Oleh: Drs. H. Ahmad Yani || Email: ayani_ku@yahoo.co.id
Setiap muslim
pasti ingin memperoleh kebahagiaan dalam kehidupan dunia dan akhirat, karenanya
hal ini selalu dipanjatkan dalam do’anya setiap hari. Kebahagiaan di akhirat
berarti seseorang dimasukkan ke dalam surga oleh Allah Swt. Namun keinginan
saja ternyata belum cukup, setiap orang harus berusaha untuk bisa masuk ke
dalamnya dan usaha itu harus dilakukan sekarang dalam kehidupan di dunia ini.
Di antara usaha
yang harus dilakukan dalam kehidupan di dunia ini agar bisa masuk ke dalam
surga adalah dilepaskan atau dibuangnya berbagai penghalang sehingga perjalanan
menuju surga bisa menjadi lancar. Penghalang yang harus disingkirkan itu
disebutkan dalam Al-Qur’an dan Al Hadits yang akan kita bahas melalui tulisan
yang singkat ini.
1.
Syirik Kepada Allah
Syirik kepada
Allah Swt adalah menganggap atau menjadikan selain Allah Swt sebagai Tuhan, ini
merupakan syirik yang besar sehingga pelakunya bisa dinyatakan kafir, keluar
dari Islam (murtad). Seandainya sebelum itu dia melakukan amal yang shaleh, maka
terhapuslah nilai amalnya itu. Allah Swt
berfirman:
“Sesungguhnya telah kafirlah orang-orang yang
berkata: Sesungguhnya Allah ialah Al Masih putera Maryam”, padahal Al Masih
sendiri berkata: Hai bani israil, sembahlah Allah Tuhanku dan Tuhanmu”.
Sesungguhnya orang-orang yang mempersekutukan (sesuatu dengan) Allah, maka
pasti Allah mengharamkan surga kepadanya, dan tempatnya ialah neraka, tidaklah
ada bagi orang-orang yang zalim itu seorang penolongpun.” (Qs. 5:72).
Disamping itu
ada pula syirik yang kecil, yang meskipun tidak sampai membuat pelakunya
disebut kafir, namun tetap berbahaya, yakni riya atau mengharapkan pujian dari
amal shaleh yang dilakukan seseorang. Bila hal ini selalu dilakukan dalam amal,
maka seseorang bisa jadi tidak masuk surga karena masuk surga harus dengan
bekal amal shaleh yang banyak, sedangkan orang ini tidak punya nilai dari amal
shalehnya karena terhapus dengan riya. Itu sebabnya Rasulullah Saw sangat
khawatir bila umatnya memiliki sifat riya, beliau bersabda:
ِانَّ
اَخْوَفَ مَا اَخَافُ عَلَيْكُمْ اَلشِّرْكُ اْلأَصْغَرُ. قَالُوْا: وَمَا
الشِّرْكُ اْلأَصْغَرُ يَا رَسُوْلَ اللهِ؟. قاَلَ: اَلرِّيَاءُ
Sesungguhnya
sesuatu yang paling aku takutkan terjadi pada kalian adalah syirik yang kecil.
Sahabat bertanya: “apakah syirik yang kecil itu ya Rasulullah?”. Rasulullah
menjawab: “Riya.” (HR. Ahmad).
Termasuk syirik
kepada Allah adalah mempercayai perdukunan, ramalan-ramalan nasib, tahayyul,
jimat, sihir, jampi-jampi yang tidak berdasar, kepercayaan-kepercayaan yang
tidak sesuai dengan aqidah Islam dan sebagainya.
2.
Sombong
Kesombongan
merupakan sifat yang sangat tercela, hal ini karena manusia dengan segala
kelemahan dan kekurangannya tidak pantas berlaku sombong. Hanya Allah yang Maha
berkuasa, Maha kaya, Maha tahu, dan sebagainya yang pantas berlaku sombong.
Karena itu, Allah Swt menutup pintu surga bagi orang-orang yang sombong,
Rasulullah s.a.w bersabda:
لاَ
يَدْخُلُ الْجَنَّةَ مَنْ كَانَ فِى قَلْبِهِ مِثْقَالُ ذََرَّةٍ مِنْ كِبْرٍ.
“Tidak masuk surga orang yang di dalam hati
ada kesombongan meskipun hanya sebiji sawi.” (HR.Muslim).
Disamping itu,
Allah Swt lebih murka lagi kepada orang menyombongkan diri dengan dosa yang
dilakukannya atau bangga dengan dosanya, hal ini membuat ia semakin sulit untuk
bisa masuk ke dalam surga sebagaimana dikemukakan dalam firman-Nya:
“Sesungguhnya orang yang mendustakan
ayat-ayat Kami dan menyombongkan diri kepadanya, sekali-kali tidak akan
dibukakan bagi mereka pintu-pintu langit dan tidak (pula) mereka masuk ke dalam
surga hingga unta masuk ke lubang jarum. Demikianlah kami memberi pembalasan
kepada kepada orang-orang yang berbuat kejahatan.” (Qs. 7:40).
Kesombongan
menjadi penghalang untuk bisa masuk surga karena memang sangat berbahaya bagi
manusia, khususnya orang yang memiliki sifat tersebut. Paling tidak, ada empat
bahaya sifat sombong.
Pertama,
Merasa menjadi orang yang paling baik dan benar sehingga ia menjadi orang yang
mau menang sendiri. Ini bermula karena ia memiliki kelebihan-kelebihan, namun
ia tidak melihat bahwa banyak orang yang memiliki kelebihan lebih hebat dari
kelebihan yang dimilikinya.
Kedua,
Tidak senang ketika diberi saran, hal ini karena ia sudah merasa sempurna,
tidak punya kekurangan. Apalagi bila kesombongan itu tumbuh karena usianya yang
sudah tua dengan segudang pengalaman, ia akan menyombongkan diri kepada orang
yang muda, atau sombong karena ilmunya banyak dengan gelar kesarjanaan di depan
dan di belakang namanya, maka akan berlaku sombong kepada orang yang tidak
lebih tinggi pendidikannya. Kalau saran saja sudah tidak mau diterimanya,
apalagi kritik.
Ketiga,
Tidak senang terhadap kemajuan yang dicapai orang lain, hal ini karena apa yang
menjadi sebab dari kesombongannya akan tersaingi oleh orang itu yang
menyebabkan dia tidak bisa lagi berlaku sombong, karenanya orang seperti ini
biasanya menjadi iri hati (hasad)
terhadap keberhasilan, kemajuan dan kesenangan yang dialami orang lain, bahkan
kalau perlu menghambat dan menghentikan kemajuan itu dengan cara-cara yang
membahayakan seperti memfitnah, mengembangkan permusuhan, hingga pembunuhan.
Keempat,
Menolak kebenaran meskipun ia meyakininya sebagai sesuatu yang benar, hal ini
difirmankan Allah Swt di dalam Al-Qur’an:
“Dan mereka mengingkarinya karena kezaliman
dan kesombongan (mereka), padahal hati mereka meyakini (kebenaran)nya. Maka
perhatikanlah bagaimana kesudahan orang-orang yang berbuat kebinasaan.”
(Qs. 27:14).
3.
Memutuskan Persaudaraan
Pada dasarnya,
manusia itu adalah makhluk yang bersaudara dengan sesamanya, karenanya jangan
sampai tergadi kebencian dan permusuhan tanpa alasan yang bisa dibenarkan,
apalagi bagi orang yang memiliki kesamaan iman terutama bila yang sesama mu’min
itu memiliki ikatan persaudaraan dalam nasab atau keturunan. Karenanya bila
terjadi pemutusan hubungan persaudaraan dalam nasab, maka Allah Swt amat
menyayangkan hal itu sehingga Dia yang menjadi pemilik surga tidak akan
memasukkan orang yang memutuskan persaudaraan. Rasulullah Saw bersabda:
لاَ
يَدْخُلُ الْجَنَّةَ قَاطِعٌ
Tidak
masuk surga orang yang memutuskan, yakni memutuskan silaturahim
(HR. Ahmad, Bukhari, Muslim, Abu Daud, dan Tirmidzi).
Tidak
dimasukkannya orang yang memutuskan silaturahim ke dalam surga karena Allah Swt
sangat murka sehingga laknat-Nya akan turun kepada mereka, hal ini dinyatakan
dalam firman Allah Swt:
“Maka apakah kiranya jika kamu berkuasa kamu
akan membuat kerusakan di muka bumi dan memutuskan hubungan kekeluargaan?.
Mereka itulah orang-orang yang dilaknati Allah dan ditulikan-Nya telinga mereka
dan dibutakan-Nya penglihatan mereka.” (Qs. 47:21-23).
Karena hubungan
persaudaraan yang berasal dari satu rahim ibu harus disambung dan diperkokoh,
maka siapa saja yang memutuskannya akan mendapatkan kutukan dari Allah Swt. Dan
bagaimana mungkin orang yang mendapatkan kutukan Allah bisa masuk ke dalam
surga? Allah Swt berfirman:
“Orang-orang yang merusak janji Allah setelah
diikrarkan dengan teguh dan memutuskan apa apa-apa yang Allah perintahkan
supaya dihubungkan (silaturrahim) dan mengadakan kerusakan di muka bumi,
orang-orang itulah yang memperoleh kutukan dan bagi mereka tempat kediaman yang
buruk (neraka).” (Qs. 13:25).
Oleh karena itu,
orang yang memutuskan silaturahim dimasukkan oleh Allah ke dalam kelompok orang
yang fasik dan mereka akan menjadi orang-orang yang rugi, baik di dunia maupun
di akhirat. Hal ini terdapat dalam firman Allah Swt:
“Dan tidak ada yang disesatkan kecuali
orfang-orang yang fasik, (yaitu) orang-orang yang melanggar perjanjian Allah
sesudah sesudah perjanjian itu teguh, dan memutuskan apa yang diperintahkan
Allah untuk menghubungkannya (silaturrahim) dan membuat kerusakan di muka bumi.
Mereka itulah orang-orang yang rugi.” (Qs 2:26-27)
Dari uraian di
atas, dapat kita simpulkan bahwa manakala kita ingin masuk ke dalam surga, maka
segala rintangan yang menghalangi harus bisa kita singkirkan.
Sumber: eramuslim.com
Referensi: www.LampuIslam.blogspot.com
Page Facebook: www.facebook.com/riska.pratama.ardi
Tidak ada komentar:
Posting Komentar