nama tempat ini?” Orang-orang menjawab, “Ini adalah daerah Karbala.” Kemudian Husein menanggapi, “Karbun (musibah) dan balaa’ (bencana).”
Melihat pasukan dalam jumlah yang sangat besar, Husein radhiallahu ‘anhu menyadari tidak ada peluang baginya. Lalu ia mengatakan, “Aku ada dua alternatif pilihan, (1) kalian mengawal (menjamin keamananku) pulang atau (2) kalian biarkan aku pergi menghadap Yazid di Syam.
Engkau pergi menghadap Yazid, tapi sebelumnya aku akan menghadap Ubaidullah bin Ziyad terlebih dahulu kata Umar bin Saad. Ternyata Ubadiullah menolak jika Husein pergi menghadap Yazid, ia menginginkan agar Husein ditawan menghadapnya. Mendengar hal itu Husein menolak untuk menjadi tawanan.

Terjadilah peperangan yang sangat tidak imbang antara 73 orang di pihak Husein berhadapan dengan 5000 pasukan Irak. Kemudian 30 orang pasukan Irak dipimpin oleh al-Hurru bin Yazid at-Tamimi membelot dan bergabung dengan Husein. Peperangan yang tidak imbang itu menewaskan semua orang yang mendukung Husein, hingga tersisa Husein seorang diri. Orang-orang Kufah merasa takut dan segan untuk membunuhnya, masih tersisa sedikit rasa hormat mereka kepada darah keluarga Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam. Namun ada seorang laki-laki yang bernama Amr bin Dzi al-Jausyan –semoga Allah menghinakannya- melemparkan panah lalu mengenai Husein, Husein pun terjatuh lalu orang-orang mengeroyoknya, Husein akhirnya syahid, semoga Allah meridhainya. Ada yang mengatakan Amr bin Dzi al-Jausyan-lah yang memotong kepala Husein sedangkan dalam riwayat lain, orang yang menggorok kepala Husein adalah Sinan bin Anas, Allahu a’lam. Yang perlu pembaca ketauhi Ubaidullah bin Ziyad, Amr bin Dzi al-Jausyan, dan Sinan bin Anas adalah pembela Ali (Syiah nya Ali) di Perang Shiffin.
Ini adalah sebuah kisah pilu yang sangat menyedihkan, celaka dan terhinalah orang-orang yang turut serta dalam pembunuhan Husein dan ahlul bait yang bersamanya. Bagi mereka kemurkaan dari Allah. Semoga Allah merahmati dan meridhai Husein dan orang-orang yang tewas bersamanya. Di antara ahlul bait yang terbunuh bersama Husein adalah:
–          Anak-anak Ali bin Abi Thalib: Abu Bakar, Muhammad, Utsman, Ja’far, dan Abbas.
–          Anak-anak Husein bin Ali: Ali al-Akbar dan Abdullah.
–          Anak-anak Hasan bin Ali: Abu Bakar, Abdullah, Qosim.
–          Anak-anak Aqil bin Abi Thalib: Ja’far, Abdullah, Abdurrahman, dan Abdullah bin Muslim bin Aqil.
–          Anak-anak dari Abdullah bin Ja’far bin Abi Thalib: ‘Aun dan Muhammad.
Dari Ummu Salamah bawasanya Jibril datang kepada Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam “…Jibril mengatakan, “Apakah engkau mencintai Husein wahai Muhammad?” Nabi menjawab, “Tentu” Jibril melanjutkan, “Sesungguhnya umatmu akan membunuhnya. Kalau engkau mau, akan aku tunjukkan tempat dimana ia akan terbunuh.” Kemudian Nabi diperlihatkan tempat tersebut, sebuah tempat yang dinamakan Karbala. (HR. Ahmad dalam Fadhailu ash-Shahabah, ia mengatakan hadis ini hasan). Adapun berita-berita bahwa langit menurunkan hujan darah, dinding-dinding berdarah, batu yang diangkat lalu di bawahnya terdapat darah, dll. karena sedih dengan tewasnya Husein, berita-berita ini tidak bersumber dari rujukan yang shahih.
Benarkah Sikap Husein ‘alaihissalam Pergi ke Irak?
Tidak ada kemaslahatan dalam hal dunia maupun akhirat dari sikap Husein ‘alaihissalam yang keluar menuju Irak. Oleh karena itu, banyak sahabat Nabi yang berusaha mencegahnya dan melarangnya berangkat ke Irak. Husein pun menyadari hal itu dan ia sempat hendak pulang, namun anak-anak Muslim bin Aqil memintanya mengambil sikap atas terbunuhnya ayah mereka. Husein dengan penuh tanggung jawab tidak lari dari permasalahan ini. Dari peristiwa ini tampaklah kezaliman dan kesombongan orang-orang Kufah (Syiah-nya Husein) terhadap ahlul bait Nabi ‘alaihumu ash-shalatu wa salam.
Sekiranya Husein ‘alaihissalam menuruti nasihat para sahabat tentu tidak terjadi peristiwa ini, akan tetapi Allah telah menetapkan takdirnya. Terbunuhnya Husein ini tentu saja tidak sebesar peristiwa terbunuhnya para Nabi, semisal dipenggalnya kepala Nabi Yahya oleh seorang raja, karena calon istri raja tersebut meminta kepala Nabi Yahya bin Zakariya sebagai mahar pernikahan. Demikian juga dibunuhnya Nabi Zakariya oleh Bani Israil, dan nabi-nabi lainnya. Demikian juga dengan dibunuhnya Umar dan Utsman. Semua kejadian itu lebih besar dibanding dengan peristiwa dibunuhnya Husein ‘alaihissalam.
 Bagaimana Sikap Kita Terhadap Peristiwa Karbala?
Tidak diperbolehkan bagi umat Islam, apabila disebutkan tentang kematian Husein, maka ia meratap dengan memukul-mukul pipi atau merobek-robek pakaian, atau bentuk ratapan yang semisalnya. Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Bukan termasuk golongan kami, orang-orang yang menampar-nampar pipi dan merobek saku bajunya.” (HR. Bukhari).
Seorang muslim yang baik, apabila mendengar musibah ini hendaknya ia mengatakan sebuah kalimat yang Allah tuntunkan dalam firman-Nya,
الَّذِينَ إِذَا أَصَابَتْهُم مُّصِيبَةٌ قَالُواْ إِنَّا لِلّهِ وَإِنَّا إِلَيْهِ رَاجِعونَ
“Orang-orang yang apabila mereka ditimpa musibah, mereka mengtakan sesungguhnya kami adalah milik Allah dan kepada-Nya lah kami akan kembali.” (QS. Al-Baqarah: 155)
Tidak pernah diriwayatkan bahwa Ali bin Husein atau putranya Muhammad, atau Ja’far ash-Shadiq atau Musa bin Ja’far radhiallahu ‘anhum, para imam dari kalangan ahlul bait maupun selain mereka pernah memukul-mukul pipi mereka, atau merobek-robek pakaian atau berteriak-teriak, dalam rangka meratapi kematian Husein. Tirulah mereka kalau engkau tidak bisa serupa dengan mereka, karena meniru orang-orang yang mulia itu adalah kemuliaan.
Tidak seperti orang-orang yang mengaku Syiah (pembela) Husein, Syiahnya ahlul bait Nabi pada hari ini, mereka merusak anggota tubuh, memukul kepala dan tubuh dengan pedang dan rantai, mereka katakan kami bangga menyucurkan darah bersama Husein. Demi Allah, sekiranya mereka berada pada hari dimana Husein terbunuh mereka akan turut serta dalam kelompok pembunuh Husein karena mereka adalah orang-orang yang selalu berhianat.
Posisi Yazid Dalam Peristiwa Ini
Dalm permasalahan ini, Yazid sama sekali tidak turut campur. Aku mengakatakan hal ini bukan untuk membela Yazid tetapi hanya untuk mendudukan permasalahan yang sebenarnya. Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah mengatakan, “Yazid bin Muawiyah tidak memerintahkan untuk membunuh Husein. Ini adalah kesepatakan para ahli sejarah. Yazid hanya memerintahkan Ubaidullah bin Ziyad agar mencegah Husein untuk memasuki wilayah Irak. Ketika Yazid mendengar tewasnya Husein, Yazid pun terkejut dan menangis. Setelah itu Yazid memuliakan keluarga Husein dan mengamankan anggota keluarga yang tersisa sampai ke daerah mereka. Adapun riwayat yang menyatakan bahwa Yazid merendahkan perempuan-perempuan ahlul bait lalu membawa mereka ke Syam, ini adalah riwayat yang batil. Bani Umayyah (keluarga Yazid) selalu memuliakan Bani Hasyim (keluarga Rasulullah).
Sebelumnya Yazid telah mengirim surat kepada Husein ketika di Mekah, ternyata saat surat itu tiba Husein telah berangkat menuju Irak. Surat itu berisikan syair dari Yazid untuk melunakkan hati Husein agar tidak berangkat ke Irak dan Yazid juga menyatakan kedekatan kekerabatan mereka. Bibi Yazid, Ummu Habibah adalah istri Rasulullah dan kakek (Jawa: mbah buyut) Yazid dan Husein adalah saudara kembar.
Kepala Husein
Tidak ada riwayat yang shahih yang menyatakan bahwa kepala Husein dikirim kepada Yazid di Syam. Husein tewas di Karbala dan kepalanya didatangkan kepada Ubaidullah bin Ziyad. Tidak diketahui dimana makamnya dan makam kepalanya.
Wallahu Ta’ala a’la wa a’lam, wa shallallahu ‘ala nabiyyina muhammad wa ‘ala aalihi wa shohbihi ajma’in.
Sumber: almanhaj.net
Referensi: www.KisahMuslim.com
Facebook Page: www.facebook.com/riska.pratama.ardi 

Kamis, 21 April 2016

Membaca Al-Qur'an Kuatkan Fungsi Otak

 
 
 
 
 
Otak manusia bisa dibagi menjadi dua bagian, yaitu:
  • Otak kanan
  • Otak kiri
Manfaat membaca al-Qur'an bagi kedua bagian otak:

1. Otak kanan
Nada dan irama ketika membaca al-Qur'an, ditambah jika diniati dengan menghafalnya, maka hal ini dapat memperkuat fungsi otak kanan. Otak kanan adalah otak yang melahirkan ide-ide, kreativitas, inovasi, memperkuat memori jangka panjang, dll.
2. Otak kiri
Teknik membaca al-Qur'an dengan kaidah tajwid dapat memperkuat ingatan dan membantu fungsi berpikir dan nalar. Fungsi yang ada pada otak kiri manusia.
 
Referensi: www.lampuislam.org 

Kisah Dubai dan Kebenaran Sabda Baginda Muhammad SAW


Kehidupan ini adalah nyata. Lebih nyata dari pendapat siapa pun tentang kenyataan. Ia terus bergerak, mengalir, dan berubah. Hari ini, seseorang miskin bertelanjang kaki. Esok hari, tiba-tiba ia menjadi miliyuner yang membangun gedung pencakar langit yang tinggi. Nabi ﷺ pernah bersabda menggambarkan situasi kehidupan akhir zaman,
“Dan bila engkau menyaksikan mereka yang berjalan tanpa alas kaki, tidak berpakaian, fakir, dan penggembala kambing, (kemudian) berlomba-lomba membuat bangunan yang tinggi.”
Sabda beliau ini nyata! Lebih nyata dari pendapat siapapun tentang kenyataan.
Kali ini kita bercerita tentang Dubai, sebuah emirat (propinsi) di negara Uni Emirat Arab yang menjadi bukti dari sekian banyak kebenaran sabda Nabi.
Sabda Nabi ﷺ
Suatu hari, bumi menjadi saksi pertemuan dua makhluk agung dan mulia. Malaikat yang terbaik berjumpa dengan manusia termulia. Malaikat Jibril datang menjumpai Nabi kita Muhammad ﷺ. Jibril datang dengan wujud manusia. Ia datang dengan penampilan indah. Mengenakan baju yang teramat putih ditimpali warna rambut yang hitam kelam. Ia datang berdialog dengan Nabi Muhammad ﷺ untuk memberikan pengajaran kepada para sahabat. Jibril bertanya tentang Islam, iman, dan ihsan. Kemudian ia bertanya tentang tanda kiamat. Di antara jawaban Nabi ﷺ adalah,
وَأَنْ تَرَى الْحُفَاةَ الْعُرَاةَ الْعَالَةَ رِعَاءَ الشَّاءِ يَتَطَاوَلُونَ فِي الْبُنْيَانِ.
“Dan bila engkau menyaksikan mereka yang berjalan tanpa alas kaki, tidak berpakaian, fakir, dan penggembala kambing, (kemudian) berlomba-lomba membuat bangunan yang tinggi.” (HR. Muslim).
Inilah di antara tanda-tanda hari kiamat. Tanda hari kiamat ada yang sifatnya baik. Ada pula yang buruk. Ada pula hanya sekedar kabar atau tanda yang aslinya tidak bersifat baik ataupun buruk. Hanya sekadar tanda dan kabar agar manusia sadar bahwa kiamat pasti terjadi. Contohnya seperti berlomba-lomba membuat bangunan yang tinggi ini.
Dalam hadits lain, yang diriwayatkan Imam Ahmad dari Ibnu Abbas radhiyallahu ‘anhuma, ada keterangan tambahan. Ibnu Abbas bertanya kepada Nabi ﷺ:
يَا رَسُـولَ اللهِ، وَمَنْ أَصْحَابُ الشَّاءِ وَالْحُفَاةُ الْجِيَـاعُ الْعَالَةُ قَالَ: اَلْعَرَبُ.
“Wahai Rasulullah, dan siapakah para pengembala, orang yang tidak memakai sandal, dalam keadaan lapar dan yang miskin itu?” Beliau menjawab, “Orang Arab.” (Musnad Ahmad, IV/332-334, no. 2926).
Emirat Dubai
Dubai adalah salah satu emirat di wilayah Uni Emirat Arab (UAE). UAE sendiri merupakan sebuah negara federasi yang terdiri dari tujuh emirat yang kaya akan minyak bumi. Tujuh emirat ini adalah: Abu Dhabi, Ajman, Dubai, Fujairah, Ras al-Khaimah, Sharjah, dan Umm al-Qaiwain. Pada tahun 1971, enam dari emirat ini – Abu Dhabi, Ajman, Fujairah, Sharjah, Dubai, dan Umm al-Qaiwain – bergabung untuk mendirikan Uni Emirat Arab. Setahun berikutnya, Ras al-Khaimah menyertai mereka. Dubai adalah ke-emiran yang paling populer.
Ada yang mengatakan, nama kota ini berasal dari bahasa Persia. Karena dulu wilayah ini berada di bawah kekuasaan Kekaisaran Sasaniyah Persia. Ada pula yang mengatakan kata Dubai berasal dari bahasa Arab dabba (Arab: دَبَّ – يَدُبُّ) yang artinya menjalar atau mengalir. Karena di Dubai terdapat aliran sebuah sungai air garam yang sekarang dikenal dengan Khor Dubai atau Dubai Creek.
Dubai terletak di sepanjang pantai Teluk Arab dipimpin oleh keluarga al-Maktoum sejak 1883. Pemimpinnya saat ini adalah Mohammed bin Rashid al-Maktoum yang juga menjabat sebagai Perdana Menteri dan Wakil Presiden UEA.
Dubai Sebelum Metropolis
Dalam wawancara dengan BBC, Syaikh Mohammed bin Rashid al-Maktoum menunjukkan rumah kakeknya, tempat bermain di masa kecilnya. Ia mengatakan, “Inilah tempat ayahku, ibuku, dan kami tinggal. Saat aku lahir tidak ada listrik di sini. Hanya bagian itu dan itu (ia menunjuk dua titik tempat lampu menyala di rumah besar itu) dan tidak ada air”.
Pernyataan singkat ini, menggambarkan bagaimana keadaan Dubai sebelum bertransofmasi menjadi kota metropolis. Rumah keluarga al-Maktoum, keluarga Emir Dubai, adalah rumah yang gelap dan kesulitan air. Apalagi rumah rakyat biasa.
Meskipun minyak sudah ditemukan sejak tahun 1966, tahun 1973, hanya ada satu hotel berkelas di sana, Hotel Sheraton. Kalau sekarang malah sangat sulit menemukan hotel yang tidak berbintang lima di Dubai, bahkan ada hotel berbintang tujuh di sana.
Simaklah gambar dan video berikut untuk mengetahui kondisi Dubai sebelum menjadi kota metropolis:

Sebuah pasar di pusat Kota Dubai pada tahun 1970
Sebuah pasar di pusat Kota Dubai pada tahun 1970
Caravan onta di Dubai. Berlangsung antara tahun 1960an - 1970an.
Caravan onta di Dubai. Berlangsung antara tahun 1960an – 1970an.
Dubai pada tahun 1960an-1970an
Dubai pada tahun 1960an-1970an
 
Dubai Metropolis
Islam adalah agama yang tidak menghalangi kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi. Inovasi dalam hal dunia dibuka selebar-lebarnya selama tidak melanggar syariat. Di zaman dahulu umat Islam terkenal dengan kemajuan arsitekturnya. Oleh karena itu, tanda hari kiamat berupa berlomba-lombanya manusia dalam meninggikan bangunan tidak dikategorikan sebagai permasalahan yang nilai dasarnya jelek. Bahkan bisa jadi pembangunan ini bermanfaat dan maslahat.

Dubai Modern
Dubai Modern
Sekarang di Dubai, semuanya serba besar, luas, dan tinggi. Megah, mewah, sampai membuat mulut ternganga. Dubai adalah kota dengan pertumbuhan tercepat di dunia. Gurun yang kosong telah berubah menjadi gedung-gedung pencakar langit. Onta-onta telah berubah menjadi Ferrari, Mercedes, Hummer, dll. Di antara bangunan tinggi di Dubai adalah:
Pertama: Burj Dubai atau yang dikenal Burj Khalifa, Merupakan bangunan tertinggi di dunia. Tingginya 818 m, kurang 182 m lagi jadi 1 Km. di dalamnya ada 30.000 rumah dan 9 hotel mewah.
Kedua: 10 Hotel tertinggi di dunia, 7 di antaranya ada di Dubai. Lima hotel tertinggi; JW Marriott Marquis Dubai (355 m), Rose Rayhaan (333 m), Burj Al Arab (321 m) hotel termewah di dunia, Jumeirah Emirates Towers Hotel (309 m), The Address Downtown Dubai (306 m), semuanya ada di Dubai.
Ketiga: Shopping Mall terbesar di dunia adalah Dubai Mall dengan luas 50 kali luas lapangan sepak bola dan terdapat 1.200 toko. Di dalamnya ada akuarium terbesar di dunia yang isinya 33.000 hewan laut.
Keempat: al-Maktoum International Airport atau Dubai International Airport merupakan bandara terluas ke-3 di dunia.
Kelima: Dubailand. Sekarang Walt Disney World Resort di Orlando memegang rekor taman bermain terluas di dunia. Kalau pembangunan Dubailand rampung, maka taman yang luasnya dua kali lipat Walt Disney ini akan memegang rekor baru.

Aquarium di Dubai Mall
Aquarium di Dubai Mall
Masih banyak lagi gedung-gedung tinggi dan bangunan-bangunan yang ‘wah’ di Dubai. Ada menara kembar Emirates Tower yang bentuknya seperti dua batang cokelat Toblerone. Hotel bawah laut di kedalam 33 m. Gedung 68 lantai, yang tiap lantainya bisa berputar 360°. Belum lagi pulau buatannya seperti The World terdapat 300 pulau buatan membentuk peta dunia. Kemudian juga Palm Island yang terdapat 2000 vila dan 40 hotel mewah. Belum lagi kendaraan super mewah. Anda masih berpikir orang Arab identik mengendarai onta? Ubah segera perspektif lama itu. Di Dubai, mobil mewah berlapis perak dan emas pun ada. Sampai-sampai polisi Dubai layak disebut World’s Fastest Police karena kendaraan mereka McLaren MP4-12C, Lamborghini, Aston Martin, Bentley, dan Ferrari.
Mereka yang dulu miskin, telanjang kaki, tak berbaju itu telah membuktikan kebenaran sabda Nabi ﷺ.
Pelajaran:
Penulis tidak menginginkan pembaca hanya terpaku dan terhenti dalam khayalan, membayangkan kemegahan Duai. Bukan itu pesan yang ingin disampaikan.
Cobalah renungkan Sabda Nabi ﷺ. Bernarlah apa yang beliau kabarkan. Hal itu pula menunjukkan mukjizat beliau. Beliau mengabarkan tentang sesuatu yang akan terjadi di masa yang akan datang. Orang yang hidup di masa tersebut akan menyaksikannya.
Beliau mengabarkan tentang orang-orang miskin berlomba-lomba meninggikan bangunan. Hal itu telah terjadi. Dan kita telah menjadi saksinya. Beliau mengabarkan tentang turunnya Nabi Isa, keluarnya Dajjal, Ya’juj dan Ma’juj, hal ini pun pasti terjadi. Orang yang hidup di zamannya akan menjadi saksinya.
Dan beliau ﷺ mengabarkan tentang kenikmatan surga dan kengerian neraka, orang yang percaya sebelum mereka menyaksikannya, merekalah orang yang beruntung dan berbahagia. Orang yang baru percaya ketika menyaksikannya, mereka benar-benar dalam penyesalan dan duka cita yang mendalam.
“Saat ini, dunia itu nyata dan neraka hanyalah cerita. Akan tetapi ketika di akhirat, Neraka adalah nyata dan dunia hanyalah cerita.”

Referensi: www.KisahMuslim.com
Facebook Page: www.facebook.com/riska.pratama.ardi 
Sumber:
– al-Wabil, Yusuf bin Abdillah. TT. Asyrath as-Sa’ah. Dar Ibnu al-Jauzi.
– nationalgeographic.com
– wikipedia.org. dll.

Selasa, 15 Maret 2016

MENCINTAI BAGINDA RASULULLAH DENGAN MEMENUHI HAK-HAK BELIAU



Kita seringkali membaca atau mendengar hadits-hadits yang berasal dari Rasulullah shalallahu ‘alaihi wassalam, baik ketika kita membacanya pada suatu artikel di internet, melalui buku-buku agama, melalui ceramah-ceramah agama di TV dan di radio, dan sebagainya. Hadits-hadits itu berisi tentang kabar-kabar yang harum dari para Sahabat tentang kisah hidup Nabi Muhammad shalallahu ‘alaihi wassalam, akhlaq beliau, suka dan duka yang beliau alami, dan juga nasihat-nasihat serta larangan dari beliau. Maka sudah sepantanyalah kita sebagai seorang Muslim mengetahui apa sebenarnya hak-hak beliau atas diri kita dan kita harus berusaha semaksimal mungkin untuk memenuhi hak-hak tersebut. Kewajiban kita kepada beliau adalah beriman dan mempercayai segala perhatian dan tindakan Rasulullah shalallahu ‘alaihi wassalam serta seluruh ajaran yang beliau bawa. Kita wajib menaati ajaran beliau dan menjauhi apa-apa yang menyebabkan kita menjadi ingkar dan tidak percaya kepada beliau.

Kita harus rela dengan hukum dan sunnah Rasulullah shalallahu ‘alaihi wassalam. Kita harus menempatkan beliau pada posisi sebagaimana yang dinyatakan oleh Allah serta tidak menganggap remeh ajaran beliau. Kita wajib menjadikan beliau sebagai teladan sepanjang masa. Kita juga wajib mencintai beliau, menghormati, serta membela kehormatan beliau apabila ada orang yang mencoba merendahkan, sebagaimana kita juga wajib mencintai dan membela keluarga serta sahabat-sahabat beliau.
Allah telah berfirman, “Sesungguhnya Allah dan para malaikat-Nya bershalawat untuk Rasulullah. Hai orang-orang yang beriman, bershalawatlah kamu untuk Rasulullah dan ucapkanlah salam penghormatan kepadanya.” (Qs. al-Ahzab: 56)

Nabi Muhammad shalallahu ‘alaihi wassalam pernah bersabda, “Hari yang paling baik di antara hari-harimu adalah hari Jumat. Pada hari itu Adam diciptakan dan ditiupkan ruh (kepadanya). Maka perbanyaklah bershalawat kepadaku pada hari Jumat. Sesungguhnya shalawat kaumku diperlihatkan dan disampaikan kepadaku.” Kemudian seseorang berkata, “Wahai Rasulullah, bagaimana shalawat bisa sampai kepada engkau, sedangkan jasadmu telah rusak?” Rasulullah menjawab, “Allah telah mengharamkan tanah untuk memakan jasad para nabi.” (H.R. Abu Daud)
Sebagai umatnya, tentunya kita tidak boleh kikir kepada hak beliau. Sabda beliau, “Orang yang kikir adalah orang yang apabila aku disebut di hadapannya, orang itu tidak mau bershalawat kepadaku.” (H.R. Tirmidzi)
Rasulullah juga bersabda,
Tidak berkumpul suatu kaum dalam satu majelis, dan tidak disebut di dalamnya nama Allah serta tidak bershalawat kepada nabinya, kecuali ditimpakan kepada mereka suatu kebohongan. Kalau Allah menghendaki, mereka akan disiksa, dan kalau Dia berkehendak, mereka akan diampuni.” (H.R. Tirmidzi)
Maka dari itu janganlah kita meninggalkan ajaran beliau dan sudah sepantasnya kita mematuhi ajaran-ajaran beliau. Apalagi ketika kita sudah banyak membaca sirah kehidupan beliau yang dipenuhi kisah-kisah mulia tentang keberanian, perjuangan, kesabaran, dan keteguhan beliau dalam memperjuangkan agama ini. Sungguh sangat indah kisah hidup beliau. Masih membekas di benak kita akan petunjuk Rasulullah. Sepak terjang dan sunnah Rasulullah bisa kita lihat dalam diri para ulama salaf dan para pengikut mereka. Karena, merekalah para pengganti dan pewaris Nabi Muhammad. Mudah-mudahan Allah memberikan kepada kita kekuatan untuk mengikuti sunnah Nabi Muhammad dan menjadikan beliau sebagai teladan.

Berkata Imam Ahmad bin Hanbal, “Aku tidak menulis sebuah hadits, kecuali aku telah mengamalkannya terlebih dahulu. Sampai-sampai ketika sampai kepadaku sebuah hadits bahwa Rasulullah berbekam dan memberi Abu Thaibah satu dinar (sebagai upahnya), aku juga memberi satu dinar kepada tukang bekam sewaktu akan berbekam.” [1]
Abdurrahman bin Mahdi berkata, “Aku mendengar Sufyan ats-Tsauri berkata, ‘Aku mengamalkan setiap hadits Raslullah yang sampai kepadaku walau hanya sekali.’” [2]
Muslim bin Yassar berkata, “Aku shalat sambil memakai sandal, padahal sebenarnya aku lebih suka melepaskannya karena lebih mudah, tetapi aku melakukan hal itu karena mengikuti sunnah.” (H.R. Bukhari)
Sebagai penutup dari artikel ini, penulis cantumkan sabda kekasih tercinta, Nabi Muhammad shalallahu ‘alaihi wassalam dalam sebuah hadits agung, “Seluruh umatku akan masuk surga, kecuali yang tidak mau.” Sahabat bertanya, “Ya Rasulullah, siapakah yang tidak mau masuk surga?” Beliau bersabda,
Barangsiapa yang taat kepadaku dia akan masuk surga, dan yang maksiat kepadaku (tidak mengikutiku), dialah orang yang tidak mau (masuk surga).” (H.R. Bukhari)
Ya Allah, ya Rabb kami! Karuniakanlah kepada kami kecintaan kepada rasul-Mu dan berikanlah kepada kami kesempatan untuk mengikuti jejak langkah rasul-Mu, yaitu jalan orang-orang yang tidak sesat dan tidak menyesatkan.
Ya Allah, shalawat kami kepada Nabi Muhammad sepanjang pergantian siang dan malam. Ya Allah, ucapkanlah shalawat kami kepada beliau, sebagaimana orang-orang yang Engkau kasihi mengucapkannya.
Ya Allah, kumpulkanlah kami di surga nanti bersama rasul-Mu dan sejukkanlah mata kami dengan melihat wajahnya yang agung serta berikanlah kami kesempatan untuk minum dari telaga beliau sehingga kami tidak akan haus selamanya. Mudah-mudahan Allah memberikan rahmat dan salam-Nya kepada beliau, keluarga beliau, dan sahabat-sahabat yang mulia tanpa terkecuali.

Referensi: www.lampuislam.blogspot.com 
Page Facebook: www.facebook.com/riska.pratama.ardi