Sebagian orang menghampiriku dan bertanya bagaimana aku menjadi muslim. Jadi aku ingin menceritakannya untuk menjawab pertanyaan orang-orang dan membuat orang-orang tahu bagaimana aku membuat perubahan besar dalam hidupku. Kisahnya membawa kita kembali pada tahun 1990. Sebelum tahun 1990, aku seperti orang Amerika pada umumnya. Aku mengikuti filosofi hidup bahwa seseorang yang mati dengan kekayaan terbanyak berarti telah menang. Aku menghabiskan hidupku untuk mencari kekayaan dan hanya itulah satu-satunya tujuan hidupku.
Pada tahun 1990, anak perempuanku lahir, yaitu Christina. Dia bisa melakukan sesuatu yang tidak pernah dilakukan anak lain sebelumnya. Jika aku mendirikannya, dia bisa berdiri sendiri. Dan aku seorang dokter di bidang medis, aku mengerti bahwa itu tidak mungkin bisa dilakukan bayi yang baru lahir, tapi aku tidak menganggapnya sebagai sebuah mukjizat. Aku menganggapnya hanya sebagai sesuatu yang menarik, tapi kurasa aku tidak paham pesan dibaliknya. Kurasa pesannya harus datang kepadaku untuk kedua kalinya. Dan kedua kalinya pesan Tuhan datang dalam cara yang lebih dramatis.
Jadi 10 bulan kemudian, pada tahun
1990, anak perempuan keduaku, Hannah terlahir. Dan Hannah dipindahkan langsung
dari ruang bersalin di rumah sakit ke bagian Neonatal Intensive Care Unit
(NICU) dan mereka tidak memberitahuku apa alasannya. Aku seorang dokter yang bekerja
di rumah sakit George Washington University, yang merupakan salah satu rumah
sakit paling terkenal di Amerika Serikat. Itulah rumah sakit dimana Presiden
Ronald Reagan dirawat ketika dia tertembak. Perawatan medis di rumah sakit itu mempunyai standar yang tinggi.
Jadi ketika aku tahu bahwa anak
perempuan keduaku membiru, aku sangat khawatir. Aku melihatnya dalam Intensive
Care Unit (ICU), mulai dari dadanya hingga ke ujung kakinya, dia begitu lebam, dia
berwarna biru gelap. Dan untukmu yang bekerja di bidang medis tentunya tahu apa
artinya itu. Tapi untuk kalian yang tidak tahu,
ketika kalian melihat urat-urat kalian di tangan, pada tangan orang kulit putih, urat itu berwarna
biru. Alasannya adalah ketika darah membawa oksigen maka warnanya merah. Ketika
darah tidak membawa oksigen maka warnanya berubah biru dan seperti itulah warna tubuh anakku.
Kami melakukan Cardiac Ultrasound dan ternyata dia mengalami penyempitan pembuluh
darah. Sedangkan pembuluh darah adalah alat
transportasi utama yang membawa darah dari jantung ke seluruh tubuh. Dan penyempitan pembuluh darah adalah mengecilnya
jalur pembuluh darah. Kau dapat melihat pembuluh darah berada dalam ukuran
normal pada sisi lain, tapi di tengah-tengahnya ada penyempitan dimana pembuluh
darah menjadi kecil hingga hampir tertutup.
Jadi itulah kondisi anakku, dia
sedang sekarat, tubuhnya lemas. Dan sebagai seorang dokter, aku mengerti apa
artinya ini. Aku sering terlibat
dalam operasi bedah jantung, aku tahu bahwa hampir pasti anak ini harus menjalani operasi
bedah jantung, mereka akan membedah jantungnya, menggantikan pembuluh darahnya
dengan sebuah graft (saluran buatan) dan anak ini sedang sekarat.
Berdasarkan teknologi saat itu,
yakni 20 tahun yang lalu, harapanku adalah bahwa anak perempuanku sehabis
menjalani operasi ini, berhasil hidup hanya sampai
beberapa tahun, lalu harus menjalani operasi lagi untuk mengganti graft-nya
(saluran buatan) seiring dia tumbuh dewasa. Dan
pada akhirnya graft itu tidak akan mampu lagi menghidupinya sehingga dia akan mati.
Dan itulah kecemasanku waktu itu, itulah kecemasan
para dokter di ICU yang menangani anakku waktu itu. Jadi kami semua memandangi
bayi yang bahkan belum genap berumur satu hari, tubuhnya sedang
sekarat karena kekurangan oksigen,
dan kami hanya mengamati dia perlahan-lahan mati.
Mereka memanggil seorang ahli bedah
jantung dari rumah sakit anak-anak di Washington D.C. Ketika dia datang untuk
melihat anakku, aku tidak diperbolehkan masuk karena aku begitu emosional.
Aku meninggalkan ruang Intensive
Care Unit (ICU). Di samping ruang Intensive Care Unit (ICU) ada tempat berdo’a. Dan aku masih ingat dengan jelas
ketika aku berjalan ke dalam ruangan itu dan berdo’a dengan tulus untuk pertama kalinya seumur hidupku. Aku tidak pernah berdo’a dengan tulus sebelumnya.
Di sepanjang hidupku, aku selalu berkuasa. Jika ada sesuatu yang aku inginkan, aku
tahu bagaimana cara mendapatkannya. Aku tidak pernah sekali pun dalam hidupku
menghadapi situasi dimana aku tidak bisa mengatasinya, situasi dimana aku tahu
bahwa aku sudah tidak punya harapan lagi.
Aku berdo’a dengan tulus untuk pertama kalinya dalam hidupku dan aku hanya dapat percaya bahwa ini pasti karena campur tangan Sang Pencipta. Kami melakukan tes ultrasound sebelumnya yang menunjukkan kondisi kehidupannya yang sekarat, lalu kami melakukan tes ultrasound lagi dan ternyataputriku benar-benar normal. Dia tidak perlu dioperasi, dia benar-benar seperti anak normal lainnya, bahkan dia masuk perguruan tinggi tahun ini.
Dan banyak orang berpikir bahwa aku
masuk Islam dari agama Kristen. Tapi aku tidak pernah
sekalipun seumur hidupku seorang Kristen. Aku pada saat itu seorang ateis, faktanya aku mencoba untuk mendebat orang-orang agar mereka tidak
percaya pada Tuhan.
Ketika aku memasuki ruangan do’a
itu, aku mengingat satu hal yang membuatku terkejut adalah bahwa ruangan itu
hanyalah ruangan do’a biasa, tidak ada salib, tidak ada patung, tidak ada simbol-simbol keagamaan sama sekali. Dan
hal itu membuatku merasa nyaman.
Tapi karena aku seorang ateis, do'aku sangat sederhana tapi do’a ini punya kekuatannya
sendiri. Aku menghabiskan seluruh hidupku menolak adanya
Tuhan, tapi pada saat itu aku sadar bahwa tidak ada daya untukku menolong anak yang malang ini. Satu-satunya kekuatan, jika Dia memang ada, yang dapat menolong
anakku hanyalah Sang Maha Kuasa.
Jadi satu-satunya do’a yang bisa
kulakukan adalah “Ya Tuhan, jika Kau memang ada.” Dan aku akui, sebenarnya dalam
hati aku mengatakan “Aku tidak tahu
apakah Kau ada atau tidak, tapi jika Kau ada, maka aku butuh
pertolongan.” Dan aku berjanji, jika Tuhan menyelamatkan putriku,
maka aku mohon petunjuk-Nya untuk mencari agama yang paling menyenangkan-Nya dan aku berjanji akan mengikuti agama itu. Dan aku mengingat kata-kata itu dengan sungguh-sungguh.
Sehabis berdo’a selama kurang lebih 15 menit, kemudian aku kembali ke Intensive Care Unit (ICU), ketika aku memasukinya, para dokter mengerubungi putriku. Ketika
aku berjalan ke arah mereka, dokter ahli bedah jantungnya menatap mataku dan
berkata bahwa putriku akan baik-baik saja.
Para dokter di sekelilingku tidak
mengerti apa yang sedang terjadi. Dia kemudian memberiku penjelasan tentang istilah
medis dan caranya menjelaskan padaku bahwa putriku akan baik-baik saja, dan aku
melihat pada dokter-dokter spesialis yang lain,
dan kusadari bahwa aku bukanlah satu-satunya orang yang merasa penjelasan itu
tidak masuk akal. Dan kusadari meskipun penjelasan itu masuk akal baginya tapi
terasa tidak masuk akal bagiku.
Aku berdo’a dengan tulus untuk pertama kalinya dalam hidupku dan aku hanya dapat percaya bahwa ini pasti karena campur tangan Sang Pencipta. Kami melakukan tes ultrasound sebelumnya yang menunjukkan kondisi kehidupannya yang sekarat, lalu kami melakukan tes ultrasound lagi dan ternyataputriku benar-benar normal. Dia tidak perlu dioperasi, dia benar-benar seperti anak normal lainnya, bahkan dia masuk perguruan tinggi tahun ini.
Ketika aku melihat keajaiban ini,
kusadari bahwa aku telah berjanji. Dan kusadari jika aku tidak
memenuhi janji itu, maka aku akan merasa bersalah. Aku berjanji pada Penciptaku
semoga dia menuntunku kepada agama yang paling menyenangkan-Nya yang kemudian akan kuikuti,
dan hal yang paling tidak kuinginkan adalah meninggal dunia sebelum memenuhi janji itu.
Jadi aku mulai membaca kitab suci
berbagai agama, aku mulai mempelajari Buddha, Taoisme, Shinto, Bhagavadgita, Hindu, mulai
mempelajari agama monoteisme, yaitu Yudaisme dan Kristen.
Dari setiap agama yang kutemui, aku
pada dasarnya hanya mengambil
kesimpulan “Tidak,
bukan yang itu.” Tidak terlalu lama bagiku
untuk meninggalkan Buddha, Taoisme, Hindu, dan itulah mengapa aku akhirnya
mempelajari Yudaisme. Dan ketika aku mempelajari Yudaisme akhirnya aku merasa
seperti “Ini baru suatu kebenaran.”
Tapi juga ada beberapa hal yang
tidak aku percaya. Aku melihat beberapa pertentangan dalam Perjanjian Lama yang
akan kita bicarakan dalam tulisan berikutnya, Insya Allah. Aku
menemukan prediksi tentang 3 nabi terakhir dan tentunya itu menimbulkan
pertanyaan, jika nabi itu bukanlah Yohanes Pembabtis (Nabi Yahya A.S.) dan Yesus Kristus (Nabi Isa A.S), jadi siapa nabi itu? Jadi aku mulai mempelajari Kristen. Ketika
aku mempelajari Kristen, aku mencari ke segala tempat untuk jawabannya. Aku mempelajari Baptis Selatan, Quakers, Orthodox, Katolik Roma, Mormon, Seven
Day Adventists, kepalaku merasa pusing karena banyaknya sekte Kristen yang
kuikuti baik sebentar atau lama, dan pada akhirnya aku belum mendapatkan jawabanku.
Aku pergi kepada pendeta dan sesuatu yang jarang dilakukan umat Kristen adalah membaca Bible dan menanyakan kebenaran ayat-ayatnya. Dan tolong mengerti aku mengatakan
ini bukan untuk menjatuhkan umat Kristen, aku
tidak bermaksud mengkritik umat, maksudku bahwa
sebagian besar uamt Kristen menerima iman mereka tanpa
syarat, tanpa benar-benar
menganalisisnya.
Aku lihat
bahwa Yesus Kristus menyebut dirinya sebagai anak manusia, jadi aku ingin pendeta untuk menjelaskan padaku, kenapa
para Kristen menyebutnya sebagai anak Tuhan sedangkan dia menyebut dirinya
sendiri sebagai anak manusia. Aku menemukan bahwa Yesus Kristus ditanya apakah perintah
Tuhan yang paling penting dalam 3 ayat yang berbeda, Dan dia berkata “Ketahuilah wahai Bani Israel, Tuhanmu adalah Tuhan yang satu.”
Tuhan yang paling penting dalam 3 ayat yang berbeda, Dan dia berkata “Ketahuilah wahai Bani Israel, Tuhanmu adalah Tuhan yang satu.”
Dan aku tidak dapat menemukan trinitas
dimanapun. Jikalau kata trinitas tidak ada dalam Bible,
mengapa umat Kristen mengajarkannya, mengapa umat Kristen mempercayainya,? Dan mereka mengatakan itu berdasarkan I
Yohanes 4:7 tapi ternyata itu ayat palsu. Ayat itu
tidak ada dalam manuskrip yang asli dan mengapa ayat
itu telah dimodifikasi dalam Bible yang lebih modern? Itulah mengapa kau tidak
akan menemukannya dalam Red Letter Bible yang dipublikasikan pada zaman
modern, kau tidak akan menemukannya membicarakan tentang hubungan Bapa, anak,
dan Roh Kudus dan ketiganya adalah satu, kau tidak akan menemukannya lagi
karena para sarjana zaman ini telah menemukan bahwa itu adalah sisipan yang
menyesatkan.
Seperti disebutkan dalam referensi Bible Schorfield bahwa ayat itu adalah ayat yang ditambah-tambahkan,
ayat itu adalah penyisipan yang
menyesatkan, dan aku ingin para pendeta menjawab
pertanyaan ini tapi tidak satupun
pendeta dari sekte apapun dimanapun yang bisa
menjawabnya.
Jadi aku merasa lebih kehilangan arah
daripada sebelumnya. Aku percaya pada ajaran Yesus Kristus, aku percaya bahwa
dia adalah seorang nabi, aku percaya bahwa Tuhan itu
satu, aku percaya bahwa hubungan manusia dengan Tuhan adalah langsung tanpa perlu
perantara, aku percaya bahwa masing-masing kita bertanggung jawab atas
perbuatan kita sendiri, aku tidak percaya bahwa kita membawa noda dari dosa
warisan, sebuah dosa yang tidak pernah kita lakukan. Aku merasa aneh dengan
teologi trinitarian, tapi aku setuju dengan segala sesuatu yang Yesus Kristus
ajarkan dan keduanya adalah hal yang berbeda dan tak ada pendeta yang dapat
menjelaskan hal ini padaku.
Untuk beberapa tahun, aku terus mencari tapi tak menemukan apapun, karena di
Amerika, agama terakhir yang orang-orang pertimbangkan adalah Islam.
Jika ada satu pesan yang ingin kusampaikan kepada kalian adalah, kita datang kepada agama kebenaran bukan karena kuasa kita kecuali jika kita memintanya. Allah menuntun orang yang Dia kehendaki. Berdo’alah kepada Tuhan dengan ketulusan hati, minta kepada-Nya untuk menuntun hati dan pikiranmu kepada agama kebenaran dan agar dia membuatmu senang dengan agama itu. Dan jika kau memang tulus dan jika Allah menjawab do’amu, Insya Allah, maka kau akan merasakan kedamaian ketika agama kebenaran memasuki hatimu. Dan Insya Allah kau akan bergabung sebagai seorang saudara muslim kami.
Ketika aku mempelajari Islam,
tentang Nabi Muhammad, maka segala sesuatunya menjadi jelas. Perjanjian Lama
menjelaskan 3 orang nabi yang akan datang, Yohanes Pembabtis (Yahya A.S.), Yesus Kristus (Isa A.S.), lalu siapa yang ketiga? Yang ketiga adalah nabi dari Islam, Muhammad S.A.W. Semua ajaran Yesus Kristus
mengajarkan bahwa Tuhan hanya satu dan para
Nabi termasuk dirinya sendiri adalah manusia biasa. Dia mengajarkan bahwa kita bertanggung jawab langsung dengan Tuhan tanpa
seorang perantara, tidak perlu lewat pastor,
tidak perlu lewat pendeta dimana kau mengakui
dosa-dosamu atau meminta pengampunan darinya.
Dan aku merasakan rantai wahyu dalam Islam bersifat
konsisten.
Inilah alasanku masuk Islam. Aku sekarang mengerti bahwa Islam adalah agama penutup dari rantai wahyu Tuhan.
Dan itulah kisahku yang paling
pribadi. Tuhan akan menuntun siapapun
yang Dia mau. Jika kau jujur, maka Dia akan menuntunmu dalam
jalan yang lurus ini. Tapi jika kau punya penyakit hati, jika kau tidak jujur, jika kau mempunyai hasrat duniawi dimana kau tidak
menempatkan Tuhan sebagai tujuan utamamu, dengan mudah kau terjatuh dalam
jebakan ini. Kau memulainya dengan bersyukur
pada Tuhan namun kau berakhir menyembah salah satu ciptaannya dan bukannya
menyembah Sang Pencipta.
Beberapa tahun kemudian, sebagai
seorang dokter, aku mempunyai seorang pasien yang mempunyai anak laki-laki yang
terlahir dengan penyakit jantung yang berbahaya dan tampaknya dia akan mati.
Dia berdo’a kepada Tuhan agar anaknya diselamatkan dan dia
juga berjanji sama sepertiku. Kemudian anaknya sembuh sama
seperti putriku, tapi dia tidak menepati janjinya, dia kembali menjadi ateis.
Dan hal ini menyimpulkan kisahku,
karena ketika aku menyaksikan hal itu, aku sadar bahwa aku tidak menjadi muslim
karena aku sangat pintar, bukan karena aku dapat menemukan kebenaran di
dalamnya, sementara orang lain tidak dapat menemukan kebenaran Islam. Wanita ini berada pada situasi
yang sama denganku. Dia berdo’a untuk keselamatan putranya yang mengalami
gangguan jantung yang fatal, sama seperti putriku yang mengalami gangguan jantung. Dan apa perbedaan diantara
kami berdua? Perbedaannya adalah,
Allah menuntunku kepada Islam dan membuatku jujur. Sedangkan wanita itu, entah mengapa dia tidak jujur. Dia gagal dalam
ujiannya.
Jika ada satu pesan yang ingin kusampaikan kepada kalian adalah, kita datang kepada agama kebenaran bukan karena kuasa kita kecuali jika kita memintanya. Allah menuntun orang yang Dia kehendaki. Berdo’alah kepada Tuhan dengan ketulusan hati, minta kepada-Nya untuk menuntun hati dan pikiranmu kepada agama kebenaran dan agar dia membuatmu senang dengan agama itu. Dan jika kau memang tulus dan jika Allah menjawab do’amu, Insya Allah, maka kau akan merasakan kedamaian ketika agama kebenaran memasuki hatimu. Dan Insya Allah kau akan bergabung sebagai seorang saudara muslim kami.
Terima kasih telah membaca tulisan ini, kita akan melanjutkan lagi di lain
waktu, Insya Allah, dan aku berharap dapat bertemu lagi denganmu. Salam damai
dan semoga Tuhan menuntun kita semua.
Referensi: www.lampuislam.org
Facebook Page: www.facebook.com/riska.pratama.ardi
Tidak ada komentar:
Posting Komentar