Dijawab oleh Ustadz Sigit Pranowo dari eramuslim
Pertanyaan
Jika iblis diciptakan dari api, lalu mengapa dia juga ditempatkan di
neraka yang terbuat dari api yang panas? Kalau begitu, apakah iblis
tidak akan merasakan panasnya api neraka?
Jawaban
Telah diketahui bahwa Allah swt menciptakan iblis dan jin dari api,
sebagaimana disebutkan didalam firman-Nya yang menceritakan tentang
iblis:
“Allah berfirman: “Apakah yang menghalangimu untuk bersujud
(kepada Adam) di waktu aku menyuruhmu?” Menjawab iblis “Saya lebih baik
daripadanya: Engkau ciptakan saya dari api sedang Dia Engkau ciptakan
dari tanah” (QS. Al A’raf : 12)
“Dan Kami telah menciptakan jin sebelum (Adam) dari api yang sangat panas.” (QS. Al Hijr : 27)
Telah diketahui bahwa Allah swt akan mengadzab iblis dan orang-orang yang bersamanya dengan api neraka, sebagaimana firman-Nya :
“Sesungguhnya aku pasti akan memenuhi neraka Jahannam
dengan jenis kamu dan dengan orang-orang yang mengikuti kamu di antara
mereka kesemuanya.” (QS. Shaad : 85)
Maka jawabannya adalah sebagai berikut :
1. Bahwa Allah swt Maha Mampu untuk merubah tabiat setan sehingga
bisa merasakan adzab api neraka. Bukankah terkadang setan merubah
bentuknya dengan bentuk-bentuk yang tidak seperti tabiatnya, terkadang
dia tinggal di suatu tempat, tidur, duduk, mengenakan pakaian-pakaian
yang tidak disebutkan nama Allah didalamnya. Ia terkadang menempati
rumah-rumah yang tidak disebutkan nama Allah didalamnya ketika para
pemiliknya memasuki rumah-rumah mereka, sebagaimana ditunjukkan oleh
berbagai hadits Rasul saw namun demikian benda-benda tersebut tidaklah
terbakar meskipun bersentuhan dengan setan itu. Disebutkan didalam
beberapa riwayat bahwa setan pernah berupaya memalingkan Nabi saw disaat
shalatnya, setan itu ingin merusak shalat beliau maka Nabi pun
mencekiknya dan tangan beliau saw merasakan dinginnya lidah setan itu.
Seandainya setan tetap seperti tabiatnya yang berasal dari api maka ia
pasti membakar tangan Rasul saw yang telah menyentuhnya. Nabi Adam as
telah diciptakan dari tanah namun dirinya telah dijadikan memiliki
berbagai kehususan yang tidak seperti kekhususan sebuah tanah selama
ruhnya masih berada didalam tubuhnya. Tidak mungkin pada tubuh manusia
ditanam sebuah pohon sebagaimana pohon itu ditanam pada sebidang tanah.
2. Boleh saja bagi Allah swt untuk menjadikan dari jenis api satu
jenis lainnya yang lebih kuat dari api yang dipakai untuk menciptakan
iblis sehingga dia merasakan adzab api tersebut apabila dirinya
dimasukkan kedalamnya. Api itu sendiri memiliki tingkatan yang
sebagiannya lebih panas dari sebagian lainnya.
3. Tidak semua adzab yang ada di neraka adalah api yang membakar
tubuh dan memberikan kepedihan kepadanya namun ada adzab berupa
ular-ular, kalajengking-kalajengking, cambuk-cambuk dari besi yang
dipukulkan kepada mereka yang diadzab, didalamnya juga terdapat
rantai-rantai panjang dan belenggu-belenggu serta pohon zaqqum,
sebagaimana firman Allah swt:
“Sesungguhnya pohon zaqqum itu, makanan orang yang banyak
berdosa. (Ia) sebagai kotoran minyak yang mendidih di dalam perut,
seperti mendidihnya air yang Amat panas.” (QS. Ad Dukhan: 43 – 46)
"Sesungguhnya Dia adalah sebatang pohon yang ke luar dan
dasar neraka yang menyala, mayangnya seperti kepala syaitan-syaitan.
Maka Sesungguhnya mereka benar-benar memakan sebagian dari buah pohon
itu, Maka mereka memenuhi perutnya dengan buah zaqqum itu.” (QS. Ash
Shafat: 64 – 66)
“Mereka tiada memperoleh makanan selain dari pohon yang
berduri, yang tidak menggemukkan dan tidak pula menghilangkan lapar.”
(QS. Ash Shafat: 6 – 7)
Jadi bentuk-bentuk adzab itu adalah bermacam-macam sehingga boleh
saja bagi Allah swt untuk menimpakan diantara macam-macam itu kepada
setan untuk mengadzabnya karena aturan-aturan yang berlaku di akherat
berbeda dengan aturan-aturan yang berlaku di dunia. Dan selama Allah swt
memutuskan untuk mengadzab setan maka adzab itu akan menimpa mereka
dengan cara yang diinginkan-Nya swt.
Yang terpenting bagi kita adalah berupaya agar tidak termasuk kedalam
orang-orang yang membantu setan-setan itu. (fatawa al Azhar juz VIII
hal 284)
Wallahu A’lam
Referensi: www.lampuislam.org
Facebook Page: www.facebook.com/riska.pratama.ardi
Tidak ada komentar:
Posting Komentar